Site icon Dunia Fintech

Siapa Bilang Investasi Saham Haram? Ini Tanggapan Sandiaga Uno

tanggapan sandiaga uno soal investasi saham haram

JAKARTA, duniafintech.com – Investasi saham bukanlah tindakan yang haram. Hal ini sebagaimana diungkap oleh Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif/Kepala Badan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif yang juga pengusaha, Sandiaga Salahuddin Uno.

Salah satu pemilik PT Saratoga Investama Sedaya Tbk (STRG) ini menyatakan, lewat investasi saham, para investor diberi kesempatan untuk mengenal perusahaan yang ingin dibeli ekuitasnya.

Oleh sebab itu, kalau disebut bahwa investasi saham merupakan suatu yang haram, hal itu bergantung dari cara investor dalam melakukan jual beli sahamnya.

“Mungkin yang beranggapan saham itu haram adalah yang memperlakukan jual beli saham sebagai judi, sebagai gambling,kan judi itu diharamkan. Judi itu melakukan sesuatu yang kami mengerti dan kami disuruh bertaruh di situ,” tulisnya di akun Instagramnya, seperti dilangsir dari Kompas.com, Selasa (11/1).

“Kalau investasi saham kami diberi kesempatan untuk kenal betul perusahaan yang ingin kami beli ekuitasnya.”

Disampaikannya, terdapat potensi yang cukup besar di pasar saham untuk berkembang pesat dan menjadi instrumen investasi di tanah air. Adapun investasi di pasar modal pun bakal sangat berdampak dalam membantu kebangkitan ekonomi nasional dan juga penciptaan lapangan kerja.

“Dalam investasi saham, tergantung kepada diri kami sendiri bagaimana memperlakukan saham ini karena dalam bisnis pasti ada untung-rugi, proyeksi di masa depan dan risiko yang akan dihadapi, tegantung sejauh mana kami bisa menjalankannya,” jelasnya.

Milenial kian tertarik investasi saham dan reksa dana

Sebelumnya, dalam survei kepada 806 investor saham dan 613 investor reksa dana yang dilakukan oleh Katadata Insight Center, diketahui ada 41,3 persen generasi millenial yang mengaku mulai membeli saham pada 1—2 tahun belakangan. Hal itu mengindikasikan bahwa saat ini milenial kian tertarik dengan investasi saham dan reksa dana dan gencar bertransaksi di dua jenis instrumen investasi tersebut.

Masih dalam survei itu, di kelompok usia Gen Z, ada 48,1 persen yang mengaku baru membelinya kurang dari 1 tahun terakhir. Dalam survei yang didominasi responden dari kelompok usia muda ini, investor saham mengaku bahwa mereka melakukan investasi setiap mendapat dana lebih (47,6 persen).

Meski demikian, juga ada yang melakukannya rutin setiap bulan (27,2 persen) dan ketika pasar sedang bagus (20 persen). Menurut Manajer Riset Katadata Insight Center, Vivi Zabkie, survei KIC yang bekerja sama dengan Zigi.id dan Stockbit ini bertujuan untuk menganalisis perilaku investor muda dalam berinvestasi dan persepsi mereka terhadap beragam jenis investasi tradisional maupun digital.

Hasil survei ini menunjukkan bahwa proporsi investor saham yang punya jumlah investasi cukup besar (lebih dari 50 juta) dan yang relatif kecil (kurang dari 5 juta) cenderung seimbang.

“Namun, laki-laki dan Gen X umumnya memiliki saham dengan jumlah besar (lebih dari 50 juta), sementara perempuan serta mereka yang berusia muda lebih banyak yang memiliki saham dengan jumlah kecil,” ucap Vivi Zabkie, beberapa waktu lalu.

Adapun saham perusahaan sektor finansial adalah saham yang paling banyak pernah dibeli sekaligus menjadi saham favorit para investor. Posisi selanjutnya ditempati oleh sektor pertambangan dan consumer goods.

Kemudian, di kelompok investor reksa dana, kelompok usia muda pun terlibat banyak membeli investasi ini dalam 2 tahun terakhir. Perempuan dan Gen Z paling banyak masuk dalam kategori ini. Di sisi lain, Gen X cukup banyak yang sudah berinvestasi reksadana selama lebih dari 5 tahun.

 

Penulis: Kontributor / Boy Riza Utama

Editor: Anju Mahendra

Exit mobile version