JAKARTA, duniafintech.com – Masyarakat yang memiliki rekening saat ini perlu meningkatkan kewaspadaan, hal itu karena sekarang begal rekening sedang merajalela di tanah air.
Adapun begal rekening dengan modus social engineering itu ramai diperbincangkan oleh netizen dan menjadi trending topic nomor #1 di Twitter pada Rabu (15/6) kemarin.
Sebagai informasi, social engineering sendiri biasa disebut dengan kata soceng untuk komunitas hacker di Indonesia. Cara kerja dari social engineering atau soceng bisa dibilang lumayan cepat dalam menipu dan membegal rekening korban.
Bahkan, dalam praktik kejahatannya, mereka hanya perlu waktu kurang dari 5 menit. Pelaku biasanya akan berkomunikasi dengan korbannya yang merupakan nasabah bank melalui telepon ataupun layanan pesan singkat maupun chatting.
Dalam hal ini, pelaku berusaha untuk menipu korbannya supaya memberikan akses terhadap data-data pribadi, misalnya nomor kartu kredit, PIN, OTP, CVV/CVC, nama ibu kandung, dan data personal lainnya.
Baca juga: Rekeningku vs Indodax, Jumlah Member Pancarkan Kepercayaan Publik
Lantas, hanya dalam tempo 5 menit, saldo di rekening korban akan raib. Hal itu karena setelah korban memberikan akses data pribadi, pelaku langsung menguras isi rekening sebelum korban sadar bahwa dirinya ditipu.
Baca juga: 5 Cara agar Akun Tidak Terkena Phising
Untuk diketahui, serangan social engineering bisa terjadi dalam berbagai bentuk, misalnya via telepon, file yang didownload, popup palsu, hingga yang paling sering adalah link palsu. Berikut ini ciri-ciri modus soceng yang marak terjadi saat ini dan perlu dikenali, seperti dikutip dari iNews.com, Kamis (16/5).
1. Info Perubahan Tarif
Adapun penipu biasanya akan menghubungi korban soal info perubahan tarif transfer. Setelah korban menolak perubahan tarif transaksi, kemudian pelaku akan mengirimkan link untuk mengisi data pribadi, di antaranya PIN, OTP, dan password.
2. Tawaran Menjadi Nasabah Prioritas
Di samping itu, penipu juga akan menawarkan jasa upgrade menjadi nasabah prioritas via media sosial, misalnya Instagram, Facebook, atau WhatsApp.
Nasabah biasanya tertarik akan tawaran itu karena promosi yang cukup menggiurkan berupa rendahnya ketentuan minimal tabungan yang harus dimiliki nasabah bank reguler untuk meningkatkan tabungan menjadi Prioritas maupun Solitaire, di antaranya hanya Rp10 juta.
3. Akun Sosial Media Customer Service Palsu
Akun-akun palsu tersebut muncul saat ada nasabah yang menyampaikan keluhan terkait layanan perbankan. Di sini, pelaku bakal menawarkan bantuan untuk menyelesaikan keluhannya, yang kemudian diarahkan ke website palsu pelaku.
4. Tawaran Menjadi Agen Laku Pandai
Lebih jauh, saat ini pun ada akun di sosial media yang menawarkan menjadi agen laku pandai bank tanpa persyaratan rumit. Pelaku akan meminta korban mentransfer sejumlah uang untuk mendapatkan mesin EDC.
Sebagai informasi, pada Juli 2021 lalu, Anti Phishing Working Group mencatat bahwa ada sebanyak 260.642 serangan phishing yang menyerang berbagai industri, mulai dari logistik, media sosial, finansial, hingga webmail.
Baca juga: Serangan Phising, NFT Bored Ape Yacht Club Senilai Rp 43 Miliar Digasak Hacker
Penulis: Kontributor/Boy Riza Utama