Site icon Dunia Fintech

Update Harga Kripto 10 Maret 2022, Bitcoin dkk Kembali Menguat

harga bitcoin kembali menguat

JAKARTA, duniafintech.com – Harga Bitcoin dan kripto jajaran teratas terlihat kembali menguat. Bitcoin dkk ini mengalami pergerakan harga yang seragam, Kamis pagi (10/3/2022). Beberapa kripto yang sebelumnya melemah, kali ini kembali menguat.

Berdasarkan data dari Coinmarketcap, Kamis pagi, kripto dengan kapitalisasi pasar terbesar, Bitcoin (BTC) kembali menguat sebesar 8,81 persen dalam 24 jam terakhir. Namun, masih melemah 4,65 persen dalam sepekan.

Saat ini, harga bitcoin berada di level USD 41.940,94 per koin atau setara Rp 597,9 juta (asumsi kurs Rp 14.363 per dolar AS).

Ethereum (ETH) sebagai kripto terbesar kedua ikut menguat Dalam 24 jam terakhir, ETH menguat sebesar 5,85 persen. Namun, masih melemah 8,45 persen dalam sepekan. Dengan begitu, saat ini ETH berada di level USD 2.714,20 per koin.

Kripto selanjutnya, Binance coin (BNB) pagi ini berhasil kembali menguat. Dalam 24 jam terakhir BNB menguat sebesar 3,03 persen, tetapi masih melemah 4,25 persen dalam sepekan. Hal itu membuat BNB berada di level USD 391,71 per koin.

Adapun Cardano (ADA) yang kemarin sempat melemah, kini kembali menguat. ADA menguat dalam satu hari terakhir sebesar 6,10 persen. Namun masih melemah 10,62 persen dalam sepekan. Dengan begitu, ADA berada pada level USD 0,8432 per koin.

Sedangkan, Solana (SOL) juga berhasil naik dalam satu hari terakhir sebesar 6,82 persen. Namun, masih rontok 13,67 persen dalam sepekan. Saat ini, harga SOL berada di level USD 87,45 per koin.

Stablecoin seperti Tether (USDT) dan USD coin (USDC), keduanya sama-sama kembali menguat pagi ini.. Dalam satu hari terakhir keduanya menguat masing-masing 0,01 persen dan 0,03 persen. Hal tersebut membuat harga keduanya masih bertahan di level USD 1,00 per koin.

Stabil Jelang Perintah Eksekutif Joe Biden tentang Kripto

Dilansir dari Liputan6.com, akhir pekan ini, perintah eksekutif oleh Presiden Amerika Serikat, Joe Biden akan menguraikan strategi pemerintah dalam mengatur cryptocurrency. Hal tersebut dapat menjadi sumber volatilitas untuk Bitcoin.

“Perintah eksekutif telah diketahui sebelum perang di Ukraina dan pada awalnya dimaksudkan untuk menangani stablecoin dan mata uang digital bank sentral (CBDC),” kata seorang analis di pialang aset digital yang berbasis di Inggris, Marcus Sotiriou, dikutip dari CoinDesk, Rabu (9/3/2022).

Namun, Sotiriou khawatir pengaturan kripto akan menjadi lebih ketat agar memaksimalkan sanksi yang diberikan Rusia.

“Karena meningkatnya kekhawatiran Rusia menggunakan kripto untuk menghindari sanksi, banyak yang khawatir bahwa perintah tersebut akan memberlakukan perubahan peraturan ketat yang akan menghambat industri kripto,” ujar Sotiriou.

Di tempat lain, Bloomberg melaporkan pejabat Eropa merencanakan penjualan obligasi bersama untuk membiayai pengeluaran energi dan pertahanan.

Untuk saat ini, pembicaraan bersifat informal, tetapi analis memperkirakan pengeluaran dapat mengurangi kekhawatiran investor tentang perlambatan ekonomi yang berasal dari inflasi dan kesengsaraan geopolitik.

Adapun pengajuan peraturan menunjukkan dampak positif yaitu institusi besar seperti ARK Investment Management dan Morgan Stanley telah membeli saham di Grayscale Bitcoin Trust (GBTC).

 

 

Penulis: Kontributor/Panji A Syuhada

Exit mobile version