JAKARTA, duniafintech.com – Bulan Maret 2022 dapat dikatakan sebagai bulan konsolidasi bagi investor kripto, di mana terjadi perpindahan aset kripto seperti Bitcoin dari investor jangka pendek (short term holder) ke investor jangka panjang (long term holder).
Perpindahan aset kripto ke long term holder ini didukung oleh fakta bahwa para investor besar (whale) terlihat masih melanjutkan akumulasi Bitcoin mereka yang telah dimulai sejak 23 Januari 2022 lalu, yang direfleksikan oleh data Coinbase Premium Index.
Head of Growth Zipmex Indonesia Siska Lestari mengungkapkan, dibandingkan dengan periode Maret 2020 ketika pasar saham S&P berada pada titik terendahnya, Bitcoin telah mengalami kenaikan sebesar lebih dari 550% pada Maret 2022 ini.
Selain akumulasi whale dan meningkatnya jumlah long term holder, kenaikan ini didukung juga dengan data bahwa jumlah Bitcoin yang berada di bursa perdagangan tersentralisasi (exchange) mengalami titik terendahnya dalam tiga tahun terakhir.
“Saat ini, total Bitcoin yang bersirkulasi di exchange diestimasikan sebesar 2,5 juta atau hanya sekitar 13,2% dari jumlah keseruan Bitcoin yang beredar pada November 2018,” katanya dalam keterangannya, Selasa (5/4).
Dia menjelaskan, pada Maret tahun ini, Bitcoin bergerak pada rentang harga US$37.000 hingga US$47.000. Menariknya, titik harga US$47,000 ini justru baru dicapai pada akhir bulan Maret.
Hal yang sama juga terjadi pada Ethereum, yang bergerak pada rentang US$2.470 dan US$3.300 dengan level harga tertingginya US$3.300, juga terjadi pada akhir Maret ini.
Seiring dengan bergairahnya harga Bitcoin, beberapa aset kripto juga turut menorehkan capaian yang cukup menjanjikan yang diimbangi dengan kenaikan harga secara signifikan.
Contohnya adalah Axie Infinity (AXS), Loopring (LRC), dan Ethereum Classic (ETC) yang sempat menorehkan kenaikan harga hingga sekitar 60% pada akhir Maret lalu sebelum kemudian mengalami koreksi minor.
Selain itu, dapat dilihat juga bahwa aset kripto second liner atau aset kripto menengah lainnya seperti Zilliqa, Holo, Convex, Apecoin, Vechain, Filecoin, dan Internet Computer (ICP) juga mengalami lonjakan harga yang cukup signifikan.
Zilliqa misalnya, memimpin dengan menorehkan kenaikan sebesar lebih dari 150% setelah mengumumkan bahwa Metapolis, sebuah platform Metaverse as a service (MaaS) Zilliqa akan bekerja sama dengan Agora.
“Pasar kripto memang berkembang pesat dalam waktu yang relatif singkat. Namun, ada baiknya untuk terus belajar dan memperhatikan apa yang terjadi di pasar dengan volatilitas tinggi ini,” ujarnya.
Dia pun menuturkan, sebisa mungkin hindari perilaku fear of missing out atau FOMO hanya karena suatu tren koin sedang naik atau turun.
Sebab, tidak dapat dipungkiri, aset kripto memiliki volatilitas yang cukup tinggi. Maka dari itu, penting untuk memperhatikan perkembangan dinamika pasar salah satunya dengan melihat top gainer dan top loser dari aset kripto di pasar.
Top gainer sendiri adalah koin yang mengalami peningkatan harga paling tinggi dan terjadi dalam satu hari perdagangan. Sedangkan top loser adalah koin yang mengalami penurunan harga paling tinggi pada hari tersebut.
Adapun, pasar kripto berkembang pesat di dunia dan semakin menarik dalam jangka waktu yang relatif singkat. Meningkatnya minat tersebut juga terlihat di Indonesia, menurut Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi (Bappebti), jumlah investor kripto mencapai 12,4 juta per Februari 2022, dengan perdagangan aset kripto mencapai Rp83,3 triliun.
Penulis: Nanda Aria
Editor: Rahmat Fitranto