Site icon Dunia Fintech

Lika Liku Tekanan Saham GoTo Setelah Masa Lock Up 

Saham GoTo Lock Up

JAKARTA, duniafintech.com – Beberapa hari belakangan, PT GoTo Gojek Tokopedia Tbk (GOTO) mengalami tekanan jual setelah masa lock up saham period pada 30 November lalu.

Sebagai informasi, lock up saham adalah pemegang saham tidak boleh menjual saham dalam kurun waktu tertentu. Efek dibukanya lock up tersebut, saham GoTo mengalami terjun bebas. Saham GoTo turun 6,3 persen menjadi Rp132 per saham pada perdagangan Jumat 2 Desember 2022.

Bahkan, GoTo mencatatkan auto rejection bawah (ARB) kelima kalinya, terjadi crossing saham senilai Rp3,25 triliun di pasar modal.

Penjelasan BEI Soal Saham GoTo Terjun Bebas

Direktur Penilaian Perusahaan Bursa Efek Indonesia I Gede Nyoman Yetna Setia mengungkapkan sejak lock up dicabut, saham GoTo mengalami tekanan jual hingga menyentuh ARB. Menurutnya pergerakan saham merupakan refleksi dari mekanisme pasar.

“Tindakan bursa atas pergerakan saham suatu perusahaan tercatat akan ditentukan jika terdapat indikasi ketidakwajaran dari pergerakan saham tersebut,” kata Nyoman Yetna.

Dia menegaskan pihaknya akan menindaklanjuti jika terdapat indikasi tidak wajar atas pergerakan saham dengan meminta penjelasan hingga suspensi saham atau penghentian perdagangan saham.

“Bursa dapat menindaklanjuti dengan menyampaikan permintaan penjelasan bahkan melakukan suspensi saham,” katanya.

Baca jugaSaham GOTO Masih Betah di Zona Merah, Laju IHSG Terdampak

Nasib Saham GoTo Setelah Lock Up

Pasca lock up periode 30 November lalu, saham PT GoTo Gojek Indonesia Tbk mengalami tekanan, diperkirakan pergerakan harga saham yang abnormal menjadi peluang terbaik untuk akumulasi.

Direktur Equator Swarna Capital Hans Kwee menilai investor lama saat membeli IPO, biasanya lebih bersabar untuk menunggu hingga harga saham lebih optimal. Meski menyentuh ARB, sejumlah investor tetap melakukan pembelian. Terbukti, pada perdagangan, investor asing melakukan aksi jual dan membeli hingga Rp1,8 triliun. Sedangkan sisanya dalam volume lebih kecil dilakukan oleh investor domestik.

“Harga saat ini tidak optimal bagi investor karena masalah sentimen ekonomi. Jadi investor lama, pasti lebih sabar menanti harga saham lebih optimal,” kata Hans.

Sedangkan untuk investor baru, Hans menilai pasti membeli dengan melakukan evaluasi secara vermal termasuk potensi bisnis masa mendatang. Sehingga, saat melihat penurunan harga menjadi momentum untuk akumulasi.

“Penurunan harga membuat saham memiliki fundamental bagus menjadi terlihat lebih menarik,” kata Hans.

Baca juga: Investor Membludak GoTo Perpanjang Masa Bookbuilding Saham Gotong Royong

BEI Berikan Notasi Khusus Untuk Saham GoTo

Emiten GOTO mendapatkan notasi khusus dari Bursa Efek Indonesia (BEI) setelah berpindah dari papan pencatatan. Terhitung 5 Desember 2022, GOTO resmi berpindah dari papan utama menjadi papan ekonomi baru. Sehingga BEI memberikan notasi K untuk GOTO.

Direktur Pengembangan Bursa Efek Indonesia Jeffrey Hendrik menjelaskan notasi K, bukanlah bentuk sanksi atau penetapan bersifat negatif. Artinya, notasi tersebut perusahaan menerapkan Saham Dengan Hak Suara Multipel (SHSM) dan tercatat di Papan Ekonomi Baru.

Menurutnya notasi tersebut akan hilang jika perusahaan tercatat sudah tidak menerapkan SHSM dan tidak memenuhi karakteristik tertentu seperti yang diatur.

“Implementasi juga dapat menjadi sarana yang memudahkan investor dalam melakukan pengambilan keputusan investasi sesuai dengan tipe dan strategi transaksi investor,” kata Jeffrey.

Baca jugaGoTo Listing, Nasib Buruk Saham Bukalapak Bakal Terulang Kembali?

Baca terus berita fintech Indonesia dan kripto terkini hanya di duniafintech.com

Exit mobile version