Site icon Dunia Fintech

Sri Mulyani Sebut Literasi Keuangan Perempuan Masih di Bawah Laki-laki

sri mulyani Pemulihan Ekonomi

JAKARTA, duniafintech.com – Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengungkapkan, masih terdapat gap antara laki-laki dan perempuan di Indonesia dalam hal literasi keuangan dan inklusi keuangan nasional.

Dia memaparkan, pada tingkat literasi keuangan perempuan masih di bawah laki-laki dengan 36% berbanding 40%. Hal yang sama juga terjadi untuk tingkat inklusi keuangan di mana laki-laki mencapai 77,2% dan perempuan hanya 75,2%.

“Pada tingkat inklusi keuangan, perempuan hanya sebesar 75,2%, ini juga lebih rendah dari laki laki yang inklusi keuangannya mencapai 77,2%. Kalau kita lihat juga dari literasi keuangan perempuan di Indonesia adalah hanya 36% lebih rendah dari laki laki 40%,” katanya dia dalam virtual seminar LPPI, Kamis (22/4).

Menurutnya, sektor keuangan menjadi sektor yang harus melakukan perbaikan dalam hal kesetaraan gender. Sebabnya sektor tersebut masih didominasi oleh laki-laki. Pasalnya, porsi pekerja perempuan di sektor keuangan yang memiliki keahlian hanya 12%. 

Jauh lebih rendah dibandingkan para pekerja laki-laki yang bekerja di sektor keuangan dan memiliki keahlian yaitu sebesar 28%. Jadi perempuan hanya separuhnya atau kurang dari separuh. 

Namun demikian, kata Sri Mulyani, peran perempuan Indonesia dalam perekonomian terus meningkat di saat tingkat kesetaraan gender di Indonesia juga sedikit lebih baik dibanding rata-rata global. 

Mengutip laporan mengenai global gender gap report tahun 2021, yang diterbitkan oleh World Economic Forum, Sri Mulyani menyebut Indonesia memiliki gender gap index sebesar 0,688. 

Angka itu sedikit lebih baik dari indeks dunia yang sebesar 0,677. Angka indeks mendekati nol berarti hak laki-laki dan perempuan sangat timpang, sebaliknya jika mendekati satu maka terjadi kesetaraan sempurna. 

“Indeks Indonesia dari sisi gender gap memang sedikit lebih baik dibandingkan indeks dunia. Artinya Indonesia memang lebih baik dibandingkan rata rata dunia, namun tidak berarti bahwa pekerjaan rumah sudah selesai,” ucapnya.

Sementara itu, menurut dari Oliver Wyman, seperti diungkapkan Menkeu, pada 2020, perempuan Indonesia menduduki hanya 18% dalam tingkat komite eksekutif. Angka ini berada di bawah rata-rata global, yaitu 20%. 

Hal ini disebabkan oleh jumlah pekerja perempuan di sektor keuangan yang ternyata hanya 39,5%. Oleh karena itu, menurutnya dibutuhkan program khusus untuk perempuan di lembaga keuangan. 

Saat ini pengembangan produk-produk dan layanan perbankan terutama untuk perempuan perlu menjadi area yang bisa ditingkatkan di dalam meningkatkan peranan perempuan di dalam perekonomian dan di industri perbankan. 

“Lembaga keuangan belum memiliki program khusus untuk perempuan di dalam rangka meningkatkan akses perempuan terhadap layanan keuangan. Kenapa diperlukan suatu program khusus? Karena memang perempuan sering dihadapkan pada kondisi yang berbeda dengan laki laki. Mereka sering by default melaksanakan kegiatan rumah tangga yang lebih dominan,” ujarnya.

Dan oleh karena itu, menurutnya dari sisi akses terhadap layanan keuangan perlu untuk diberikan suatu kekhususan sehingga mereka tidak terhalangi untuk bisa mendapat pelayanan sektor keuangan.

 

Penulis: Nanda Aria

Admin: Panji A Syuhada

Exit mobile version