29 C
Jakarta
Rabu, 30 April, 2025

Literasi Keuangan Digital Masih Rendah: Apa yang Salah?

Di tengah pesatnya perkembangan teknologi finansial (fintech) di Indonesia, literasi keuangan digital masyarakat masih tergolong rendah. Hal ini menjadi tantangan serius dalam mewujudkan inklusi keuangan yang berkelanjutan. Artikel ini akan membahas kesenjangan pemahaman di masyarakat, efektivitas kampanye edukasi, dan peran startup fintech dalam meningkatkan literasi keuangan digital. (Pentingnya Literasi Keuangan Digital dalam Mencegah Cybercrime …)

Kesenjangan Pemahaman di Masyarakat

Berdasarkan data Institute for Development of Economics and Finance (INDEF) tahun 2023, indeks literasi digital Indonesia baru mencapai 62 persen, terendah di antara negara ASEAN yang rata-rata mencapai 70 persen. Sementara itu, Survei Nasional Literasi dan Inklusi Keuangan (SNLIK) OJK tahun 2024 menunjukkan indeks literasi keuangan Indonesia sebesar 65,43 persen, sedangkan indeks inklusi keuangan mencapai 75,02 persen. (OJK tingkatkan literasi keuangan digital – ANTARA News – Antaranews, OJK dan BPS Umumkan Hasil Survei Nasional Literasi dan Inklusi …)

Kesenjangan ini menunjukkan bahwa meskipun akses terhadap layanan keuangan digital semakin luas, pemahaman masyarakat mengenai manfaat dan risikonya masih terbatas. Banyak pengguna yang belum memahami cara kerja produk keuangan digital, seperti pinjaman online, investasi digital, dan dompet elektronik, sehingga rentan terhadap penipuan dan praktik keuangan yang merugikan. (OJK Tekankan Pentingnya Literasi Keuangan Digital … – Infopublik.id)

Efektivitas Kampanye Edukasi

Otoritas Jasa Keuangan (OJK) telah meluncurkan berbagai program edukasi untuk meningkatkan literasi keuangan digital, seperti Gerakan Nasional Cerdas Keuangan (GENCARKAN) dan program “OJK Mengajar” yang menyasar generasi muda. Namun, efektivitas kampanye ini masih perlu ditingkatkan. ([PDF] OJK Tingkatkan Literasi Keuangan Masyarakat)

Sebuah studi menunjukkan bahwa pendekatan edukasi berbasis komunitas dan kolaborasi dengan institusi pendidikan dapat meningkatkan pemahaman peserta hingga 73 persen terkait literasi keuangan digital dan risiko pinjaman online. Hal ini menunjukkan bahwa pendekatan yang lebih personal dan kontekstual lebih efektif dalam meningkatkan literasi keuangan digital dibandingkan kampanye massal yang bersifat umum. (Peningkatan Kesadaran Keuangan Digital Melalui Literasi Berbasis …)

🚀 Peran Startup Fintech dalam Meningkatkan Literasi

Startup fintech memiliki peran penting dalam meningkatkan literasi keuangan digital. Melalui inovasi teknologi, mereka dapat menyediakan layanan keuangan yang lebih mudah diakses dan dipahami oleh masyarakat. Beberapa startup fintech telah mengembangkan fitur edukatif dalam aplikasi mereka, seperti simulasi investasi, kalkulator keuangan, dan konten edukasi interaktif. ([PDF] Melacak Program-Program Literasi Keuangan di Indonesia)

Selain itu, kolaborasi antara startup fintech dengan lembaga pendidikan dan komunitas lokal dapat memperluas jangkauan edukasi keuangan digital. Misalnya, program pelatihan literasi keuangan untuk pelaku UMKM dan masyarakat di daerah terpencil dapat membantu meningkatkan pemahaman mereka terhadap produk keuangan digital dan cara penggunaannya secara bijak.

🧭 Kesimpulan

Rendahnya literasi keuangan digital di Indonesia merupakan tantangan yang harus diatasi secara kolaboratif. Pemerintah, regulator, institusi pendidikan, dan pelaku industri fintech perlu bekerja sama dalam mengembangkan program edukasi yang efektif dan inklusif. Dengan meningkatkan pemahaman masyarakat terhadap keuangan digital, diharapkan mereka dapat memanfaatkan layanan keuangan secara bijak dan terhindar dari risiko yang merugikan.

 

Iklan

mau tayang di media lain juga

ARTIKEL TERBARU