JAKARTA, 1 Desember 2024 – Ketertarikan masyarakat pada judi online (judol) sering kali berawal dari kemenangan yang didapat di tahap awal permainan. Namun, menurut Menteri Koordinator Politik dan Keamanan (Menko Polkam) Budi Gunawan, kemenangan tersebut hanya strategi sementara yang digunakan oleh operator judi online untuk memancing pemain menginvestasikan lebih banyak uang.
“Para operator judi online sengaja menciptakan kemenangan awal yang dirancang untuk memicu pelepasan hormon endorfin, memberikan perasaan senang dan bahagia kepada pemain,” ujar Budi dalam konferensi pers di Kantor Kementerian Komunikasi dan Digital (Komdigi), beberapa waktu lalu.
Kemenangan yang Diatur
Budi menjelaskan bahwa kemenangan tersebut sudah diatur oleh operator judol. Tujuannya adalah untuk meningkatkan jumlah deposit dari pemain. Namun, setelah deposit meningkat, pemain akan terus mengalami kekalahan hingga kehilangan semua uangnya.
“Kemenangan awal itu hanyalah trik agar pemain semakin tergoda untuk memasukkan dana lebih besar. Setelah itu, mereka pasti kalah dan kehilangan uang mereka,” tambahnya.
Situasi Darurat Judi Online di Indonesia
Dalam kesempatan yang sama, Budi mengungkapkan bahwa judol di Indonesia telah mencapai tingkat yang mengkhawatirkan. Data menunjukkan bahwa perputaran uang dari aktivitas ini mencapai Rp900 triliun sepanjang tahun 2024, dengan jumlah pemain mencapai 8,8 juta orang dari berbagai lapisan masyarakat.
“Sebagian besar pemain judi online berasal dari kalangan menengah ke bawah. Tercatat ada 97 ribu anggota TNI-Polri, 1,9 juta pekerja swasta, dan bahkan 80 anak di bawah usia 10 tahun yang ikut bermain,” jelas Budi.
Jumlah pemain diperkirakan akan terus bertambah jika tidak ada upaya pemberantasan yang lebih agresif.
Langkah Pemerintah Mengatasi Judol
Pemerintah telah melakukan berbagai tindakan untuk memberantas judol, termasuk memblokir situs-situs terkait, melacak aliran dana, serta meningkatkan literasi dan edukasi masyarakat tentang bahaya judi online.
Namun, tantangan utama adalah taktik operator yang terus mengganti nama domain mereka setelah diblokir.
“Langkah pemblokiran akan dilakukan lebih agresif karena banyak operator yang melakukan domain switching,” ujar Budi.
Dengan langkah-langkah tersebut, pemerintah berharap dapat meminimalisir dampak negatif judol yang terus mengancam masyarakat, terutama kalangan rentan.