JAKARTA, 22 Januari 2025 – Utang Luar Negeri (ULN) Indonesia mencatat perlambatan pertumbuhan pada November 2024. Posisi ULN mencapai US$ 424,1 miliar atau sekitar Rp 6,91 kuadriliun, dengan pertumbuhan tahunan (yoy) sebesar 5,4%.
Menurut data Bank Indonesia (BI), angka tersebut lebih rendah dibandingkan pertumbuhan pada Oktober 2024 yang tercatat sebesar 7,7% (yoy). Penurunan ini disebabkan oleh perlambatan pertumbuhan ULN sektor publik serta penurunan ULN sektor swasta.
Rasio ULN terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) tercatat stabil di level 30,5% pada November 2024. Sebagian besar ULN Indonesia merupakan utang jangka panjang, dengan kontribusi mencapai 84,7% dari total ULN.
Kelompok Pemberi Utang: Pemerintah dan Swasta
Dari sisi peminjam, pemerintah dan bank sentral menjadi kelompok dengan nilai utang terbesar, yaitu US$ 229,47 miliar. Sementara itu, sektor swasta mencatat nilai utang sebesar US$ 194,58 miliar.
Berdasarkan sektor, industri keuangan tetap mendominasi dengan nilai utang sebesar US$ 83,21 miliar, disusul sektor jasa kesehatan yang mencapai US$ 42,55 miliar.
Negara Pemberi Utang Terbesar
Dari sisi pemberi pinjaman, Singapura mempertahankan posisinya sebagai kreditur terbesar Indonesia, dengan total pinjaman senilai US$ 56,73 miliar pada November 2024. Amerika Serikat menyusul di posisi kedua dengan nilai utang US$ 26,80 miliar, diikuti oleh China dan Jepang masing-masing sebesar US$ 22,59 miliar dan US$ 21,39 miliar.
Perlambatan ini menunjukkan dinamika pengelolaan utang luar negeri Indonesia yang lebih terkendali, meskipun masih dipengaruhi oleh berbagai faktor domestik dan global.