JAKARTA, duniafintech.com – Indra Kenz dan Doni Salmanan, dua influencer dan afiliator muda itu kini sudah resmi menjadi tersangka dan mendekam di balik tahanan polisi. Seperti diketahui, saat ini publik memang sedang dihebohkan oleh kasus dugaan penipuan binary option berkedok trading/investasi di platform yang menjerat dua nama tadi.
Kini, usai Indra Kenz dan Doni Salmanan dipolisikan oleh korban, Bareskrim Polri mengonfirmasi bahwa mereka sudah menerima aduan lainnya terkait afiliator berinisial H dan R. Keduanya berasal dari Community of Profesional Trader (EA Copet).
Adapun tindakan penipuan, pencucian, dan penggelapan uang diduga dilakukan oleh kedua afiliator Trader EA Copet tersebut. Bahkan, nilainya pun fantastis, yakni Rp20 miliar. Angka itu adalah perkiraan total terkait nominal kerugian para korban.
Saat ini, berkas-berkas terkait laporan itu juga sudah dilimpahkan kepada Direktorat Tindak Pidana Ekonomi Khusus (Dittipideksus) Bareskrim Polri. Demikian diungkap oleh Charlie Wijaya selaku pendamping korban.
“Untuk yang didata, kami sudah mengumpulkan total kerugian Rp4,5 miliar dari yang kekumpul, ada lagi susulan, Rp10 miliar ditambah Rp4,5 miliar, jadi sekitar Rp20 miliar,” katanya di Bareskrim Polri, dikutip pada Jumat (11/3/2022).
Disampaikan Charlie Wijaya, platform trading tersebut sudah mulai sejak Mei 2021. Korbannya sendiri datang dari seluruh Indonesia. Jumlah korban diperkirakan mencapai puluhan ribu orang, dengan total kerugian mencapai Rp500 miliar.
Maka dari itu, dirinya pun berharap agar kepolisian dapat mengusut tuntas aplikasi trading yang diduga sudah melakukan penipuan dan pencucian uang tersebut.
“Saya berharap ada atensi dari kepolisian. Jangan sampai ada masyarakat yang rugi. Saya memohon ada atensi dari Polri sehingga tidak ada lagi masyarakat yang rugi dari investasi bodong ini,” paparnya.
Menurut Andre Pramuki, salah seorang korban, ia bergabung dalam platform trading itu sejak tahun 2021 lalu. Diakuinya, dirinya sempat menerima keuntungan dari investasi ini pada September 2021. Namun, masalah pun muncul sekitar Januari tahun 2022 lalu.
Pasalnya, uang member tidak dapat ditarik dengan alasan maintenance web hingga akhirnya dibikin loss (margin call). Lantas, kecurigaan pun terasa pada awal Maret 2022. Hal itu karena Andre menemukan kejanggalan yang dilakukan oleh afiliator dan trader.
“Awal mulanya di tanggal 1 Maret 2022, seharusnya lot sesuai dengan saldo, tapi 10 kali lipat yang dibuka, semuanya saldo all in kami tradingkan,” ungkapnya.
Andre menyebut, angka maksimal stop loss yang dijanjikan bahkan ikut dilanggar.
“Di situ ada masalah. Pas sekarang mulai ramai ini, korban semua dari situ, menyadari ini skema ada unsur human-lah yang menginput, dugaan penipuan. Semua korban untuk saldo beda-beda, tapi semua rata-rata habis saldonya,” jelasnya.
Sementara itu, korban lainnya, Nurhofifah, menyebut bahwa trading yang dilakukan ini dicurigai hanyalah kebohongan.
“Saya deposit 25 ribu dolar. Mau tarik modal, dipersulit, hingga tiba-tiba semuanya habis,” tuturnya.
Penulis: Kontributor/Boy Riza Utama
Admin: Panji A Syuhada