duniafintech.com – Harga Bitcoin bangkit hingga mencapai hampir 60% dari harga terendah pada September lalu. Data dari Indodax, menunjukkan harga bergerak naik hingga mencapai angka sekitar Rp 63 juta pada saat artikel ini dibuat. Apakah yang memicu kenaikan harga ini? Dan benarkah Universitas Swiss menerima Bitcoin?
Dilansir dari marketwatch.com, pengguna Bitcoin saat ini punya harapan terjadinya hardfork, di mana akan ada dua garpu terpisah pada Blockchain Bitcoin yang dapat menciptakan coin alternatif dari coin inti. Pengguna Bitcoin mengharapkan untuk menerima mata uang digital baru bila diperkirakan akan terjadi lagi terbaginya mata uang inti pada akhir bulan ini dan pada bulan Nopember.
Jika Anda memiliki Bitcoin sebelum hardfork, maka Anda memiliki koin baru. Jadi, orang diputar dari altcoin kembali ke Bitcoin, “kata Rob Viglione, salah satu pendiri ZenCash, cryptocoin yang berorientasi pada privasi.
Bharath Rao, CEO Leverj, perusahaan digital exchange desentralisasi, menyebut skenario itu sebagai “uang gratis” dan mengatakan bahwa dia memperkirakan harga Bitcoin akan terus meningkat hingga Nopember karena para pedagang menggunakan rotasi ini.
Pada bulan Nopember, Bitcoin akan menghadapi versi kedua dari Segregation Witness, atau SegWit2x, yang akan menciptakan versi alternatif dari Bitcoin yang akan meningkatkan ukuran blok menjadi 2 MB dari 1MB saat ini. Garpu itu akan membuat dua versi tambahan dari Bitcoin, sekitar dua bulan setelah Bitcoin Cash sempat booming. Pemegang Bitcoin sebelum hardfork tersebut akan menerima jumlah koin alternatif yang setara.
Universitas Swiss menerima Bitcoin
Terlepas dari isu SegWit2x, sebuah universitas di Swiss, Universitas Lucerne Ilmu Pengetahuan Terapan dan Seni, kini menerima cryptocurrency sebagai sistem pembayaran iuran sekolah. Pengadopsian Universitas Swiss menerima Bitcoin ini menujukkan penggunaan Bitcoin terus menembus batas. Ini merupakan prestasi yang menakjubkan, di mana universitas adalah tempat orang-orang berpendidikan menimba ilmu.
Swiss telah menunjukkan dirinya sebagai pilihan populer untuk Blockchain, mata uang digital, dan segala hal terkait kripto, yang telah digunakan banyak individu, dan pemerintah turut merangkul teknologinya.
Dengan adanya langkah ini, universitas tersebut telah mengidentifikasi bahwa Bitcoin berada di ujung tombak teknologi baru, dan menghargai arah di mana cryptocurrency sedang menuju masa depan.
Kemampuan Bitcoin untuk menyebarkan pengetahuan tentang teknologi terdepan seperti Blockchain, dan juga keinginan untuk mendapatkan pengalaman dalam aspek praktis dari area baru ini,” kata Universitas tersebut.
Universitas tersebut mempercayakan pembayaran Bitcoin mereka ke perusahaan Bitcoin Suisse AG. Ini mirip dengan portal e-banking yang memungkinkan sekolah menerima Bitcoin, tanpa benar-benar menahannya.
Bitcoin Suisse AG menanggung risiko kerugian nilai tukar dan fluktuasi mata uang,” Lucerne menjelaskan.
Namun, meski dengan sistem pihak ketiga ini, biaya tambahan yang terlibat hanya satu persen jika menggunakan Bitcoin – yang jauh lebih rendah daripada jika mereka menggunakan metode pembayaran tradisional.
Mereka yang paling mungkin memanfaatkan kesempatan ini tentu sudah terbiasa dengan konsep layanan keuangan dan Blockchain, atau tertarik untuk melanjutkan peluang pendidikan berkelanjutan dan eksekutif di bidang studi ini,” tambah Universitas tersebut.
Bagaimana dengan Indonesia, apakah akan menerapkan langkah yang sama? Bisa bayar kuliah pakai Bitcoin, menakjubkan bukan?
-Sintha Rosse-