duniafintech.com – ICO alias Initial Coin Offering memang semakin gencar diperkenalkan seiring dengan semakin bertumbuhnya industri startup di Indonesia. Lantas, apakah ICO itu?
Belakangan Anda pasti sering mendengar headline berita yang berisi, “Perusahaan A Akan Melakukan ICO di Awal Tahun Ini” atau “Perusahaan X Raih Hasil Luar Biasa pada ICO-nya Minggu Lalu”.
Dalam bahasa Indonesia, ICO bisa diartikan sebagai penawaran koin perdana. Kita juga bisa mengumpamakan ICO dengan IPO (Initial Public Offerings) dalam bursa saham. ICO adalah salah satu langkah yang dilakukan oleh perusahaan perintis atau startup untuk mendapatkan pendanaan awal dari publik.
ICO dinilai sebagai cara yang paling efektif untuk mendapatkan modal dibandingkan dengan cara konvensional. Cara lama yang banyak digunakan misalnya dengan melakukan permohonan kredit kepada bank atau pemodal, bisa juga dengan melakukan penggalangan dana kepada publik (crowdfunding).
Bagaimana Cara Kerja ICO?
Sebuah perusahaan startup yang akan melakukan ICO, harus membuat berkas yang bernama whitepaper. Whitepaper ini berisi informasi lengkap tentang perusahaan yang dijalankan. Informasi ini bisa berupa proyek, tujuan proyek, orang yang bertanggung jawab, dana minimum yang diperlukan untuk menjalankan perusahaan hingga berapa koin yang ditawarkan dan kapan pelaksanaan ICO-nya.
Secara umum whitepaper merupakan gambaran tentang proyek sekaligus sarana untuk mempengaruhi publik agar berpartisipasi dalam ICO. Karena sekarang uang virtual sudah banyak digunakan, penggalangan dana tak terbatas pada uang fiat saja namun bisa juga menggunakan cryptocurrency.
Ketika ICO sudah selesai, semua dana yang berhasil dikumpulkan akan dihitung. Jika tidak mencukupi, maka akan dikembalikan ke peserta ICO atau sesuai kesepakatan yang sudah dibuat sebelumnya. Begitu juga jika dana yang didapat melebihi target.
ICO pada dasarnya mirip dengan IPO dan crowdfunding. Hanya saja investor ICO lebih didorong untuk pengembalian investasi mereka dan banyak yang tidak begitu peduli pada proyek yang ditawarkan. Dana yang dikumpulkan di akhir masa penjualan juga bisa dianggap sebagai sumbangan sehingga ICO lebih cocok disebut crowdsales.
Kenapa ICO Menjadi Semakin Populer?
Tidak bisa dimungkiri ICO menjadi semakin membantu dalam menarik investasi melalui rute VC yang lebih tradisional. Penjualan token lebih banyak dapat bertindak sebagai gateway untuk penggalangan dana institusional seiring berjalannya waktu.
Daniel Saito, direktur konsultan startup RedRobot dan ahli cryptocurrency yang telah bekerja di bidang teknologi di NTT Docomo dan Sega, menjelaskan mengapa hal ini mungkin menjadi lebih umum saat berbicara di Tech Asia Tokyo 2017 pada bulan September yang lalu.
Ini adalah cara menarik massa berdasarkan sentimen mereka terhadap produk yang ditawarkan,” ungkap Saito. Penjualan token juga diakui akan memunculkan keterikatan pemegang token dengan perusahaan penjual. Apalagi ketika si pelaksana ICO berhasil memenuhi target yang diharapkan oleh pembeli token, mereka otomatis juga akan mendapatkan keuntungan dari sana.
Source: techinasia.com, kriptologi.com
Written by: Dita Safitri