28.2 C
Jakarta
Minggu, 15 Desember, 2024

Berita Ekonomi Hari Ini: OJK Sebut Ekonomi Global Lebih Stabil meski Badai Belum Berlalu

JAKARTA, duniafintech.com – Berita ekonomi hari ini terkait Otoritas Jasa Keuangan (OJK) yang menyebut perekonomian global lebih stabil saat ini.

Menurut Ketua Dewan Komisioner OJK, Mahendra Siregar, kondisi itu relatif lebih stabil jika dibandingkan dengan kondisi beberapa bulan lalu. 

Meski demikian, imbuhnya, hal tersebut tidak berarti bahwa ketidakpastian ekonomi global sudah berakhir.

Berikut ini berita ekonomi hari ini selengkapnya, seperti dinukil dari Kompas.com, Selasa (6/6/2023).

Baca juga: Berita Ekonomi Hari Ini: Pemerintah Tekan Inflasi hingga Ajukan Pertumbuhan Ekonomi Makro Lebih Realistis

Berita Ekonomi Hari Ini: Tingkat Inflasi Global

Adapun salah satu indikator utama yang masih menjadi perhatian ialah tingkat inflasi global.

Mahendra pun menyebutkan bahwa tingkat inflasi global sudah berangsur menurun. 

Namun, laju indeks harga konsumen (IHK) masih lebih cepat dibanding kondisi normal. 

“Perkembangan perekonomian global memang relatif lebih stabil dari pada sebelumnya, demikian juga yang terjadi pada pasar keuangan global relatif lebih baik dari beberapa bulan sebelumnya,” kata Mahendra dalam rapat kerja dengan Komisi XI DPR RI, di Jakarta, Senin (5/6/2023). 

“Sekalipun belum bisa dikatakan bahwa badai sudah berlalu,” imbuh dia. 

Tingkat inflasi yang lebih tinggi diproyeksi berdampak terhadap arah kebijakan moneter bank sentral di berbagai negara. 

Pengetatan kebijakan moneter bank sentral diprediksi berlanjut sehingga pada akhirnya berdampak terhadap laju pertumbuhan ekonomi masing-masing negara. 

Kemudian, sentimen konflik geopolitik masih berlanjut. Ia menilai, meskipun sudah terdapat pembicaraan yang mengarah ke hal yang baik, tetapi hal itu belum signifikan.

“Yang juga telah berdampak ke persaingan rantai pasok produk-produk teknologi dunia dan juga persaingan pada ketersediaan pasokan produk-produk strategis,” ujarnya.

Dalam kesempatan yang sama, Gubernur Bank Indonesia (BI), Perry Warjiyo menyebutkan, pertumbuhan ekonomi global pada 2023 diproyeksi mencapai 2,7 persen, lebih tinggi dari proyeksi sebelumnya sebesar 2,6 persen. 

“Kendati demikian, ketidakpastian ekonomi global disebut masih membayangi sistem keuangan dunia.

“Dari pasar keuangan global menunjukkan ketidakpastian sistem keuangan masih berlanjut,” ucapnya.

Berita Ekonomi Hari Ini: Pemerintah Tekan Inflasi hingga Ajukan Pertumbuhan Ekonomi Makro Lebih Realistis

Sebelumnya dilaporkan, Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati menegaskan bahwa Pemerintah dan Bank Indonesia bekerja sama dengan baik sehingga Indonesia menjadi negara yang sukses menurunkan inflasi.

“Indonesia termasuk yang sukses menurunkan inflasi tanpa membuat ekonominya harus redup karena interest rate-nya naik terlalu ekstrem. Ini karena fiskal dan moneter, pemerintah dan bank sentral bekerja sama secara baik,” kata Sri Mulyani.

Sri Mulyani menjelaskan Pemerintah dan Bank Indonesia sepakat untuk tetap konsisten menjaga inflasi tahun 2023 pada kisaran 3,0% ± 1% untuk mengakselerasi pemulihan ekonomi nasional di tengah masih adanya potensi risiko inflasi ke depan.

“Kalau di Indonesia, kalau bicara inflasi, kita bilangnya 3,0% ± 1% itu di dalam APBN dan menjadi indikatornya bank sentral,” ujar Sri Mulyani. 

