33.6 C
Jakarta
Jumat, 27 September, 2024

AFPI Ubah Target Kredit Paylater 2024, Waspadai Ancaman Kelas Menengah Menurun

JAKARTA – Asosiasi Fintech Pendanaan Bersama Indonesia (AFPI) menargetkan pertumbuhan outstanding P2P lending atau pinjaman online (pinjol) sepanjang tahun 2024 sebesar 7% secara tahunan (year-on-year/yoy) dibandingkan dengan capaian di tahun 2023. Meski begitu, asosiasi mengakui ada kemungkinan penyesuaian target ini.

Pada 2023, outstanding pembiayaan pinjol tercatat sebesar Rp59,64 triliun.

“Dengan mempertimbangkan situasi yang terus berubah, penyesuaian target penyaluran pembiayaan tahun ini menjadi sangat mungkin,” ujar Sekretaris Jenderal AFPI, Tiar N. Karbala.

AFPI Ubah Target Kredit untuk Apa?

Tiar menambahkan bahwa fokus utama fintech lending adalah menjaga kualitas aset dan mengurangi risiko kredit macet. Ia menegaskan bahwa pertumbuhan yang sehat dan berkelanjutan lebih penting daripada mengejar target penyaluran yang terlalu ambisius.

Tiar juga menyoroti bahwa kebijakan yang dikeluarkan oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK) berpotensi mempengaruhi kinerja industri secara signifikan.

Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat bahwa sekitar 9,4 juta penduduk kelas menengah telah bergeser ke kelompok aspiring middle class dari tahun 2019 hingga 2024, sehingga totalnya menjadi 47,85 juta orang. Jumlah kelas menengah ini juga mengalami penurunan dari 48,27 juta orang pada tahun 2023.

“Penurunan jumlah kelas menengah menyebabkan daya beli masyarakat secara umum menurun, sehingga banyak yang kesulitan dalam memenuhi kewajiban pembayaran kredit, khususnya bagi mereka dengan pendapatan tetap,” kata Tiar.

Kredit Macet Juni 2024 Menurun

Ia menambahkan, hal ini berdampak pada kemampuan masyarakat untuk membayar utang mereka. Berdasarkan data P2P lending, tingkat kredit macet (TWP90) pada Juni 2024 turun menjadi 2,79% baik secara bulanan maupun tahunan. Namun, TWP90 pada kelompok usia produktif 35-54 tahun naik menjadi Rp557,34 miliar per Juni 2024, dibandingkan Rp541,26 miliar pada Juni 2023.

“Penurunan kelas menengah seringkali sejalan dengan meningkatnya tingkat pengangguran, yang memperburuk kemampuan masyarakat dalam membayar utang,” jelasnya.

Sebelumnya, Ketua Umum AFPI, Entjik S. Djafar, menargetkan pertumbuhan outstanding pembiayaan pinjaman online tahun ini lebih tinggi dibandingkan tahun 2023.

“Seharusnya bisa tercapai, target kami adalah pertumbuhan sebesar 7%,” ujar Entjik.

Target pertumbuhan ini lebih rendah dibandingkan pertumbuhan dua digit yang konsisten pada periode 2021 hingga 2023.

Iklan

mau tayang di media lain juga

ARTIKEL TERBARU