Dunia Fintech

Rupiah Terbang Tinggi, Didorong Angin Sejuk dari AS

Kinerja Rupiah Naik 5,34% Tak Cukup Buat BI Tersenyum, Kenapa?

JAKARTANilai tukar rupiah terhadap dolar AS kembali menunjukkan penguatan signifikan dalam perdagangan hari ini, didorong oleh spekulasi pasar mengenai penurunan suku bunga AS oleh Federal Reserve (The Fed).

Pada penutupan perdagangan Jumat, rupiah mengalami kenaikan 35 poin atau 0,22 persen, berakhir di level Rp16.200 per dolar AS, dibandingkan penutupan sebelumnya di Rp16.235 per dolar AS. Penguatan ini terjadi di tengah sentimen positif global yang dipicu oleh pernyataan terbaru dari Gubernur The Fed, Jerome Powell.

Powell menyatakan bahwa jika inflasi terus bergerak sesuai dengan ekspektasi dan pertumbuhan ekonomi tetap stabil, maka penurunan suku bunga akan menjadi bahan pertimbangan serius pada pertemuan kebijakan moneter berikutnya di bulan September.

“Pasar sangat responsif terhadap indikasi penurunan suku bunga ini, yang menjadi angin segar bagi mata uang emerging markets, termasuk rupiah,” ujar analis keuangan senior, Brahmantya Himawan, di Jakarta.

Aplikasi Pinjol Legal OJK

Kabar Baik untuk Rupiah

Pasar telah memperkirakan kemungkinan penurunan suku bunga sebesar 25 basis poin (bps) pada September 2024. Dengan adanya harapan ini, para investor global cenderung mencari aset-aset berisiko yang menawarkan imbal hasil lebih tinggi, yang berdampak positif bagi mata uang negara berkembang seperti rupiah.

Selain itu, penguatan rupiah juga didukung oleh intervensi Bank Indonesia (BI) melalui mekanisme Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR), yang mencatat penguatan rupiah ke level Rp16.205 per dolar AS dari sebelumnya Rp16.250 per dolar AS.

BI Turut Berperan Jaga Stabilitas Rupiah

Langkah Bank Indonesia dalam menjaga stabilitas pasar valas juga turut berperan dalam penguatan rupiah. Stabilitas makroekonomi dan upaya BI dalam mengelola likuiditas valas sangat penting untuk menjaga kepercayaan investor.

Ke depan, penguatan rupiah diprediksi masih akan berlanjut seiring dengan perkembangan positif dari perekonomian global dan domestik, serta kebijakan moneter yang akomodatif dari The Fed. Pasar akan terus mencermati data-data ekonomi utama dari AS dan Indonesia untuk menentukan arah pergerakan rupiah selanjutnya.

Dengan situasi yang ada, pelaku pasar diharapkan tetap waspada dan memonitor perkembangan global yang bisa mempengaruhi nilai tukar rupiah, seperti data inflasi, keputusan suku bunga, dan kondisi geopolitik.

Exit mobile version