JAKARTA, duniafintech.com – Pembeli mata uang kripto atau cryptocurrency naik lebih dari 100% pada kurun akhir 2020 hingga 2021 dibanding jenis investasi digital lainnya. Kecenderungan ini terlihat dari survei Katadata Insight Center terhadap para investor yang didominasi usia muda (generasi Y dan Z).
Pada survei yang dilakukan September 2021 terhadap 1.939 pemilik investasi, diketahui terdapat sebanyak 62% pembeli Cryptocurrency mengaku baru membeli jenis investasi itu kurang dari satu tahun.
Jika dibandingkan, pemilik investasi atau investor mata uang Kripto pada kurun 1-2 tahun sebanyak 26%, terdapat lonjakan investasi Kripto setahun terakhir hingga 100% lebih.
Deputy Head Katadata Insight Center Stevanny Limuria menjelaskan survei ini juga mengulas mengenai perilaku dalam investasi. Dalam survei ini diketahui, meski jumlah investor mata uang kripto meningkat, nilai investasi mereka masih kecil.
“Dalam survei ini, 45,8% pembeli Cryptocurrency hanya berinvestasi kurang dari Rp1 juta rupiah,” kata Stevanny pada Jumat (11/02).
Baca Juga:
- Tips Investasi Kripto untuk Pemula agar Tidak Tertipu
- Tips Menghindari Penipuan Investasi Kripto Bodong
Survei Investasi Pilihan Generasi Muda dilakukan Katadata Insight Center bersama Zigi pada 6-12 September 2021 kepada 1.939 responden yang berinvestasi di berbagai jenis, mulai dari investasi tradisional seperti properti dan emas hingga investasi digital macam Crypto. Survei dilakukan secara online dengan kriteria responden investor berusia diatas 15 tahun.
Stevanny melanjutkan, selain nilai investasi umumnya masih kecil, pembeli Crypto dari Gen Z dan Y mempersepsikan jenis investasi ini sebagai investasi paling berisiko, diikuti Forex dan Saham.
Dari survei yang dilakukan, pembeli aset kripto terbanyak berasal dari Generasi Y (64%), diikuti Generasi Z (23%), dan baru Gen X (12%).
Pola Serupa Ditemukan Pada Investasi P2P Lending
Pola yang hampir mirip terjadi pada jenis investasi Peer to Peer (P2P) Lending. Peningkatan juga terjadi pada setahun terakhir. Namun pada jenis ini, lonjakan tak setinggi pada investasi kripto.
Para investor P2P Lending yang mengaku investasi kurang dari 1 tahun saat survei dilakukan sebanyak 42,2%, sedang yang sudah membeli sejak 1-2 sebelumnya, sebanyak 32,9%.
Peningkatan investasi pada jenis investasi digital juga terlihat pada saham, reksadana, obligasi dan forex. Namun, menurut Manajer Riset Katadata Insight Center Vivi Zabkie, pada keempat jenis investasi ini peningkatan cenderung terlihat dari 2 tahun sebelumnya (2019-2020).
Selain membahas pilihan jenis investasi dan persepsi atas jenis investasi, platform yang digunakan dalam membeli investasi tersebut juga digali melalui survei ini.
Vivi mengatakan platfom berbasis digital yang hadir beberapa tahun terakhir menjadi pilihan generasi muda dalam investasi. Terdapat sedikit perbedaan platform yang dipilih Generasi Z dan Y dibanding Generasi X dan Generasi Baby Boomer.
Pada investasi saham, 3 besar platform yang paling banyak digunakan adalah Ajaib, IPOT (Indopremier) dan Mirae HOTS.
“Menarik melihat antar generasi berbeda pilihannya, di Gen Z terbanyak menggunakan Ajaib, di Gen X dan Boomer pilih IPOT sedang Gen Y cenderung imbang. Beberapa platform yang lebih dulu hadir seperti Danareksa, penggunanya paling banyak Gen X dan Generasi Baby Boomer,” ujar Vivi.
Vivi juga menguraikan pilihan platform investor untuk reksa dana. Tiga besar aplikasi reksadana online yang paling banyak digunakan adalah Bibit, Bareksa dan IpotFund. Sedang pembelian reksa dana melalui e-wallet, paling banyak dilakukan menggunakan Ovo dan Dana.
Sedangkan, pembelian melalui marketplace, investor menyebut Tokopedia dan Bukalapak, sementara pembelian melalui bank, responden menyebut Bank BCA, Bank Mandiri dan Commonwealth Bank.
Platform pembelian cryptocurrency, paling banyak disebut adalah Indodax Nasional Indonesia, Toko Crypto dan Binance. Sedang pembelian investasi P2P paling banyak dilakukan di Koinworks, Investree dan Asetku.
Penulis: Nanda Aria
Editor: Anju Mahendra