JAKARTA, 10 Oktober 2024 – Sektor pertanian dan perikanan menjadi incaran menarik dalam menyalurkan pinjaman modal kerja.
PT Amartha Mikro Fintek memilih strategi mengincar pelaku usaha bidang bioekonomi, pertanian, dan perikanan, demi ikut mendukung geliat perekonomian nasional yang berkelanjutan.
Sektor pertanian dan perikanan di Indonesia memiliki potensi yang sangat besar untuk tumbuh dan berkembang.
Dengan dukungan akses permodalan yang memadai, sektor ini dapat menjadi mesin penggerak perekonomian nasional.
UMKM di sektor pertanian dan perikanan umumnya kesulitan mengakses pembiayaan dari lembaga keuangan konvensional.
Amartha melihat peluang untuk mengisi kekosongan ini dan menjangkau segmen pasar yang lebih luas.
Pinjaman Modal Kerja Pertanian dan Perikanan, Sejalan dengan Pembangunan Jangka Panjang
Founder & CEO Amartha Andi Taufan Garuda Putra menjelaskan transformasi dari ekonomi ekstraktif ke ekonomi restoratif sebagai solusi pertumbuhan yang berkelanjutan dan pelestarian alam.
Hal ini penting untuk membantu Indonesia mewujudkan Visi Indonesia Emas 2045.
Sehingga, akselerasi transformasi menuju model ekonomi restoratif sejalan dengan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) 2025-2045, salah satu cara yang bisa ditempuh adalah dengan mendorong pengembangan bioekonomi.
Bioekonomi yang berfokus pada pemanfaatan sumber daya alam hayati secara berkelanjutan.
Menuju Ekonomi Rendah Karbon
Hal ini bisa menjadi katalisator yang mempercepat transisi menuju ekonomi rendah karbon dan mengurangi ketergantungan pada sumber daya alam (SDA) tak terbarukan.
Bioekonomi adalah antitesis dari ekonomi ekstraktif yang mengandalkan SDA tak terbarukan seperti batubara dan migas.
Pembiayaan modal kerja dari Amartha untuk meningkatkan nilai tambah produk UMKM sektor pertanian dan perikanan berkelanjutan.
Langkah tersebut merupakan rencana awal dalam mendorong kontribusi bioekonomi terhadap perekonomian nasional.
Kontribusi bioekonomi terhadap produk domestik bruto nasional memang masih sangat kecil.
Padahal, dengan keragaman biodiversitas yang begitu kaya, Indonesia punya potensi besar untuk mengembangkan bioekonomi.
Bahkan sektor UMKM pun dapat memberi kontribusi terhadap percepatan bioekonomi di Indonesia.
Gandeng 30 Institusi
Amartha Gandeng Lebih dari 30 Institusi Asing Sebagai Lender “Sebagai contoh, Indonesia adalah produsen kakao terbesar ketiga dunia.
Tetapi lebih dari 80 persen ekspor kakao Indonesia berupa biji mentah sehingga nilai ekspornya kecil.
Dengan pengembangan bioekonomi, yang juga menekankan pentingnya hilirisasi produk berbasis sumber daya hayati, biji kakao bisa diproses menjadi produk bernilai tambah tinggi.
Nilai tinggi tersebut diantaranya, bubuk kakao dan cokelat.
Hadapi Beberapa Tantangan
Andi Taufan juga mengungkapkan pengembangan bioekonomi masih menghadapi beberapa tantangan, salah satunya terkait pembiayaan.
Perlu kolaborasi yang melibatkan banyak pihak, mulai dari pendana, institusi keuangan, hingga de-risking institution.
Untuk memitigasi risiko dan menyediakan alternatif pembiayaan di sektor bioekonomi.
Oleh sebab itu, sejak berdiri 14 tahun lalu, Amartha percaya bahwa bisnis yang berkelanjutan adalah bisnis yang memberikan dampak bagi masyarakat dan lingkungan.
Untuk itu, Amarta mencoba terus terlibat dalam inisiatif bioekonomi.
Amartha menyediakan pembiayaan untuk sektor restoratif, salah satunya agroforestri.
Inisiatif ini diperkuat melalui kolaborasi dengan Koalisi Ekonomi Membumi atau KEM untuk memberikan pembiayaan bagi sektor hutan produktif.
KEM bersama Amartha mendorong portofolio inovasi berbasis alam dalam bentuk hilirisasi komoditas, misalnya tepung mocaf, minyak atsiri, olahan kelapa, produk kopi setengah jadi.
Amartha optimis kolaborasi yang strategis dapat membuka banyak peluang bagi UMKM akar rumput.
“Untuk menjalankan usaha di sektor yang berkelanjutan, yakni bioekonomi,” pungkasnya.