30.2 C
Jakarta
Selasa, 16 April, 2024

Mengulik Apa Itu Terra Luna (LUNA) yang Harganya Anjlok Gila-gilaan

JAKARTA, duniafintech.com – Apa itu Terra Luna (LUNA)? Saat ini, aset kripto tersebut memang sedang menjadi topik perbincangan di industri kripto dunia. Hal itu terjadi usai harganya anjlok gila-gilaan.

Betapa tidak, dalam sepekan belakangan, harganya turun sangat drastis, yakni mencapai hampir 90 persen. Padahal, pada April 2022 lalu, token ini sempat menyentuh harga tertingginya, yakni senilai 119 dollar AS atau sekitar Rp1,7 juta per koin.

Lantas, bagaimana sejarah dan perkembangan token ini hingga mencapai titik senjakalanya saat ini? Simak ulasannya berikut ini.

Mengenal Apa Itu Terra Luna

Pada dasarnya, Terra adalah proyek jaringan (network) blockchain yang didirikan oleh Daniel Shin dan Do Kwon pada tahun 2018 silam. Kedua founder Terra ini membangun Terra networks lewat perusahaan pengembang blockchain berbasis di Korea Selatan bernama Terraform Labs.

Tujuan khusus dari blockchain Terra oleh pendirinya, yakni dalam rangka membuat sistem transaksi keuangan kripto stablecoin. Adapun mata uang kripto yang satu ini meniru sistem nilai mata uang fiat, contohnya dolar AS, won Korea, euro, dan lain-lain.

Di samping itu, tujuan lainnya adalah agar biaya dan waktu transaksi dapat lebih cepat ketimbang sistem konvensional seperti di bank atau fintech pada umumnya untuk mengirimkan dana.

Baca juga: Terra Luna Tersungkur, Para Investor Bangkrut Mulai Buru Do Kwon

Di lain sisi, jaringan Terra memungkinkan pengembang blockchain untuk membangun blockchains dan dApps khusus untuk berbagai kasus penggunaan, umumnya yang berfokus pada DeFi (decentralized finance), proyek non fungible-token (NFT), dan aplikasi Web 3.0.

Adapun Terra network bekerja dengan mekanisme algoritma Delegated Proof-of-Stake (DPoS) atau sebuah konsensus pada aset kripto, dengan pengguna di sini bisa menambang atau memvalidasi transaksi aset kripto sesuai dengan jumlah koin yang dimiliki.

Namun, Terra network pun tidak berdiri sendiri. Pasalnya, mereka pun terhubung dengan jaringan blockchain utama lainnya, termasuk Ethereum, Binance Smart Chain, dan Harmony,

Ada dua aset kripto yang lahir dari Terra network, yaitu Terra USD (atau UST)—sebagai stablecoin—dan Terra (LUNA)—sebagai token.

Apa Itu Terra Luna—Keterkaitan UST dengan Luna

Harga Terra USD (UST) sendiri—sebagai sebuah stablecoin—dibanderol 1:1 pada aset cadangan, seperti dollar AS atau emas. Tujuannya adalah dalam rangka meyakinkan investor bahwa harga stablecoin akan tetap di kisaran 1 dollar AS.

Hal itu berarti bahwa saat turun, harga satu UST bakal dijaga tidak berada jauh di bawah 1 dolar AS atau sekitar 14.651 dengan kurs Rupiah.

Kendati beda jenis, tetapi keduanya secara intrinsik saling berkaitan, bahkan tidak bisa dipisahkan antara satu dengan yang lainnya. Hubungan mutualisme itu dapat dimanfaatkan oleh investor untuk melindungi nilai asetnya jika salah satu harga aset (UST/Luna) merosot tajam.

Baca juga: Terra Luna Bangkit, Mungkinkah Terjadi? Ini kata Sang Pencipta

Sebagai informasi, dalam ekosistem jaringan Terra, investor bisa menukarkan token Terra Luna mereka ke stablecoin UST, demikian pula sebaliknya, dengan jaminan harga 1 dollar AS. Harga itu pun dijamin, terlepas dari harga kedua token ini di pasar kripto.

Pertukaran ini punya konsep bahwa satu stablecoin Terra USD bakal senantiasa bernilai sama dengan token Luna senilai 1 dollar AS. Di sisi lain, satu token Luna bakal selalu bernilai sama dengan stablecoin Terra USD senilai 1 dollar AS.

Dengan demikian, dalam skenario harga UST meningkat naik level atas 1 dollar AS, pemilik token Terra Luna dapat menukarkan token Luna senilai 1 dollar AS punya mereka ke stablecoin UST sehingga investor dapat memperoleh cuan.

Akan halnya juga saat harga UST anjlok di bawah 1 dollar AS, investor UST dapat menukarkan UST punya mereka ke token Luna kalau harganya naik, yakni dengan rasio 1:1.

Bagaimana Cara Kerja Terra?

Cara kerja Terra dimulai saat investor mengunci atau menyimpan aset kripto lewat dompet atau wallet mereka pada rentang waktu tertentu, dengan tujuan memperoleh keuntungan. Mekanisme itu biasa disebut staking.

Nah, transaksi aset kripto berbentuk Luna itu lantas akan diverifikasi oleh validator blockchain supaya investor memperoleh cuan. Kian banyak Terra yang dipakai/ditransaksikan, kian malah pula harga Luna, dan demikian juga sebaliknya.

Sistem Terra Luna ini punya keunikan, yakni karena ia jauh lebih kompleks ketimbang aset kripto lainnya. Pasalnya, sistem ini memakai coding yang lebih rumit dan token Luna untuk membuat harganya tetap stabil.

Terlalu Banyak Terra yang Dijual

Nah, sudah tahu kan sekarang apa itu Terra Luna (LUNA)? Pertanyaan berikutnya, kenapa harganya bisa anjlok dan UST tidak lagi stabil?

Penting diingat bahwa supaya tetap stabil, UST senantiasa memerlukan LUNA. Jadi, ketika LUNA kehilangan nilai lantaran aksi penjualan yang lebih besar ketimbang yang disanggupi oleh sistem untuk menerbitkan UST, nilai UST akan jauh lebih kecil ketimbang 1 dolar.

Hal itu yang kemudian menimpa LUNA. Pasalnya, para pemegang kripto ini menjualnya terlampau banyak—kabarnya karena aksi manipulasi pasar oleh dua perusahaan besar, yaitu BlackRock dan Citadel serta 1 perusahaan bursa kripto asal AS, yakni Gemini.

Baca juga: Apakah Benar Mereka ini Dalang Tragedi Runtuhnya Harga Terra Luna?

 

Penulis: Kontributor/Boy Riza Utama

Editor: Rahmat Fitranto

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Iklan

ARTIKEL TERBARU

LANGUAGE