Dia mengungkapkan terdapat beberapa langkah strategis yang dilakukan untuk menjaga inflasi melalui penguatan koordinasi di tingkat pusat dan daerah, seperti memperkuat koordinasi kebijakan untuk menjaga stabilitas makroekonomi dan mendorong momentum pemulihan ekonomi nasional.

Baca juga: Berita Ekonomi Hari Ini: Uji Coba Bayar Tol tanpa Berhenti Terancam Mundur

Berita Ekonomi Hari Ini

Di sisi lain, dia menambahkan bahwa Pemerintah dan Bank Indonesia perlu menjaga inflasi komponen harga yang diatur oleh pemerintah atau administered prices dan inflasi komponen volatile food, utamanya pada masa Hari Besar Keagamaan Nasional sehingga pada akhir tahun berada dalam kisaran 3,0 hingga 5,0 persen.

“Sehingga untuk Indonesia, menangani inflasi enggak selalu harus pakai monetary policy. Makanya, Pak Gubernur (Bank Indonesia) naikin suku bunganya enggak setinggi dan seekstrim bank sentral negara lain, tapi inflasi Indonesia turun. Karena apa? Karena kita menangani dari sisi pemerintah, sisi (volatile) food, dan administered price,” kata Sri Mulyani.

Pengendalian inflasi menjadi salah satu kebijakan jangka pendek yang ditujukan untuk membangun pijakan yang kokoh dalam mewujudkan agenda pembangunan dan kesejahteraan masyarakat. Pemerintah, baik pusat dan daerah, serta Bank Indonesia perlu terus berkolaborasi dalam menjaga stabilitas harga, serta memastikan kelancaran distribusi dan pasokan komoditas esensial.

Asumsi Pertumbuhan Makro Lebih Realistis

Dalam Kerangka Ekonomi Makro dan Pokok-Pokok Kebijakan Fiskal Tahun 2024, Pemerintah mengasumsikan pertumbuhan ekonomi pada tahun 2024 sebesar 5,3% hingga 5,7%. Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati mengatakan, besaran asumsi ini dinilai realistis.

“Pemerintah memandang bahwa asumsi pertumbuhan ekonomi tahun 2024 antara 5,3 – 5,7% adalah sebuah proyeksi yang realistis,” kata Sri Mulyani.

Sri Mulyani mengatakan sebagai negara dengan menerapkan ekonomi terbuka, prospek pertumbuhan ekonomi Indonesia dipengaruhi oleh dinamika dan prospek ekonomi global maupun faktor-faktor domestik. Prospek pertumbuhan dari sisi global untuk tahun 2024 diperkirakan membaik dibandingkan tahun ini yang dianggap sebagai tahun yang paling lemah.

“Pertumbuhan ekonomi global diperkirakan akan mengalami akselerasi dari tahun ini yang hanya 2,8% per tahun yakni di tahun 2023 pada tahun depan akan sedikit membaik menjadi 3,0% di tahun 2024. Dilihat dari volume perdagangan dunia diperkirakan juga lebih baik atau pulih, meningkat dari 2,4% di tahun 2023 menjadi tumbuh 3,5% tahun 2024,” kata Sri Mulyani. 

Selain itu, pertumbuhan ekonomi juga akan didukung produk hilirisasi yang terus diperkuat untuk menopang daya saing produk ekspor Indonesia. Dari sisi domestik, aktivitas konsumsi dari sisi agregat demand juga diperkirakan akan menguat di tahun 2024. Di samping itu, penyelenggaraan Pemilu dan Pilkada tahun 2024 dan percepatan pelaksanaan agenda reformasi struktural turut diperkirakan mendorong aktivitas perekonomian.

Namun demikian, menanggapi pandangan fraksi terhadap besaran asumsi pertumbuhan ekonomi tersebut, Pemerintah sepakat tentang pentingnya peningkatan kewaspadaan gejolak global.

“Oleh karena itu, kita akan terus melakukan antisipasi dari berbagai tantangan lain baik dalam jangka pendek, menengah, dan panjang. Masalah perubahan iklim dan perkembangan teknologi informasi dan digital yang cepat, serta ancaman pandemi juga masih menjadi risiko yang harus kita perhitungkan,” kata Sri Mulyani.

Baca juga: Apa Itu Resesi Ekonomi Global? Simak di Sini Cara Mencegahnya

Baca terus berita fintech Indonesia dan kripto terkini hanya di duniafintech.com

Iklan

mau tayang di media lain juga

ARTIKEL TERBARU