Site icon Dunia Fintech

Simak! Ini Jurus BEI untuk Minimalkan Risiko Berinvetasi

meminimalkan risiko berivenstasi

JAKARTA, duniafintech.com – Sebagai upaya meminimalkan risiko berinvestasi atau investor yang buntung dalam investasi, PT Bursa Efek Indonesia (BEI) mewajibkan perusahaan tercatat di bursa menyusun sustainability report dan sustainability action plan untuk mendorong penerapan ESG (Environmental, Social, & Governance).

Adapun “jurus” sustainability report dan sustainability action plan ini dapat dilihat sebagai langkah punishment oleh BEI untuk mendorong perusahaan menerapkan ESG.

“Selain itu, BEI juga mengembangkan berbagai tool untuk mengukur penerapan ESG perusahaan,” kata Kepala Divisi Pengembangan Bisnis BEI, Ignatius Denny Wicaksono, dikutip dari Detikcom, Kamis (9/12).

Untuk output dari tool yang dikembangkan oleh BEI dalam mengukur penerapan ESG oleh perusahaan tersebut, imbuhnya, berupa ESG risk rating yang akan memudahkan investor memilih perusahaan untuk berinvestasi.

Dalam pandangannya, investor bakal memilih perusahaan dengan ESG risk rating terendah untuk meminimalkan risiko berinvestasi.

“Hingga Desember 2021, 40 dari 80 perusahaan tercatat di BEI memiliki ESG Risk Rating 0—30 atau berada di kisaran risiko berkategori negligible hingga medium risk,” sebutnya.

Diketahui, ESG risk rating ini dimulai dari skala 0—10 (negligible), 10—20 (low risk), 20—30 (medium risk), 30—40 (high risk), dan lebih dari 40 (severe).

Disampaikan Managing Partner Social Investment Indonesia (SII), Fajar Kurniawan, konsep ESG ini berfungsi sebagai investment screening alias penapis investasi bagi para investor untuk memudahkan memilih portofolio investasi dengan risiko yang terkelola dengan baik, baik risiko terkait lingkungan, sosial, maupun tata kelola.

“Investor secara rasional hanya akan memilih portofolio investasi dengan peluang keberlanjutan dan risiko yang minimal,” katanya.

Acara ISIF keenam dengan “Adopting ESG, Driving Sustainability” yang berlangsung mulai tanggal 7—9 Desember 2021 ini, diharapaknnya agar betul-betul bisa men-trigger perusahaan untuk melakukan proses adopsi ESG dalam praktik bisnisnya.

Di samping itu, agar tidak menjadikan ESG sekadar untuk pencitraan perusahaan semata tanpa memperhatikan substansi penerapannya atau menjadi ESG-washing.

Menurut Direktur Eksekutif – Kehati Foundation, Riki Frindos, penerapan ESG di Indonesia sendiri belum seperti di luar negeri. Namun, imbuhnya, pasti bakal terjadi akselerasi dalam penerapannya ke depan karena di dunia sudah berkembang cara pandang baru tentang dunia bisnis.

Pada mulanya, ESG sebagai investasi sosial hanya dilihat berdampak pada pemangku kepentingan di luar perusahaan, tetapi kini ESG pun berdampak nyata bagi perusahaan.

“ESG is good for every one. Sejumlah penelitian menunjukkan kinerja ESG sebuah perusahaan berkorelasi positif dengan kinerja keuangan sebuah perusahaan,” tuturnya.

 

Penulis: Kontributor

Editor: Anju Mahendra

Exit mobile version