Site icon Dunia Fintech

Pinjol Syariah Diyakini Tumbuh Dua Kali Lipat pada Tahun Ini

pinjol syariah

JAKARTA, duniafintech.com – Platform teknologi finansial (financial technology/fintech) pendanaan bersama (P2P lending) syariah dinilai bakal punya peran sentral dalam lanskap industri keuangan berbasis syariah di Indonesia. Terkait hal itu, pinjaman online (pinjol) syariah diyakini akan tumbuh dua kali lipat pada tahun 2022 ini.

Hal ini sebagaimana disampaikan oleh Ketua Umum Asosiasi Fintech Syariah Indonesia (AFSI), Ronald Yusuf Wijaya. Menurutnya, hal itu jika ditinjau dari kinerja para pemain sepanjang tahun lalu serta tumbuhnya kepercayaan dari berbagai stakeholder sebab semua pemain telah merampungkan status perizinan dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK).

“Berdasarkan data AFPI (Asosiasi Fintech Pendanaan Bersama Indonesia), tahun lalu, pinjaman tersalurkan dari para fintech P2P lending klaster syariah tumbuh dua kali lipat. Saya yakin, potensi pertumbuhan di tahun ini setidaknya bisa dua kali lipat lagi, didorong semakin masifnya inisiatif kolaborasi dari masing-masing pemain,” kata Ronald, seperti dikutip dari Bisnis.com, Selasa (8/3/2022).

Angka persisnya adalah dari Rp484 miliar pada 2020 lalu dan menjadi Rp1,13 triliun pada 2021 atau naik 133 persen (year-on-year/yoy). Adapun kontribusi itu berasal dari para pemain, di antaranya Ammana, DanaSyariah, ALAMI, Duha, Papitupi Syariah, Qazwa, Ethis, dan platform yang memiliki produk konvensional sekaligus syariah, yakni Investree.

Untuk diketahui, semua tekfin P2P lending syariah yang sudah berizin OJK akan otomatis masuk sebagai anggota AFPI. Sementara itu, Ronald adalah Direktur Utama PT Ethis Fintek Indonesia (Ethis) yang mengantongi izin P2P lending syariah OJK sejak kuartal III/2021. 

Sebagai informasi, AFSI adalah perkumpulan yang mewadahi seluruh lembaga keuangan berbasis syariah, termasuk bank dan berbagai jenis tekfin, akademisi, serta pakar syariah yang punya misi meningkatkan inklusi keuangan melalui inovasi teknologi.

“Jadi, kalau dipetakan, para pemain P2P syariah itu mayoritas baru berizin di usia setahun, termasuk Ethis. Memang kalah senior dari para pemain konvensional, tapi juga mengindikasikan kalau potensi pertumbuhan kami baru mulai terlihat di tahun ini, persis seperti tren pertumbuhan pemain konvensional satu-dua tahun ke belakang,” jelasnya. 

Ronald pun memandang, pekerjaan rumah utama yang bakal dihadapi oleh para pemain tekfin pendanaan bersama syariah pada periode ini, khususnya dari sisi promosi, menjaring kemitraan lebih luas, dan meningkatkan kepercayaan para stakeholder.

Lebih jauh, utamanya di tengah serangan isu negatif terkait pinjaman online (pinjol) ilegal, tekfin P2P lending syariah yang didominasi produk pendanaan produktif bagi UMKM dapat menjadi salah satu pencerah kepada masyarakat yang punya preferensi syariah untuk mulai mengenal industri teknologi finansial secara lebih dalam.

Dalam hal ini, masyarakat dapat percaya kepada platform syariah untuk menjadi pendana (lender) lantaran bisa menjamin entitas peminjam (borrower) merupakan pelaku usaha yang kredibel serta menjalankan usaha sesuai dengan prinsip syariah.

“Saya di Ethis banyak menemui calon lender yang baru tahu kalau ada P2P lending syariah, jadi banyak yang baru mulai mencoba. Sama halnya dari sisi borrower pelaku usaha, banyak yang belum tahu dan sampai sekarang mereka hanya mengandalkan akses keuangan dari bank syariah atau BPRS, padahal belum tentu ada produk (pinjaman produktif) yang pas. Jadi, potensi untuk digarap para pemain P2P syariah sangat besar,” tandasnya.

 

 

Penulis: Kontributor/Boy Riza Utama

Admin: Panji A Syuhada

Exit mobile version