Site icon Dunia Fintech

Suku Bunga KPR Tetap Tinggi Padahal BI Udah Turunin Bunga, Kenapa Sih?

Suku Bunga KPR Tetap Tinggi Padahal BI Udah Turunin Bunga, Kenapa Sih?

Suku Bunga KPR Tetap Tinggi Padahal BI Udah Turunin Bunga, Kenapa Sih?

JAKARTA, 20 November 2024Suku bunga KPR belum turun, kenapa? Pemangkasan suku bunga acuan oleh Bank Indonesia (BI) belum memberikan pengaruh signifikan terhadap bunga floating Kredit Pemilikan Rumah (KPR) di sektor perbankan. Hingga kini, suku bunga dasar kredit (SBDK) untuk KPR di bank-bank besar (KBMI 4) masih berada pada kisaran 9%-12%.

Gambaran Suku Bunga KPR di Bank Besar

PT Bank Negara Indonesia Tbk (BNI) mencatatkan SBDK terendah di segmen KPR, yaitu 9,13% per 7 November 2024, dengan margin keuntungan sebesar 1,96%. Sementara itu, PT Bank Central Asia Tbk (BCA) memiliki SBDK sebesar 9,45%, tetapi mencatat margin keuntungan tertinggi di antara bank KBMI 4, yakni 4,65%.

PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BRI) menetapkan SBDK KPR sebesar 10% dengan margin keuntungan 2,85% per 1 Oktober 2024. Adapun PT Bank Mandiri Tbk menjadi bank dengan SBDK KPR tertinggi, yakni 12,5%, dengan margin keuntungan 2,57%.

Mengapa Suku Bunga KPR Belum Turun?

Direktur Retail Banking BNI, Corina Leyla Karnalies, menyampaikan bahwa pihaknya masih mengkaji kemungkinan penyesuaian bunga floating KPR meskipun suku bunga BI telah menurun.

“Kondisi likuiditas pasar yang masih ketat serta faktor lain seperti risk premium dan biaya overhead menjadi pertimbangan kami,” ujarnya.

Likuiditas yang ketat tercermin dari margin keuntungan BNI yang paling rendah dibandingkan bank KBMI 4 lainnya, meskipun biaya overhead BNI mencapai 4%. Namun, permintaan KPR di BNI tetap tumbuh, dengan pengajuan meningkat 6% secara tahunan. Pertumbuhan ini didorong oleh pembelian properti baru melalui mitra pengembang BNI.

Stabilitas Bunga KPR di BCA

Menurut Executive Vice President Consumer Loan BCA, Welly Yandoko, suku bunga floating KPR di BCA tetap stabil di angka 11% selama lebih dari satu dekade, meskipun suku bunga acuan BI telah berfluktuasi antara 3,5% hingga 6,25%.

“BCA mempertimbangkan berbagai faktor seperti likuiditas, CASA (Current Account Saving Account), dan tingkat kredit bermasalah (NPL) dalam menetapkan bunga KPR,” ungkapnya.

Tingkat pengalihan KPR dari BCA ke bank lain tetap rendah, hanya sekitar 2%-3% dari total realisasi kredit. Sebaliknya, banyak nasabah yang justru mengalihkan KPR mereka ke BCA, menunjukkan bahwa harga KPR BCA kompetitif dan sesuai dengan kebutuhan pasar.

Hingga kuartal III-2024, BCA mencatatkan penyaluran KPR sebesar Rp130,4 triliun, tumbuh 10,7% dibandingkan periode yang sama tahun lalu.

Meski suku bunga acuan telah menurun, bank-bank besar tetap mempertahankan suku bunga floating KPR mereka. Faktor likuiditas, biaya overhead, dan kondisi pasar menjadi alasan utama mengapa penyesuaian bunga KPR belum dilakukan. Di sisi lain, permintaan KPR terus tumbuh, menunjukkan daya tarik kredit perumahan di tengah stabilitas suku bunga.

Exit mobile version