26.3 C
Jakarta
Rabu, 24 April, 2024

Ancaman Resesi Ekonomi Global 2023, Tetap Yakin Ingin Cicil Rumah?

JAKARTA, duniafintech.com – Ekonomi global diprediksi akan menghadapi resesi ekonomi global. Hal itu terlihat dari beberapa kebijakan bank-bank sentral di berbagai negara dengan mengeluarkan kebijakan pengetatan moneter, salah satunya menaikan suku bunga acuannya.

Kenaikan suku bunga acuan yang dikeluarkan oleh bank sentral tentunya memiliki efek domino, tentunya efeknya akan menyebar ke berbagai sektor seperti kredit macet. Cukup menjadi perhatian adalah sektor properti yaitu perumahan, dimana kenaikan suku bunga kredit perumahan akan mengikuti suku bunga acuan.

Sehingga, dampaknya banyak orang akan kehilangan rumah karena tidak sanggung membayar cicilan, daya beli melemah dan banyak bisnis terpaksa harus gulung tikar.

Baca juga: Perekonomian Jasa Keuangan Tetap Stabil di Tengah Resesi Global

resesi ekonomi global

Ancaman Resesi Ekonomi Global Makin Nyata

Tanda Resesi Ekonomi Global – Sektor Properti China Mengalami Krisis

Kepala Ekonom Asia S&P Global Louis Kuijs menilai saat ini pertumbuhan ekonomi khususnya sektor properti mengalami perlambatan, hal itu dinilai melemahnya aktivitas real estate dan sentimen negatif di sektor perumahan. Bahkan sektor properti hanya menyumbang sepertiga dari Produk Domestik Bruto (PDB) Cina. Hal ini memunculkan isu bahwa sudah ada ancaman resesi ekonomi global yang makin nyata.

Bahkan baik pengembang investor hanya mengandalkan utang untuk menggerakan sektor properti. Upaya pemerintah untuk mengatasi gelembung (buble) properti menyebabkan perusahaan-perusahaan sektor properti kelimpungan. Seperti developer papan atas seperti Evergrande, Fantasia dan Modern Land mengalami gagal bayar.

Pelemahan ekonomi Cina pun menyebabkan pembeli enggan bayar cicilan kredit perumahan. Hal itulah yang membuat kondisi menjadi parah dan para developer mengalami tekanan untuk melanjutkan proyek dan membayar utang perusahaan yang semakin meningkat.

Baca juga: Ditengah Resesi Global Ekonomi, Bank Sentral Tak Dapat Menolak Bitcoin

Efek Suku Bunga Acuan Untuk Sektor Properti Indonesia

Bank Indonesia mengeluarkan kebijakan dengan menaikkan suku bunga acuan menjadi 4,25 persen. Kenaikan tersebut bisa dipastikan suku bunga kredit akan naik seperti kredit motor, mobil bahkan Kredit Perumahan Rakyat (KPR). Sehingga kenaikan suku bunga tersebut daya beli konsumen untuk produk-produk kredit seperti mobil, motor, dan KPR akan mengalami pelemahan.

Senior Associate Director Colliers Ferry Salanto mengungkapkan kenaikan suku bunga memang berpengaruh terhadap sektor properti. Namun dampak dari kenaikan suku bunga tersebut hanya terhadap apartemen tidak terhadap rumah tapak. Sebab hampir rata-rata 60 persen pembeli apartemen untuk berinvestasi, sedangkan 80 persen sampai 90 persen pembeli rumah tapak untuk hunian.

“Jangan sampai daya beli turun, mengingat 2023 ada ancaman resesi. Ini akan membuat proyeksi perumahan akan mengalami penurunan jika terjadi resesi,” kata Ferry.

Efek Suku Bunga Acuan Terhadap Developer Sektor Properti

Seperti yang terjadi di Cina, dampak terhadap kenaikan suku bunga acuan menimbulkan pelemahan terhadap developer properti. Bahkan menyebabkan perusahaan developer properti harus menimbun utang akibat konsumen mengalami gagal bayar untuk pembiayaan perumahan.

Begitu juga di Indonesia, Director Colliers Monica Koesnovagril menilai dampak kenaikan suku bunga acuan tersebut tentunya sangat dirasakan oleh para developer. Dampak yang sangat dirasakan adalah kenaikan biaya yang dikeluarkan oleh developer menjadi bengkak.

Bahkan, dia menambahkan para developer untuk membiayai pembangunan melalui pinjaman. Ketika suku bunga acuan naik, tentunya biaya juga menjadi naik. Apalagi ditambah kenaikan bahan bakar minyak juga membuat bahan baku yang diperlukan menjadi naik.

“Harganya harus compact, pembangunannya di tempat-tempat dengan komponen landhous yang tidak terlalu besar. Itu merupakan solusi untuk mengatasinya,” kata Monica.

Pemerintah Pastikan Bunga KPR Subsidi Tetap Stabil

Direktur Jenderal Pembiayaan Infrastruktur Kementerian Perkerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) Herry Trisaputra menjelaskan bunga untuk KPR bersubsidi akan tetap stabil di angka 5 persen meskipun BI menaikan suku bunga acuan. Sebab bunga kredit perumahan subsidi termasuk ringan jauh lebih kecil jika dibandingkan suku bunga KPR non subsidi yang bisa menyentuh 11 persen sampai 12 persen.

Oleh sebab itu, pemerintah membuat skema KPR agar tetap terjangkau oleh masyarakat. Pemerintah juga akan merancang program bantuan pembiayaan perumahan berbasis tabungan (BP2BT) untuk memberikan cicilan yang lebih rendah dan terjangkau.

“Pemerintah akan sebisa mungkin melakukan intervensi terhadap kebijakan suku bunga sehingga tidak memberi pengaruh terlampau besar bagi pembelian rumah bersubsidi,” kata Herry.

Demikian informasi seputar ancama resesi ekonomi global 2023. Semoga bermanfaat ya.

Baca juga: Resesi Ekonomi Global 2023, ini Jurus Jitu Indonesia

Baca terus berita fintech Indonesia dan kripto terkini hanya di duniafintech.com

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Iklan

ARTIKEL TERBARU

LANGUAGE