JAKARTA, duniafintech.com – Meningkatnya industri keuangan di Indonesia turut memicu serangan siber kian canggih.
Hal itu disebabkan karena adanya potensi keuntungan yang sangat besar dibalik keberhasilan para hecker saat membobol sistem keamanan industri tersebut.
Mengacu pada data Cyber Crime Statistic, dalam hal pelanggaran data Indonesia berada pada posisi ketiga dunia.
Tahun 2012 saja, jumlahnya tak tanggung-tanggung mencapai 13,2 juta pengguna akun internet.
Di bawah Indonesia ada Prancis yang menempati urutan ketiga dengan jumlah 13,8 juta akun.
Sebelumnya, Rusia sebagai negara pertama sebanyak 22,3 juta akun.
Ini Alasan Indonesia Dijadikan Target Serangan Siber
Menurut Otoritas Jasa Keuangan (OJK), Indonesia merupakan negara yang menjadi sasaran target kejatahan siber karena dinilai memiliki potensi besar untuk dibobol.
Faktor lain, diantaranya disebabkan karena rendahnya tingkat literasi digital yang dimiliki.
Hal inilah yang menjadi tantangan utama dalam transformasi digital di Indonesia.
Mengacu pada data tahun 2012 lalu, indeks literasi digital Indonesia hanya mampu berada pada kategori sedang dengan skor skala q sampai 5.
Jika ditinjau dari skor digital safety-nya hanya berada pada angka 3,12.
Badan Siber dan Sandi Negara (BSSN) pada tahun 2023 telah memberikan peringatan dalam bentuk notifikasi indikasi insiden siber yang berada pada posisi ketiga.
Meski dengan jumlah kerentanan yang ada, sejumlah keunggulan tetap berada di pihak Indonesia.
Hal itu terlihat dari proyeksi pertumbuhan sektor e-commerse yang diperkirakan mendominasi sebesar Rp 1.900 ada hal yang
Ekonomi digital Indonesia diproyeksikan akan tumbuh delapan kali lipat menjadi Rp4.531 triliun pada tahun 2030, dengan sektor e-commerce diperkirakan mendominasi sebesar Rp1.900 triliun atau sekitar 34%.
Jika ditinjau dari segi transaksi e-commerse yang terjadi pada tahun 2023, seperti pada transaksi shopee hingga Tokopedia mencapai Rp 454 triliun.
Hal ini diproyeksikan akan mengalami kenaikan sebesar 7,2 persen menjadi Rp 487 triliun.
Capaian membanggakan juga terlihat pada tahun 2023, transaksi perbankan digital berhasil mencapai angka Rp58,5 ribu triliun.
Penggunaan uang elektronik juga mengalami peningkatan pesat dari Rp836 triliun pada tahun 2023 menjadi Rp1.051 triliun.
Artinya mengalami peningkatan sebesar 9,1%.
Kenali Jenis Serangan Siber
1. Penipuan Online
- Biasanya menggunakan sejumlah modus dengan iming-imingi hasil besar.
- Penipuan online kini tengah marak dan semakin banyak menelan korban.
- Diantaranya menggunakan modus meminta foto selfie memegang e-KTP atau identitas diri.
- Biasanya dokumen ini digunakan untuk syarat registrasi online.
- Setelah itu akan diarahkan pada akun keuangan, seperti: paylater, pinjaman online, dompet digital sampai daftar rekening bank online.
- Untuk itu berhati-hatila dan waspadalah.
- Setelah data dan dokumen diregistrasikan, bisa saja datanya digunakan untuk transaksi di pasar gelap dan aksi pencucian uang.
- Dampaknya pemilik identitas yang terkena imbasnya.
- Contohnya, akan muncul tagihan pada tidak pernah melakukan pinjaman.
2. Kejahatan Phishing
- Siber yang satu ini biasanya dilakukan untuk mengelabui korban dengan melancarkan aksi melalui email maupun media sosial.
- Waspada, jika menerima link yang tidak tahu asal usulnya, bisa jadi itu link palsu yang mengarahkan pada website bodong.
- Tujuannya tentu pencurian data penting korban, diantaranya mengambil data diri korban, terutama pasword, pin bahkan kode OTP yang ada pada akun perbankan.
Baca terus berita fintech Indonesia dan kripto terkini hanya di duniafintech.com