JAKARTA, duniafintech.com – Bank Indonesia memperkirakan perlambatan ekonomi global disertai dengan tekanan inflasi yang tinggi dan meningkatnya ketidakpastian pasar keuangan global.
Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo menjelaskan perlambatan ekonomi global dipengaruhi oleh berlanjutnya ketegangan geopolitik yang memicu fragmentasi ekonomi, perdagangan dan investasi serta dampak pengetatan kebijakan moneter yang agresif.
“Dampak rambatan dari fragmentasi ekonomi global diperkirakan juga akan menyebabkan perlambatan ekonomi di Emerging Markets (EMEs),” kata Perry.
Perry menilai tekanan inflasi dan inflasi inti global masing tinggi seiring dengan berlanjutnya gangguan rantai pasokan sehingga mendorong bank sentral di banyak negara menempuh kebijakan moneter yang lebih agresif.
Baca juga: Ancaman Resesi Ekonomi Global 2023, Tetap Yakin Ingin Cicil Rumah?
Perlambatan Ekonomi Global Tak Pengaruhi Pertumbungan Ekonomi Indonesia?
Kenaikan Fed Funds Rate yang diperkirakan lebih tinggi dengan siklus yang lebih panjang mendorong semakin kuatnya mata uang dolar AS sehingga memberikan tekanan pelemahan atau depresiasi terhadap nilai tukar di berbagai negara, terutama di Indonesia.
“Tekanan pelemahan nilai tukar tersebut semakin tinggi dengan ketidakpastian pasar keuangan global yang meningkat dan di negara EMEs termasuk Indonesia diperberat pula dengan aliran keluar investasi portofolio asing,” kata Perry.
Meski terjadi perlambatan ekonomi global, Perry mengaku perbaikan ekonomi domestik akan terus berlanjut. Bahkan perekonomian domestik pada triwulan III diperkirakan terus membaik ditopang oleh peningkatan konsumsi swasta dan investasi non bangunan, tetap kuatnya ekspor, serta daya beli masyarakat yang masih terjaga di tengah kenaikan inflasi.
Dia mencatat berbagai indikator bulan September 2022 dan hasil survei Bank Indonesia terakhir seperti keyakinan konsumen, penjualan eceran dan Purchasing Manager’s Index (PMI) Manufaktur mengindikasikan terus berlangsungnya ekonomi domestik.
Baca juga: Hadapi Resesi Ekonomi Global, Pemerintah Pastikan Tak Jadi Pasien IMF
Sedangkan dari sisi eksternal, menurutnya kinerja ekspor diperkirakan tetap kuat khususnya batu bara, CPO serta besi dan baja seiring dengan permintaan beberapa mitra dagang utama yang masih kuat dan kebijakan pemerintah untuk mendorong ekspor CPO dan turunannya.
“Secara spasial, kinerja positif ekspor ditopang oleh seluruh wilayah terutama Kalimantan dan Sumatera yang tetap tumbuh kuat,” kata Perry.
Menyikapi perlambatan ekonomi global, Perry mengungkapkan perbaikan ekonomi nasional juga tercermin pada kinerja lapangan usaha utama seperti perdagangan, pertambangan dan pertanian. Artinya, dengan perkembangan tersebut pertumbuhan ekonomi tahun 2022, diperkirakan tetap bias ke atas dalam kisaran proyeksi Bank Indonesia pada 4,5 persen sampai 5,3 persen.
“Pertumbuhan ekonomi pada 2023 diperkirakan tetap kuat didorong oleh solidnya permintaan domestik sejalan dengan terus meningkatnya mobilitas dan berlanjutnya penyelesaian Program Strategis Nasional (PSN) di tengah lebih dalamnya perlambatan perekonomian global,” kata Perry.
Baca juga: Ini Pernyataan Jokowi Tebar Ketakutan Soal Resesi Ekonomi Global
Baca terus berita fintech Indonesia dan kripto terkini hanya di duniafintech.com