JAKARTA – Utang Indonesia ke China secara diam-diam membengkak.
Presiden Jokowi kembali memberikan kabar mengejutkan di penghujung masa kepemimpinannya.
Dalam kurun waktu sepuluh tahun terakhir sejak Jokowi memimpin, utang Indonesia ke China nyaris diluar batas.
Angkanya fantastis tembus di angka US$ 7,82 miliar.
Terkini, utang Indonesia yang berasal dari China telah mencapai US$ 23,06 miliar.
Peningkatan utang tersebut jika dibandingkan dengan Juni 2024 lalu mengalami peningkatan sebesar 194,88%.
Daftar Utang Indonesia ke China di Masa Jokowi
Berikut ditampilkan daftar utang Indonesia yang berasal dari China dalam kurun waktu masa kepemimpinan Jokowi.
- 2014: US$ 7,82 miliar
- 2015: US$ 13,66 miliar
- 2016: US$ 15,15 miliar
- 2017: US$ 15,44 miliar
- 2018: US$ 18,11 miliar
- 2019: US$ 19,99 miliar
- 2020: US$ 20,65 miliar
- 2021: US$ 20,89 miliar
- 2022: US$ 20,11 miliar
- 2023: US$ 21,14 miliar
- Jun 2024: US$ 23,08 miliar
Peningkatan utang Indonesia dari China mulai mengalami peningkatan pada tahun 2015.
Tahun 2015, utang Indonesia tercatat sebesar US$ 13,66 miliar.
Kemudian mengalami peningkatan hampir dua kali lipat dari posisi 2014, yakni US$ 7,82 miliar.
Mengacu pada data debitur, porsi utang Indonesia di masa Jokowi mengalir ke sektor swasta dan BUMN.
Data menunjukkan utang Indonesia pada tahun 2014 telah mencapai US$ 6,88 miliar.
Mengalami kenaikan pada akhir Juni 2024 sebesar 214,38% menjadi US$ 21,63 miliar.
Merujuk pada data BI yang diakses pada Jumat (16/8/2024) diketahui, pada kuartal II-2024 posisi utang luar negeri (ULN) Indonesia mencapai US$ 408,6 miliar.
Nilai tersebut apabila dirupiahkan setara dengan Rp 6.415 triliun (kurs Rp 15.700).
Data tersebut mengalami peningkatan sebesar 2,7% secara tahunan (year on year/yoy).
2024 Kondisi Utang Semakin Buruk
Diperburuk dengan kondisi tahun 2024 kini sudah mencapai Rp 8.338,43.
Menurut data April 2024 hal ini semakin buruk dengan meningkatnya rasio utang pemerintah terhadap PDB.
Sebelumnya, PDB hanya 30,6% dari PDB pada 2019 kini sudah 38,64% dari PDB pada April 2024.
Rencana Presiden Terpilih Naikkan Rasio Utang
Ekonom Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Eko Listiyanto memberikan penilaian.
Menurutnya, melihat kondisi ini membuat investor menjadi gusar.
Hal itu disebabkan Presiden Terpilih Prabowo Subianto akan menaikkan rasio utang hingga 15 persen dari PDB.
Apabila rasio dinaikkan kata Eko maka risiko ekonomi yang dihadapi akan semakin tinggi.
“Jadi salah siapa kalau defisit diperlebar? Investor kabur,” paparnya bertanya.
Eko menjelaskan, level utang Indonesia saat ini telah mencapai 300 persen.
Padahal, International Monetary Fund (IMF) menetapkan batas rasio utang aman dari penerimaan adalah 150 persen.
“Jadi 2 kali lipat dari batas aman,” kata Eko.