28.6 C
Jakarta
Senin, 4 November, 2024

Berita Fintech Indonesia: Fintech Didorong Berkontribusi Optimal Dongkrak Literasi dan Inklusi Keuangan

JAKARTA, duniafintech.com – Berita fintech Indonesia terbaru kali ini terkait keinginan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) pada perusahaan fintech.

Dalam hal ini, OJK ingin perusahaan fintech dapat berkontribusi optimal untuk mendongkrak tingkat literasi dan inklusi keuangan masyarakat sesuai target pemerintah sebesar 90 persen pada 2024.

“Untuk mendukung itu, kami tetap harus meningkatkan aspek kehati-hatian,” ucap Ketua Dewan Komisioner OJK Mahendra Siregar dalam pemaparan virtual di sela Pertemuan Menteri Keuangan dan Bank Sentral ASEAN di Nusa Dua, Bali, Selasa (28/3/2023), seperti disitat dari Republika, Rabu (29/3/2023).

Berikut ini berita fintech Indonesia selengkapnya.

Baca juga: Berita Fintech Indonesia: Tahun Ini, Fintech Lending Diproyeksikan Salurkan Pinjaman Rp335 Triliun

Berita Fintech Indonesia: Cermati Situasi Industri yang Berbeda

Diterangkan Mahendra, aspek kehati-hatian ini dilakukan dengan mencermati situasi industri fintech yang berbeda dibandingkan beberapa waktu lalu.

Sebelumnya, kata dia, perusahaan teknologi keuangan digital banyak didukung aliran likuiditas di pasar modal dengan biaya rendah seiring kebijakan pemerintah dalam menghadapi dampak pandemi COVID-19.

Akan tetapi, dalam satu tahun terakhir, tingkat suku bunga di Amerika Serikat dan Eropa meningkat tajam.

Hasilnya, banyak investor perusahaan teknologi keuangan yang awalnya memiliki likuiditas berlebih, kini tak lagi memberikan dukungan.

Atas kondisi itu, perusahaan fintech berkompetisi di pasar modal yang lebih kompetitif dan meningkatkan tata kelola risiko, transparansi dan profitabilitas.

Bahkan, imbuhnya, masalah tingkat suku bunga juga membuat Silicon Valley Bank (SVB) di Amerika Serikat bangkrut.

“Dengan pelajaran itu, regulator termasuk OJK harus menjadi lebih waspada dalam menyeimbangkan dan menavigasi, yang lebih penting prinsip prudential dari bank dan perusahaan keuangan dan saat yang sama juga untuk mengamankan stabilitas sistem keuangan,” paparnya.

Menurut data Otoritas Jasa Keuangan (OJK), tingkat inklusi keuangan di Indonesia pada 2022 mencapai 85 persen atau naik dibandingkan 2019 mencapai 76 persen. 

Sementara itu, literasi atau pemahaman keuangan di Indonesia pada 2022 mencapai 49,6 persen atau meningkat dibandingkan 2019 mencapai 38 persen.

Di lain sisi, OJK baru-baru ini menerbitkan Peraturan OJK (POJK) Nomor 3 Tahun 2023 tentang Peningkatan Literasi dan Inklusi Keuangan di Sektor Jasa Keuangan Bagi Konsumen dan Masyarakat.

Salah satu penguatan dalam POJK itu yakni untuk mengakomodasi perkembangan inovasi dan teknologi yang cepat dan dinamis di sektor jasa keuangan.

Dengan begitu, memberikan kesempatan bagi pelaku usaha jasa keuangan (PUJK) untuk menciptakan atau menggunakan cara berbasis teknologi informasi dalam melakukan kegiatan untuk meningkatkan literasi dan inklusi keuangan.

Berita Fintech Indonesia: Bank Dunia Sebut Fintech Indonesia Lebih Murah dan Efisien

Sementara itu, World Bank atau Bank Dunia yakin perkembangan industri financial technology (fintech) akan semakin pesat di Indonesia.

Bahkan, perkembangan fintech akan semakin besar karena selain memiliki biaya murah, fintech juga bergerak lebih lincah daripada perbankan.

Baca juga: Berita Fintech Indonesia: Untuk Pertama Kalinya, Industri Fintech Lending Cetak Laba

“Tidak seperti bank konvensional yang sangat mahal, fintech cost-nya murah bisa menurunkan penghalang (barrier) pendanaan di sektor rural dan urban area,” ucap Kepala Perwakilan Bank Dunia untuk Indonesia dan Timor-Leste Satu Kahkonen dalam Side Event ASEAN Summit 2023, Selasa, 28 Maret 2023, dikutip dari Medcom.

Disampaikannya, digitalisasi berperan besar dalam mendorong perkembangan fintech. 

Semakin banyak masyarakat yang melek teknologi, imbuhnya, itu akan membuat fintech akan menjadi game changing dalam pertumbuhan ekonomi Indonesia dalam beberapa waktu mendatang.

“Digitalizing di Indonesia sudah tumbuh, tetapi sangat fundamental untuk fintech sector, saya kira akan perlu dilihat bagaimana ini bekerja dan inovasi akan tumbuh ketika mereka akan tumbuh,” jelasnya.

Adapun faktor yang mendorong adalah kepemilikan smartphone yang meningkat di Indonesia.

Semakin banyak smartphone memberikan peluang bagi terciptanya kenaikan transaksi di industri keuangan digital.

“Fintech juga memperkecil gap literasi keuangan pelaku UMKM. Partnership fintech dengan bank membantu menurunkan gap itu, Perusahaan fintech menciptakan kompetisi yang efisien,” tuturnya.

berita fintech indonesia

Ketimpangan dalam Penetrasi Fintech

Ia menambahkan, banyak gap atau kesenjangan dalam penetrasi fintech di Indonesia.

Beberapa kesenjangan muncul dari kawasan rural area yang kurang memiliki akses keuangan ketimbang urban area.

“Rural area kurang memiliki akses finansial ketimbang di urban area. Ini karena (perbedaan) income serta kewajiban dari financial services yang menyertakan jaminan. Young people kurang memiliki bank account ketimbang old people,” ulasnya.

Dikatakannya juga, ada gap antara pria dan wanita. Gap ini bisa diatasi dengan training mengenai financial literacy serta caranya mengatur keuangan.

Di samping itu, faktor kurangnya partisipasi perempuan dalam dunia ketenagakerjaan juga turut menyebabkan gap antara pria dan wanita.

“Perlu ada financial literacy atau training, capacity building. Kita akan suka karena partisipasi perempuan di labour force sangat kecil ketika itu tumbuh maka literasi financial juga akan tumbuh,” tandasnya.

Baca juga: Berita Fintech Indonesia: Industri Fintech Disebut Bertumbuh pada 2023, Ini Penyebabnya Menurut IFSoc

Baca terus berita fintech Indonesia dan kripto terkini hanya di duniafintech.com

Iklan

mau tayang di media lain juga

ARTIKEL TERBARU