duniafintech.com – Hivos adalah sebuah organisasi pembangunan nirlaba non-pemerintah, yang didirikan pada tahun 1968 karena terinspirasi oleh nilai-nilai humanis, yang berupaya memeratakan sumber energi untuk masyarakat di seluruh dunia.
Bersama dengan lebih dari 800 organisasi mitra di lebih dari 30 negara di seluruh dunia, 170 anggota staf, dan 13 kantor, termasuk dua di Indonesia, perusahaan tersebut berupaya untuk berkontribusi demi tercapainya dunia yang adil, bebas, dan berkelanjutan, salah satunya meratakan dampak positif sumber energi. Dunia tempat semua warganya memiliki akses yang sama terhadap sumber-sumber yang akan menentukan kehidupan mereka, masyarakat mereka, dan masa depan mereka.
Hivos percaya akan kreativitas dan kapasitas dari masing-masing individu, dengan mengedepankan filosofi kerjasama, dan inovasi membentuk konsep serta berkomitmen kepada masyarakat miskin dan marginal di Afrika, Asia, dan Amerika Latin. Perkembangan berkelanjutan pada kondisi mereka merupakan tolok ukur utama dari kerja dan upaya Hivos.
Salah satu bidang yang mendapat concern startup ini adalah sumber energi berkelanjutan, baik untuk iklim maupun negara berkembang. Jika dunia Barat terus mengonsumsi energi fosil dalam kuantitas yang teramat besar, maka dampaknya terhadap iklim adalah bencana. Negara-negara berkembang merasakan dampak terparah dari perubahan iklim. Mereka kurang siap untuk mempertahankan diri melawan efek-efek dari iklim yang berubah.
Hivos berinvestasi pada generator energi berkelanjutan di negara-negara berkembang, seperti pembangkit listrik tenaga air, tenaga surya, dan biomassa, yang tidak memerlukan jaringan energi mahal karena sumber-sumber energi tersedia secara bebas dan dapat disalurkan dalam skala kecil dan desentralisasi. Contohnya adalah reaktor biogas yang dapat menghasilkan energi untuk satu keluarga yang memiliki jumlah hewan ternak yang terbatas.
Perusahaan ini memulai program untuk akses terhadap energi di negara-negara berkembang pada tahun 2005. Program energi berfokus pada produksi desentralisasi bio-diesel, listrik mikrohidro, konstruksi kompor yang berenergi efisien dan pemasaraan kredit pengurangan emisi dari Program Nasional Biodigester Kamboja melalui Dana Kompensasi Iklim Hivos. Bersama dengan SNV dan Departemen Luar Negeri Kerajaan Belanda, Hivos berpartisipasi dalam program biogas di enam negara di Afrika yang dimulai pada tahun 2009.
Di Indonesia, Hivos pun terlibat dalam sebuah program bernama BIRU yang merupakan inisiatif Hivos dan SNV dan dilaksanakan oleh Yayasan Rumah Energi (YRE) dengan bekerja sama erat dengan Kementrian Energi dan Sumber Daya Mineral, dukungan dari Kedutaan Besar Norwegia, program EnDev (Energizing Development) serta para mitra untuk mempromosikan bentuk energi terbarukan yang moderen dan lestari bagi masyarakat Indonesia.
Program BIRU ini mempromosikan penggunaan reaktor biogas sebagai sumber energi lokal yang berkelanjutan dengan mengembangkan pasar. Di negara-negara Eropa, seperti Inggris, Jerman, Swedia serta Finlandia, pemanfaatan biogas dan biomassa sebagai salah satu sumber utama energi terbarukan bukanlah hal yang mengherankan. Seperti dikutip dari laman ec.europa.eu, biogas dan biomassa bahkan telah mengambil peran sebesar 65% dalam kategori sumber energi terbarukan pada tahun 2014. Pemanfaatan biogas ini tidak hanya untuk keperluan memasak rumah tangga seperti yang telah dilakukan di Indonesia, tetapi juga untuk kebutuhan penghangat ruangan, bahan bakar kendaraan, pembangkit listrik, dan bahkan disalurkan melalui jaringan pipa gas alam.
Program BIRU juga bekerja untuk pengembangan sektor biogas komersial berorientasi pasar yang mengarah pada terciptanya lapangan pekerjaan. Dimulai pada Mei 2009, hingga November 2015 sudah terbangun sekitar 16 ribu reaktor biogas di sembilan provinsi di Indonesia. Sampai saat ini, Program BIRU masih berlangsung. Masyarakat dapat mengakses laporan kegiatan di tiap provinsi program tersebut digelar pada laman website BIRU.
Source : hivos.org
Written by : Sebastian Atmodjo