27.3 C
Jakarta
Minggu, 19 Mei, 2024

BI: Tapering Off The Fed Tak Akan Goyahkan Perekonomian Nasional

Bank Indonesia (BI) memperkirakan Indonesia tidak akan mengalami dampak yang signifikan dengan adanya tapering off atau pengurangan sejumlah stimulus oleh bank sentral Amerika Serikat (AS) atau The Fed.

Menurut Gubernur BI Perry Warjiyo, dampak tapering The Fed yang akan diberlakukan dalam waktu dekat ini tidak akan separah dampak taper tantrum pada 2013. Karena, pasar cukup siap, lantaran kebijakan itu terus disosialisasikan.

Dia melanjutkan, pihaknya terus melakukan komunikasi dengan The Fed, sehingga dampaknya bisa diminimalisir. Kondisi yang berbeda terjadi pada tahun 2013, di mana krisis terjadi secara tiba-tiba yang tidak dilakukan antisipasi matang.

“Bahwa pengaruh dan dampaknya terhadap Indonesia dari rencana Fed Tapering jauh lebih rendah dari Fed Taper Tantrum di tahun 2013 atau bahkan beberapa episode kemudian,” katanya dalam video conference, Rabu (27/10).

CAD Terjaga, Perekonomian Nasional Berdaya Tahan

Menurutnya, kondisi perekonomian nasional saat ini jauh lebih baik dibandingkan dengan tahun 2013. Hal itu tercermin dari defisit transaksi berjalan atau current account deficit yang masih terjaga.

Dia bilang pada kasus 2013 defisit transaksi berjalan mencapai 3% dari produk domestik bruto (PDB). Sedangkan, di tahun ini diperkirakan CAD hanya berada di kisaran 0% hingga 0,8%.

“Harus dipahami defisit transaksi berjalan menunjukkan seberapa besar supply permintaan dan penawaran devisa di nilai tukar. Tahun depan juga lebih rendah, sehingga tekanan-tekanan dari nilai fundamentalnya juga jauh lebih rendah,” ujarnya.

Cadangan Devisa Cukup Untuk Menghalau Gangguan Eksternal

Perry pun menambahkan, kondisi saat ini cukup terselamatkan dengan banyaknya cadangan devisa negara. Tercatat, hingga sekarang cadangan devisa mencapai US$146,9 miliar.

Kendati demikian, BI dan Kementerian Keuangan (Kemenkeu) akan terus memantau perkembangan dari kebijakan negara-negara di dunia agar tak terjadi krisis yang lebih dalam lagi di Tanah Air.

“Kesimpulannya ya, kita harus waspada, kita harus terus memonitor, kita harus antisipasi secara baik. Tapi kalau bandingannya dengan Fed Taper Tantrum kita bisa mengantisipasi dengan lebih mampu lagi,” jelasnya.

Awal Mula Wacana Tapering Off

Adapun, tapering off merupakan pengurangan stimulus moneter yang dikeluarkan bank sentral saat perekonomian sedang terancam dan membutuhkan banyak suntikan likuiditas, seperti saat terdampak pandemi Covid-19 saat ini.

Langkah ini dilakukan The Fed untuk mengurangi stimulus di berbagai program, seperti pembelian obligasi untuk melonggarkan likuiditas perbankan atau kebijakan yang dikenal dengan quantitative easing (QE).

Umumnya, indikator pengukur kapan tapering off dilaksanakan adalah ketika inflasi mengalami keseimbangan, tingkat pengangguran menuju normal, hingga pemulihan tingkat kredit atau pinjaman yang menandakan ekonomi mulai aktif kembali.

Isu mengenai tapering off ini bermula saat Ketua The Fed, Jerome Powell mempertimbangkan untuk mengurangi stimulus besar-besaran. Kebijakan ini juga didorong oleh keputusan The Fed untuk menahan suku bunga acuannya di level 0%.

Kebijakan ini pun lantas mendapat perhatian dari banyak pihak, terutama investor yang khawatir dengan potensi dampak yang ditimbulkan terhadap pasar. Tak hanya itu kebijakan ini pun dikhawatirkan menghambat arus dana ke negara-negara berkembang, termasuk Indonesia.

 

Penulis: Nanda Aria

Editor: Anju Mahendra

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Iklan

ARTIKEL TERBARU