Site icon Dunia Fintech

Tiga Hal Ini yang Bikin Investasi Bodong Marak Menurut Ekonom

investasi bodong binomo indra kenz

JAKARTA, duniafintech.com – Kasus-kasus investasi bodong atau ilegal sedang menjadi sorotan masyarakat di tanah air dalam beberapa waktu terakhir. Hal itu disebabkan oleh kasus tersebut telah menyeret sejumlah nama crazy rich yang sering kali menampilkan kekayaan mereka di media sosial.

Menanggapi itu, menurut Ekonom dari Institute for Development of Economic and Finance (Indef), Nailul Huda, investasi bodong yang marak terjadi akhir-akhir ini disebabkan oleh beberapa hal.

Setidaknya, ada tiga hal yang bikin investasi bodong alias ilegal marak menurut Nailul Huda, mulai dari kurang sigapnya pemerintah dalam merespons dugaan investasi bodong, mudahnya influencer mempengaruhi masyarakat, hingga minimnya literasi keuangan masyarakat.

Disampaikan Huda, hal itu menjadi penyebab dari banyaknya kasus penipuan investasi ilegal yang menjerat masyarakat. Di samping itu, ia pun mengungkap beragam faktor yang disebutkannya tadi.

“Jadi, sangat komplet sekali, dari sisi masyarakatnya pengetahuan finansial dan digital relatif rendah, influencer dengan mudah ‘mempengaruhi masyarakat’, ditambah pemerintah kurang sigap, ya maka suburlah penipuan investasi di Indonesia,” katanya, seperti dikutip dari Liputan6.com, Rabu (9/3/2022).

Diterangkan Huda, dari sisi teknologi yang sudah menyebar, tetapi tidak dibarengi literasi keuangan masyarakat, hal itu pun banyak mengundang korban. Alasannya adalah kemudahan akses yang diperoleh masyarakat.

“Kemudian teknologi masuk yang dimanfaatkan oleh para penipu ini untuk menyebarkan lagi model-model investasi bodong ke masyarakat yang saat ini terbuai dengan kemudahan teknologi. Masyarakat saat ini dengan mudahnya bisa investasi melalui handphone atau device lainnya,” ujarnya.

Lebih jauh, ia pun memandang bahwa tingkat literasi keuangan dan literasi digital masyarakat sangat buruk. Ia menyatakan, literasi keuangan di tanah air masih jauh lebih rendah ketimbang negara-negara tetangga.

“Pengetahuan finansial masyarakat Indonesia relatif rendah. Masyarakat tidak mengetahui apa manfaat dan risiko yang sebenarnya dari produk keuangan, selain dari menabung,” paparnya.

Kemudian, mengenai risiko investasi, sambungnya, tidak banyak masyarakat yang mengetahui secara detail. Lalu, literasi digital pun relatif rendah sebab masyarakat tidak dapat memilah dan memilih sumber informasi di internet.

“Akhirnya, tahu bahwa influencer A bisa kaya raya karena investasi X maka masyarakat banyak yang ikut tanpa mempertimbangkan risikonya,” jelasnya.

Untuk faktor lainnya, lanjut Huda, dari sisi pemerintah pun ia menilai bahwa belum ditemukan cara yang tepat untuk mencegah masyarakat mengakses platform maupun situs investasi yang diduga telah melakukan scam atau fraud.

Terjadi sejak lama

Huda menambahkan, investasi bodong, sebagaimana yang tengah marak belakangan ini, sudah terjadi sejak lama. Dalam pengamatannya, modus yang digunakan hampir sama persis dengan kasus-kasus sebelumnya.

“Seperti uang investor yang tidak dibelanjakan ke sektor riil ataupun skema ponzi,” tuturnya.

Terkait hal itu, dirinya menemukan satu titik tengah, yaitu penawaran imbal hasil investasi yang relatif lebih tinggi ketimbang keuntungan secara wajar.

“Benang merah lainnya adalah keuntungan yang dijanjikan juga relatif serupa, dimana selalu tidak masuk akal. Bahkan, beberapa investasi bodong menjanjikan ada keuntungan hingga 70 persen per bulan. Jadi, sangat tidak masuk akal,” tandasnya.

 

Penulis: Kontributor/Boy Riza Utama

Admin: Panji A Syuhada

Exit mobile version