Sangat membantu investor untuk valuasi saham, rumus PER (Price to Earnings Ratio) sejatinya belum diketahui oleh banyak investor, terlebih lagi trader saham pemula. Rumus ini sejatinya akan sangat membantu para investor untuk melakukan valuasi saham.
Sebenarnya, melakukan valuasi saham pun bukanlah perkara mudah sebab investor harus betul-betul mempelajari fundamental perusahaan dengan baik. Karena itu, kehadiran rumus ini membantu para investor, khususnya pemula, untuk tidak perlu pusing dalam melakukan penilaian atau valuasi suatu saham.
Apa Itu Rumus PER
Adapun Price to Earnings Ratio adalah rasio valuasi saham dengan mengukur hubungan harga saham dengan laba per lembar saham (Earning per Share/ EPS). Biasanya, dalam investasi saham, rumus ini digunakan untuk membandingkan dua atau lebih perusahaan sejenis.
Mengingat Price to Earnings Ratio adalah rumus hitung, metodenya pun melibatkan perhitungan angka-angka, layaknya harga penutupan saham (closing price) dan laba per saham (Earnings per Share).
Metode valuasi dengan rumus ini tentu saja sederhana dan langsung tampak hasilnya sehingga rumus ini pun menjadi salah satu metode valuasi populer di kalangan investor.
Manfaat Rumus PER bagi Para Investor
Melakukan valuasi dengan melihat hasil perhitungan dari rumus ini bisa menjadi pertimbangan kelayakan suatu saham untuk dimiliki. Akan tetapi, dengan hanya menggunakan Price to Earnings Ratio pada satu perusahaan, tidak serta-merta juga memberi kesimpulan bahwa saham perusahaan itu sangat menguntungkan.
Rumus ini sendiri sangat baik untuk digunakan dalam membandingkan dua atau lebih perusahaan sejenis. Dengan melakukan perbandingan berdasarkan PER perusahaan, investor dapat memperoleh gambaran jelas mengenai apakah suatu saham dinilai terlalu tinggi (overvalued) atau terlalu rendah (undervalued).
Di samping itu, Price to Earnings Ratio ini pun akan membantu investor menentukan nilai pasar suatu saham dengan membandingkannya terhadap pendapatan perusahaan. Boleh disebut juga bahwa PER menjadi cerminan seberapa besar yang dibayarkan pasar hari ini untuk suatu saham berdasarkan laba pada masa lalu dan perkiraan laba pada masa mendatang.
Manfaat besar dari Price to Earnings Ratio ini dalam valuasi saham menjadikannya salah satu acuan Bursa Efek Indonesia (BEI) dalam menciptakan indeks saham IDX Value30 dan IDX Growth30.
Rumus Price to Earnings Ratio dan Cara Menghitungnya
Terdapat 2 komponen yang dilibatkan dalam perhitungan Price to Earnings Ratio menggunakan rumus PER, yakni harga saham per lembar (closing price) dan laba per saham (Earnings per Share). Dari kedua komponen tadi, dibuatlah perhitungan PER sebagai berikut:
Price to Earnings Ratio (PER) = Harga Saham per Lembar / Laba per Saham (EPS)
Atau
PER = P / EPS
Dengan keterangan:
- PER: Price to Earnings Ratio
- P: harga penutupan saham per lembar (closing price)
- EPS: laba per saham atau Earnings per Share
Cara menghitung Price to Earnings Ratio (PER) suatu saham dapat diilustrasikan sebagai berikut:
Ada dua perusahaan sejenis yang berstatus sebagai perusahaan terbuka atau perusahaan Tbk., yakni Perusahaan XY dan Perusahaan XYZ. Walau menjalankan kegiatan di subsektor yang sama, keduanya mencatatkan harga saham per lembar dan EPS yang berbeda-beda.
Perbedaan harga saham dan EPS kedua perusahaan tersebut.
Perusahaan XY
- Harga saham (closing price): Rp 50.000
- Laba per saham (EPS) selama 12 bulan: 4.000
Perusahaan XYZ
- Harga saham (closing price): Rp 2.200
- Laba per saham (EPS) selama 12 bulan: 100
Untuk diketahui, laba per saham atau Earnings per Share (EPS) diperoleh dari hasil perhitungan dengan rumus:
Earnings per Share (EPS) = (Laba Bersih – Dividen) / Jumlah Saham Beredar
Mengacu pada data di atas, nilai PER Perusahaan XY dan Perusahaan XYZ adalah sebagai berikut:
PER Perusahaan XY: 50.000 / 4.000 = 12,5
PER Perusahaan XYZ: 2.200 / 100 = 22
Perhitungan Price to Earnings Ratio di atas menunjukkan kalau PER Perusahaan XY lebih rendah dibandingkan PER Perusahaan XYZ.
Lantas, apa artinya PER Perusahaan XY yang kecil dan PER Perusahaan XYZ yang tinggi? Manakah saham yang layak sebagai pilihan investasi?
PER Kecil dan PER Tinggi
Adapun hasil perhitungan Price to Earnings Ratio dengan rumus ini memberi hasil yang berbeda-beda pada tiap-tiap saham. Tentu saja, para investor berharap dapat menemukan saham yang mampu mengembalikan modal mereka, berikut keuntungannya dengan metode PER.
Price to Earnings Ratio menjadi salah satu pertimbangan mereka untuk membeli saham pada harga yang wajar (fair price) atau sebaliknya. Akan tetapi, ketika membandingkan 2 perusahaan, ditemukan perbedaan nilai yang terbagi menjadi PER kecil atau PER besar.
Contoh ilustrasi di atas memberikan gambaran perbedaan PER antara Perusahaan XY dan Perusahaan XYZ. Perusahaan XY sekalipun punya harga saham dan EPS yang terbilang tinggi faktanya memiliki nilai PER yang kecil.
Sementara itu, Perusahaan XYZ meski punya harga saham dan EPS yang terbilang rendah, tetapi PER-nya tinggi. Saham dengan Price to Earnings Ratio (PER) yang tinggi diartikan sebagai saham pertumbuhan karena perolehan laba tercatat membuat para investor menaruh harapan pada saham ini pada masa depan dan hal itu membuat mereka bersedia membayar lebih.
Meski demikian, saham dengan PER yang terlampau amat tinggi sebaiknya dihindari sebab punya volatilitas yang juga sangat tinggi. Saham dengan PER sangat tinggi ini sangat berisiko. Di samping itu, PER tinggi pun dapat menjadi indikasi bahwa saham itu dinilai terlalu tinggi (overvalued).
Sementara itu, saham dengan Price to Earnings Ratio (PER) yang rendah diartikan sebagai “saham bernilai” (value stocks). Maksud dari value stocks adalah saham yang diperdagangkan dengan harga rendah, padahal fundamentalnya menunjukkan harga jualnya bisa lebih tinggi.
Adapun PER yang rendah menjadi petunjuk bahwa saham dinilai terlalu rendah (undervalued). Bahkan, menurut beberapa investor, saham PER rendah sebagai saham salah harga dan menarik untuk dibeli sebelum nantinya berada di harga yang sewajarnya.
Namun, sekali lagi mesti diingat bahwa menggunakan rumus PER buat valuasi suatu saham belumlah cukup. Pasalnya, masih ada metode-metode valuasi lainnya yang perlu dipertimbangkan. Dalam hal ini, yang terpenting adalah pastikan kondisi fundamental perusahaan baik-baik saja.
Penulis: Kontributor
Editor: Anju Mahendra