JAKARTA, duniafintech.com – Menteri Perdagangan Zulkifli Hasan menegaskan Trade, Investment, and Industry Ministerial Meeting (TIIMM) G20 menjadi momentum tepat dalam meningkatkan kesejahteraan secara merata, bagi masyarakat dunia. Khususnya dalam menghadapi ancaman krisis pangan, krisis energi, yang dapat berimbas pada krisis keuangan.
“Perdagangan, investasi, dan industri harus menjadi bagian dari solusi global. Bersama kita akan membangun kembali kepercayaan di antara negara G20 dalam menghadapi tantangan ekonomi global terkini,” kata Zulkifli.
Baca juga: Berita Bitcoin Hari Ini: Anggota G20 Komitmen Perkuat Pengawasan Aset Kripto, Pasar Mulai Bergairah
TIIMM G20 mengangkat enam isu prioritas:
Pertama adalah reformasi organisasi perdagangan dunia (WTO).
Kedua, peran sistem perdagangan multilateral dalam memperkuat tujuan pembangunan berkelanjutan (Sustainable Development Goals/SDGs).
Ketiga, respons perdagangan, investasi dan industri dalam mengatasi pandemi dan mendukung arsitektur kesehatan global.
Keempat, perdagangan digital dan rantai nilai global berkelanjutan.
Kelima, peningkatan investasi berkelanjutan untuk pemulihan ekonomi global.
Keenam, yaitu industrialisasi yang inklusif dan berkelanjutan melalui industri 4.0.
“Saya mengundang para Menteri untuk berdiskusi bersama dan memberikan solusi nyata atas berbagai tantangan global. Untuk itu, kita perlu menggarisbawahi pentingnya koherensi dan sinergi antara kebijakan sektor perdagangan, investasi, dan industri. Kolaborasi dan kerja sama adalah kunci untuk mensukseskan keberhasilan Presidensi G20 Indonesia tahun ini,” ujar Zulkifli.
Baca juga: Meski Diperketat G20 dan Rusia, Tapi Inilah Kelebihan Aset Kripto
Sementara itu, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto mengungkapkan bahwa TIIMM dapat menjadi generator G20 dalam menciptakan kesetaraan dan memberikan rekomendasi kebijakan.
Menurutnya perdagangan dan investasi saja tidak akan cukup. Diperlukan sektor industri sebagai tambahan motor penggerak untuk mengamankan rantai pasok global.
“Indonesia juga sedang fokus dalam memperkuat usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) untuk lebih terintegrasi dalam rantai pasok global. Saya percaya di banyak negara, UMKM menjadi salah satu sektor yang membutuhkan perhatian ekstra. Untuk itu, saya mendorong G20 untuk memberikan rekomendasi dalam meningkatkan sektor ini sehingga menjadi bagian penting dalam rantai pasok,” ujar Airlanga.
Sementara Menteri Investasi/Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Bahlil Lahadalia mengungkapkan bahwa rangkaian pertemuan TIIMM G20 diharapkan dapat menghasilkan manfaat bagi pemulihan ekonomi dunia serta merumuskan agenda dan kebijakan tata kelola pembangunan internasional yang lebih kokoh serta mendorong ekonomi digital sebagai motor baru ekonomi.
“Tugas pertemuan tingkat Menteri G-20 ini tidaklah mudah. Salah satu jalan yang wajib kita tempuh adalah mempererat kerja sama dan bergotong royong mencapai tujuan yang dicita-citakan bersama, yaitu keadilan dan kemakmuran serta tumbuh bersama,” kata Bahlil.
Sedangkan Menteri Perindustrian Agus Gumiwang menegaskan kembali peran penting SDGs sebagai pondasi untuk pemulihan ekonomi yang inklusif dan berkelanjutan. Khususnya, SDG 9 yang mendorong pembangunan infrastruktur yang tangguh, meningkatkan Industri Inklusif dan berkelanjutan, serta mendorong inovasi.
“Saya percaya, perlunya penekanan solidaritas yang merupakan kunci untuk membuka kemungkinan-kemungkinan untuk masa depan yang lebih baik dan lebih adil. Melalui semangat kolaborasi G20, bersama-sama kita dapat mencapai cita-cita untuk Recover Together, Recover Stronger,” kata Agus.
Baca juga: Bahas Kuota Haji hingga G20, Luhut Menghadap Presiden UEA dan Pangeran Arab Saudi
Baca terus berita fintech Indonesia dan kripto terkini hanya di duniafintech.com