26.2 C
Jakarta
Sabtu, 17 Mei, 2025

QRIS Internasional Resmi Berlaku: Apakah Ini Akhir dari Transaksi Tunai di Asia Tenggara?

Pada awal tahun 2024, Bank Indonesia secara resmi meluncurkan implementasi QRIS  Internasional, yang memungkinkan masyarakat Indonesia melakukan pembayaran lintas negara cukup dengan memindai kode QR. Fitur ini menjadi bagian dari kerja sama regional dengan negara-negara ASEAN seperti Thailand, Malaysia, dan Singapura. Dengan semakin masifnya adopsi pembayaran digital, pertanyaan pun muncul: Apakah ini pertanda berakhirnya era transaksi tunai di Asia Tenggara?

Apa Itu QRIS Internasional?

QRIS Internasional merupakan pengembangan dari QRIS domestik yang telah diterapkan sejak 2019 di Indonesia. QRIS menyatukan berbagai kode QR dari penyelenggara layanan pembayaran agar konsumen cukup menggunakan satu kode saja untuk semua transaksi. Dengan versi internasionalnya, pengguna bisa melakukan pembayaran di luar negeri dengan tetap menggunakan aplikasi dompet digital lokal seperti GoPay, OVO, DANA, atau mobile banking.

Sebaliknya, wisatawan asing dari negara yang telah bekerja sama juga bisa membayar di merchant Indonesia dengan aplikasi pembayaran mereka sendiri. Proses konversi kurs berlangsung otomatis dan transparan.

Negara yang Sudah Terintegrasi

Hingga pertengahan 2025, berikut beberapa negara yang telah bekerja sama dengan Indonesia dalam integrasi sistem pembayaran berbasis QR code:

  • Thailand (PromptPay)

  • Malaysia (DuitNow)

  • Singapura (Nets)

  • Filipina (QR Ph)

  • Kamboja (KHQR, dalam proses uji coba)

Kerja sama ini merupakan bagian dari inisiatif ASEAN Payment Connectivity, yang bertujuan mempercepat digitalisasi keuangan dan meningkatkan inklusi keuangan antarnegara di kawasan Asia Tenggara.

Dampak bagi Konsumen dan UMKM

Bagi konsumen, manfaatnya sangat nyata. Pelancong asal Indonesia kini dapat melakukan pembayaran di Thailand tanpa harus menukarkan uang tunai. Hal ini sangat membantu terutama dalam transaksi kecil seperti membeli makanan jalanan atau naik transportasi umum.

Bagi UMKM, peluangnya bahkan lebih besar. Dengan menerima pembayaran QR dari wisatawan asing, potensi pasar mereka meluas tanpa harus repot mengelola sistem pembayaran internasional seperti kartu kredit. Tidak hanya efisien, tetapi juga murah karena biaya transaksinya lebih rendah dibandingkan sistem kartu.

Mendorong De-Dolarisasi Transaksi Kecil

Implementasi QRIS Internasional secara tidak langsung juga mendorong proses de-dolarisasi dalam transaksi harian. Sebelumnya, wisatawan cenderung menukarkan dolar AS sebelum menukarnya lagi ke mata uang lokal. Kini, pembayaran lintas negara bisa langsung menggunakan kurs lokal secara real-time melalui sistem digital.

Hal ini selaras dengan visi ASEAN untuk membangun ekosistem ekonomi yang lebih terintegrasi dan berdaulat, mengurangi ketergantungan pada mata uang asing untuk transaksi regional.

Tantangan dan Potensi Masalah

Meskipun prospeknya menjanjikan, implementasi QRIS Internasional masih menghadapi beberapa tantangan:

  1. Infrastruktur dan adopsi teknologi yang belum merata di beberapa negara atau daerah pelosok.

  2. Ketergantungan pada koneksi internet, yang masih menjadi kendala di wilayah terpencil.

  3. Risiko keamanan data, terutama karena sistem ini melibatkan lintas negara dan berbagai operator.

  4. Sosialisasi dan literasi digital, khususnya di kalangan pelaku usaha mikro dan lansia, masih perlu ditingkatkan.

Untuk menjawab tantangan ini, perlu kolaborasi antara pemerintah, otoritas moneter, dan sektor swasta dalam meningkatkan edukasi serta memperluas akses teknologi keuangan.

Transaksi Tunai Masih Bertahan?

Meski adopsi pembayaran digital terus meningkat, transaksi tunai belum akan hilang dalam waktu dekat. Di beberapa negara Asia Tenggara, seperti Laos dan Myanmar, penggunaan uang tunai masih sangat dominan. Bahkan di Indonesia sendiri, data dari Bank Indonesia menunjukkan bahwa sekitar 60% transaksi ritel di luar kota besar masih menggunakan tunai, terutama di warung tradisional dan pasar.

Faktor seperti kepercayaan terhadap sistem digital, preferensi pengguna, dan keterbatasan akses internet membuat uang tunai tetap relevan dalam waktu tertentu.

Namun, jika tren saat ini terus berlangsung — dengan dukungan dari pemerintah dan teknologi yang semakin terjangkau — tidak menutup kemungkinan transaksi digital akan menjadi mayoritas dalam satu dekade ke depan.

Apa Selanjutnya?

Setelah Asia Tenggara, rencana jangka panjang BI adalah memperluas kerja sama dengan negara lain seperti Jepang, Korea Selatan, dan bahkan negara-negara Eropa yang menjadi tujuan utama wisata dan bisnis. Ini akan menjadikan QRIS sebagai platform pembayaran lintas negara yang semakin luas dan inklusif.

Selain itu, ada upaya untuk mengintegrasikan fitur identifikasi digital dan keuangan syariah dalam sistem QRIS agar bisa memenuhi kebutuhan yang lebih luas.

Kesimpulan

Peluncuran QRIS Internasional bukan hanya inovasi teknis, melainkan langkah strategis menuju ekonomi digital ASEAN yang lebih terintegrasi dan inklusif. Meskipun uang tunai belum akan sepenuhnya hilang, tren menuju transaksi nontunai sangat jelas dan tidak terbendung.

Dengan dukungan infrastruktur, regulasi yang adaptif, serta edukasi yang merata, bukan tidak mungkin bahwa masa depan transaksi di Asia Tenggara akan sepenuhnya berbasis digital. Untuk sekarang, QRIS Internasional adalah langkah awal yang konkret dan menjanjikan.

 

Iklan

mau tayang di media lain juga

ARTIKEL TERBARU