duniafintech.com – Salah satu sektor fintech yang tumbuh paling pesat adalah pinjaman online atau online lending. Banyaknya perusahaan-perusahaan yang menyediakan jasa pinjaman dengan mudah ini tentu terasa paling menggiurkan bagi kaum milenial. Bagaimana tidak, milenial merupakan kelompok usia paling produktif sekaligus konsumtif saat ini. Lantas, bagaimana tanggapan milenial terhadap pinjaman online?
Dengan jangkauan luas terhadap teknologi dan informasi, milenial juga merupakan kelompok usia yang paling paham dan paling cepat mendapatkan info terkait pinjaman online. Berikut tanggapan milenial atas peran pinjaman online:
Baca juga: Ratusan Produsen dan Pabrik Jepang Akan Adopsi Blockchain: Berbagi Data Produksi
Tanggapan Milenial 1: Pinjaman Online Menjawab Kebutuhan akan Pendanaan yang Cepat
Seperti yang sudah disebutkan, kaum milenial adalah kaum yang produktif sekaligus konsumtif. Sebagian besar ada di usia kerja sementara sebagian lagi tidak bekerja tapi cenderung memiliki tingkat konsumsi yang tinggi. Tak heran jika kebutuhan akan dana pun semakin tinggi.
Keberadaan pinjaman online banyak dijadikan opsi oleh generasi milenial untuk mendapatkan pinjaman. Selain karena prosesnya yang cepat, persyaratan dan lama waktu pencairannya pun jauh lebih singkat ketimbang harus meminjam ke bank. Hanya dengan menggunakan ponsel, mereka sudah bisa mengajukan pinjaman ke lembaga-lembaga penyedia jasa pinjaman online.
Selain untuk berbagai kebutuhan seperti pinjaman pendidikan atau pinjaman untuk modal usaha, traveling konon menjadi salah satu sumber pengeluaran besar yang kerap ditalangi dengan menggunakan pinjaman online. Meski terkesan hanya untuk memenuhi kebutuhan gaya hidup, nyatanya memang begitulah pinjaman online bagi sebagian besar generasi milenial.
Baca juga: Yayasan Litecoin akan Rilis Kartu Debit Cryptocurrency Fisik
Tanggapan Milenial 2: Pinjaman Online Membuat Orang-orang Jadi Lebih Konsumtif
Ibarat dua sisi mata uang yang berbeda, pinjaman online tidak selamanya menawarkan ‘surga’ dengan kemudahan-kemudahannya. Pola konsumsi berlebihan diiringi dengan tingginya pinjaman online yang diajukan akan jadi momok besar yang menghantui: kredit macet dan tumpukan utang. Sayangnya, masih banyak generasi milenial yang belum paham akan risiko yang akan dihadapi jika pinjaman online ini tidak diatasi dengan bijak.
Generasi milenial yang paham akan pentingnya mengatur keuangan pasti bisa jeli melihat peluang sekaligus risiko yang datang bersama pinjaman online ini. Bunga yang konon cenderung tinggi kadang tidak dibarengi dengan kemampuan finansial yang mumpuni untuk mencicilnya. Bukannya mengatasi masalah, pinjaman online seringkali jadi sumber masalah baru.
Bagaimana Caranya Mengambil Pinjaman Online dengan Cermat?
Lantas, bagaimana solusinya agar pinjaman online ini membawa manfaat sesuai dengan misi perusahaan-perusahaan fintech resmi di tanah air?
- Tentukan Apa Tujuan Anda Meminjam
Sebelum buru-buru mengajukan pinjaman online, coba telaah kembali untuk kebutuhan apa pinjaman itu Anda ajukan. Apakah pinjaman tersebut untuk kebutuhan yang produktif atau konsumtif? Pinjaman untuk modal usaha atau pinjaman untuk biaya pendidikan termasuk memiliki tujuan produktif yang tentu tidak memerlukan banyak pertimbangan. Lantas bagaimana dengan pinjaman yang sifatnya untuk tujuan konsumtif?
Tujuan konsumtif ada banyak sekali jenisnya. Ada yang mungkin menggunakannya untuk keperluan sehari-hari, biaya pengobatan dan lain sebagainya. Tapi ada juga tujuan konsumtif yang sifatnya hanya untuk mendukung gaya hidup seperti berbelanja pakaian hingga pelesiran ke luar negeri. Pikirkan dengan baik kebutuhan mana yang benar-benar mendesak dan mana yang hanya keinginan sesaat.
2. Pertimbangkan Bunga yang Harus Anda Bayar
Pinjaman online selalu datang dengan sejumlah bunga yang harus Anda bayarkan. Jangan tergiur dengan kemudahan yang ditawarkan tanpa memahami betul skema bunga yang dikenakan oleh perusahaan. Meski banyak pemberi pinjaman online sudah mendapat teguran dari OJK dan AFPI terkait bunga yang terlalu tinggi, namun ini tidak membuat Anda selamat dari sasaran empuk pihak-pihak yang tidak bertanggungjawab.
Sebelum mengajukan pinjaman, pelajari perusahaan tempat Anda akan meminjam. Pahami bagaimana cara pembayaran dan berapa bunga yang mereka kenakan. Jika Anda merasa sanggup dengan cicilannya, maka silakan lanjutkan ke tahap selanjutnya.
3. Ketahui Kemampuan Finansial Anda
Setelah Anda memperoleh pinjaman, cicilan akan menjadi pengeluaran rutin Anda setiap bulannya. Besaran cicilan yang bisa Anda bayar tentu saja yang jumlahnya lebih kecil dari penghasilan bulanan Anda setelah dikurangi dengan kebutuhan rutin. Ketika pihak pemberi pinjaman menawarkan jumlah besar yang cicilannya ternyata di luar kemampuan Anda, maka tolaklah dan pilihlah nominal yang lebih kecil. Jangan jadikan pinjaman online ini sebagai ‘ulat’ yang mengikis habis pemasukan dan malah membuat Anda kesulitan di kemudian hari.
4. Jangan Tergiur dengan Kemudahan
Percayalah, sesuatu yang terdengar terlalu indah di awal kadang menjadi sumber masalah besar nantinya. Banyak sekali pemberi pinjaman yang menawarkan berbagai iming-iming. Mulai dari kemudahan pengajuan pinjaman sampai sistem pembayaran yang katanya simpel. Embel-embel ‘pinjaman cepat bunga kecil’ sudah membuat banyak orang terjebak. Jangan sampai Anda melakukan kesalahan yang sama karena tidak mempertimbangkan pinjaman yang akan Anda ambil sebelumnya.
Pinjaman online tentu saja ada untuk memberikan kemudahan pada semua orang untuk mendapatkan pendanaan cepat. Namun, tidak semua orang cukup cermat untuk mengambil keputusan sebelum meminjam. Apapun kebutuhan Anda, meminjamlah dengan bijak. Jangan sampai pinjaman yang harusnya memudahkan ini malah menjadi bumerang yang menyerang Anda kembali di kemudian hari.
Image by rawpixel from Pixabay
-Dita Safitri-