JAKARTA – Reksadana saham telah menjadi salah satu instrumen investasi yang semakin populer, terutama di kalangan milenial. Reksadana saham, khususnya, menawarkan potensi keuntungan besar namun dengan risiko yang lebih tinggi dibandingkan jenis reksadana lainnya. Oleh karena itu, penting untuk berhati-hati saat memilih investasi di reksadana berbasis saham.
Kabar baiknya, pertumbuhan ekonomi Indonesia saat ini menunjukkan tren positif. Kondisi perekonomian yang membaik ini diharapkan berdampak positif pada kinerja dan pertumbuhan reksadana berbasis saham. Dengan demikian, prospek untuk reksadana saham di masa depan terlihat cukup menjanjikan.
Apa Itu Reksadana Saham?
Sebelum membahas cara kerja reksadana saham, penting untuk memahami definisinya terlebih dahulu. Reksadana saham adalah jenis reksadana yang menginvestasikan dananya pada saham-saham di pasar modal. Berbeda dari jenis reksadana lainnya, reksadana saham menggunakan saham sebagai instrumen investasi utama, yang dikelola oleh manajer investasi.
Reksadana saham sangat diminati karena dapat memberikan imbal hasil yang cukup tinggi. Meskipun hasilnya tidak setinggi investasi langsung pada saham, risikonya lebih rendah. Ini menjadikannya pilihan yang baik bagi investor yang ingin terlibat di pasar saham namun belum siap menghadapi risiko tinggi.
Perbedaan Reksadana Saham dengan Investasi Saham Langsung
Bagi yang tidak terlalu akrab dengan dunia investasi, reksadana saham dan investasi saham mungkin tampak serupa. Namun, keduanya memiliki perbedaan signifikan, sebagai berikut:
- Pengelolaan Dana: Dalam investasi saham langsung, investor membeli saham secara mandiri di pasar modal. Sebaliknya, pada reksadana saham, investor menyetorkan dana ke manajer investasi, yang kemudian mengelola dana tersebut untuk membeli saham.
- Risiko Investasi: Investasi saham langsung memiliki risiko yang lebih tinggi, terutama bagi mereka yang kurang berpengalaman. Reksadana saham, di sisi lain, mengurangi risiko karena manajer investasi profesional yang mengelola portofolio.
- Modal yang Dibutuhkan: Membeli saham langsung memerlukan dana yang besar, sedangkan reksadana saham dapat diakses dengan modal yang lebih kecil, sehingga lebih terjangkau bagi banyak orang.
Keuntungan Reksadana Saham Dibandingkan Investasi Saham Langsung
Investasi saham langsung lebih menguntungkan bagi investor berpengalaman, sedangkan reksadana saham lebih cocok bagi pemula. Berikut beberapa keuntungan dari reksadana saham:
- Modal Terjangkau: Investasi reksadana saham tidak memerlukan modal besar. Dengan dana ratusan ribu, kamu sudah bisa berinvestasi.
- Risiko Lebih Rendah: Risiko investasi dikelola oleh manajer investasi, sehingga investor tidak perlu melakukan analisis pasar sendiri.
- Tanpa Pajak: Keuntungan dari reksadana tidak dikenakan pajak, berbeda dengan investasi saham langsung yang dikenakan pajak transaksi dan pajak atas keuntungan.
Risiko Investasi Reksadana Saham
Seperti halnya semua investasi, reksadana saham juga memiliki risiko. Beberapa risiko yang perlu diperhatikan meliputi:
- Fluktuasi Harga: Nilai aktiva bersih (NAB) per unit penyertaan dapat berfluktuasi mengikuti kondisi pasar.
- Likuiditas: Risiko ini terkait dengan kemampuan manajer investasi dalam memenuhi pencairan dana.
- Gagal Bayar: Terjadi jika rekan bisnis manajer investasi tidak memenuhi kewajibannya.
- Kondisi Ekonomi dan Politik: Kinerja reksadana saham dipengaruhi oleh kondisi ekonomi dan politik yang dapat memengaruhi pasar saham.
Cara Kerja Reksadana Saham
Cara kerja reksadana saham mirip dengan reksadana lainnya:
- Investor memilih platform untuk membeli produk reksadana.
- Investor memilih produk reksadana yang diinginkan.
- Investor menyetorkan dana ke manajer investasi.
- Manajer investasi mengelola dana tersebut dan menginvestasikannya di saham.
- Keuntungan dari investasi akan dibagikan kepada investor.
Prospek Reksadana Saham di Masa Depan
Prospek reksadana saham terlihat cerah dengan adanya pemulihan ekonomi setelah pandemi. Ekonomi Indonesia diprediksi terus mengalami pertumbuhan, memberikan dampak positif bagi reksadana saham. Menurut Schroders, tahun ini merupakan tahun potensial bagi reksadana saham, dengan prospek yang optimis untuk masa depan.