JAKARTA, duniafintech.com – Pelaku UMKM di Indonesia yang melek terhadap digital dan menggunakan platform e-commerce masih tergolong rendah hanya 20 persen dari jumlah total UMKM di Tanah Air. Angka tersebut tergolong relatif rendah dikarenakan masih banyak UMKM yang belum terdigitalisasi.
Managing Director & Partner Boston Consulting Group Haikal Siregar menjelaskan UMKM yang go digital memiliki dampak langsung dan tidak langsung. Misalnya, untuk dampak langsung adalah penjualan tokok makanan naik 1 kali lipat. Kemudian, dampak tidak langsungnya seperti toko roti menjadi lebih mudah mencari bahan baku untuk produksi di UMKM.
Selain itu, Haikal menambahkan dampak dari digitalisasi UMKM terhadap efisiensi, meningkatkan daya saing UMKM dan meningkatkan penjualan sebanyak 1 kali lipat hingga 2 kali lipat jika dibandingkan dengan UMKM konvensional. Hal yang memicu peningkatan penjualan tersebut disebabkan karena jangkauan pemasaran UMKM menjadi lebih luas. Bahkan, aksesnya bisa menjangkau pasar internasional sehingga dapat meningkatkan pendapatan para pelaku UMKM.
“Dampak lainnya dari UMKM online adalah potensi penyerapan tenaga kerja sebanyak 1,3 kali lipat,” kata Haikal.
Baca juga: Geliatkan Potensi UMKM Indonesia, Menkop Pesan Ke Pemda Bikin Event Promosi
Dia mencontohkan seperti transaksi UMKM online di Tiongkok dan Jepang mengalami kenaikan hingga 78 persen, dari sebelumnya hanya 48 persen dan 84 persen dari 54 persen. Menurutnya peningkatan tersebut dikarenakan hasil inisiatif peerintah dengan membangun infrastruktur teknologi dan informasi, subsidi, mengimplementasikan peta jalan digitalisasi serta memacu UMKM untuk mengadopsi teknologi mutakhir.
“Nilai ekonomi UMKM yang go digital berpotensi mencapai US$900 miliar di Tiongkok dan Jepang mencapai US$300 miliar di tahun 2024,” ujar Haikal.
Sementara itu, CEO & Co-Founder Blibli Kusumo Martanto menjelaskan literasi digital UMKM berpotensi meningkat di masa mendatang bersamaan dengan penggiat UMKM yang melakukan transformasi digital di masa pandemi Covid-19. Menurutnya hal itu menjadi tantangan untuk meningkatkan literasi.
“Bukan hanya bagi UMKM atau entrepreneur yang baru akan memulai usahanya namun juga meningkatkan kapabilitas mereka yang sudah merasakan manfaat digitalisasi,” kata Kusumo.
Baca juga: Menkop Ungkap Ekspor Produk UMKM Indonesia Masih Hadapi Hambatan, Apa Saja?
Sebelumnya, Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian memproyeksikan pertumbuhan ekonomi dan keuangan digital Indonesia akan mencapai US$146 miliar di tahun 2025, dan bertumbuh delapan kali lipat menjadi Rp4.531 triliun di tahun 2030.
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto mengungkapkan pandemi Covid-19 telah mempengaruhi laju pertumbuhan ekonomi dan menciptakan prospek cerah pada potensi ekonomi dan keuangan digital Indonesia. Dia menambahkan nilai perdagangan digital mencapai Rp401 triliun di tahun 2021. Menurutnya hal itu terjadi seiring dengan meningkatkan akseptasi dan preferensi berbelanja daring serta didukung perluasan sistem pembayaran digital dan akselerasi digital banking.
Airlangga mengatakan pemerintah saat ini tengah mengoptimalkan peluang digitalisasi melalui implementesi sinergi kebijakan ekonomi dan keuangan digital. Selain itu, mewujudkan upaya penguatan kerjasama dan konektivitas pada lingkup regional maupun global di berbagai sektor, termasuk sektor perdagangan dan pembayaran di ASEAN.
“Digitalisasi ekonomi dan keuangan digital harus diakselerasi dengan perbaikan-perbaikan dan telah mendorong capaian inklusi keuangan nasional,” kata Airlangga.
Baca juga: 6 Jurus Jitu Telkom Transformasi Digitalisasi UMKM
Baca terus berita fintech Indonesia dan kripto terkini hanya di duniafintech.com