DuniaFintech.com – Kantor Manajemen Utang Publik Thailand bermaksud untuk melakukan penerbitan obligasi tabungan kecil sebesar 200 juta baht ($ 6,43 juta) sebagai uji coba obligasi tabungan berbasis Blockchain. Kabar ini dilansir oleh Bangkok Post. Biasanya, nilai nominal obligasi minimum adalah 1.000 baht, tetapi dengan obligasi Blockchain, harganya akan menjadi 1 baht, dengan berlangganan awal minimum 100 baht.
Untuk mewujudkannya, pemerintah akan menggunakan e-wallet milik Bank Krungthai Bank (KTB) milik negara. Akhirnya, itu akan menambah saluran distribusi tambahan, termasuk cabang bank, ATM dan mobile banking.
Kemampuan untuk menerbitkan dan memperdagangkan sekuritas dalam jumlah yang lebih kecil adalah manfaat tokenisasi yang umum karena biaya distribusi yang lebih rendah. Dokumen fisik juga membuat denominasi yang lebih rendah menjadi sulit.
Adopsi Teknologi Blockchain
Sembilan bulan yang lalu, Asosiasi Pasar Obligasi Thailand mengumumkan akan mengadopsi Blockchain untuk pendaftaran obligasi dengan proyek tambahan. Sejak itu, Toyota Leasing di Thailand mengeluarkan proyek yang berhubungan dengan Blockchain. Tak hanya itu, bursa setempat juga berencana untuk meluncurkan platform aset digital berbasis Blockchain.
Di tempat lain di bidang keuangan, 22 bank berkumpul untuk kelompok Letters of Guarantee Blockchain perihal pembiayaan perdagangan.
Negara ini juga dikenal sangat aktif dalam menggunakan Blockchain untuk memerangi penipuan PPN, yang mulai dieksplorasi dua tahun lalu. Baru-baru ini, Thailand mengasah bidang risiko signifikan seperti pengembalian pajak untuk eksportir minyak.
Dan ada beberapa proyek Blockchain yang berorientasi perdagangan sedang dieksplorasi, termasuk dengan NTT, OneConnect, dan TradeLens.
Baca Juga:
- Bitcoin.co.id Hadir Kembali! Lalu, Bagaimana Nasib Indodax?
- Sediakan Pinjaman Online dengan Bunga Rendah, 5 Aplikasi ini Terdaftar di OJK
- Mengenal Fintech Syariah, Pinjaman Halal Era Digital
Blockchain Menjadi Pembicaraan Hangat Pasca Pandemi
Teknologi Blockchain semakin menuai popularitas pasca pandemi. Ini terjadi karena banyak perusahaan terutama yang bergerak di bidang kesehatan mulai memanfaatkannya untuk kepentingan distribusi mereka.
Cina yang merupakan negara asal virus Corona juga terus dengan giat melakukan beragam pemanfaatan. Meski kondisi di negara tersebut masih belum kondusif pasca adanya second wave atau gelombang kedua Covid-19, namun ratusan perusahaan di negeri tirai bambu itu menyatakan diri akan terus menggunakan Blockchain untuk memudahkan segala urusan mereka.
(Duniafintech/Dita Safitri)