28.4 C
Jakarta
Selasa, 7 Mei, 2024

Tips Menghindari Kredit Macet dan Dampaknya di Masa Datang

JAKARTA, duniafintech.com – Cara menghindari kredit macet merupakan salah satu cara yang patut dilakukan, sebab mengantisipasi lebih baik daripada memperbaiki. Gagal bayar atau kredit macet itu sendiri adalah situasi dimana seorang debitur (peminjam) tidak bisa membayar cicilan hutang atau kredit.

Masalah tersebut bisa terjadi karena di tengah masa cicilan, debitur tidak memiliki dana cukup untuk melunasinya. Hingga akhirnya mengalami pemangkiran, penundaan, permintaan perpanjangan dan sebagainya.

Jika situasi ini terjadi, melunasi utang akan terasa berat apalagi dengan cara dicicil. Utang makin membengkak akibat denda keterlambatan dan bunga yang terus berjalan. Akhirnya gagal bayar.

Faktor Penyebab Terjadinya Gagal Bayar

Ada beberapa faktor penyebab masalah ini terjadi. Pada dasarnya, penyebab itu muncul dari debitur maupun kreditur itu sendiri. Berikut adalah beberapa penyebab kredit macet yang umum terjadi, antara lain:

  • Kurangnya perencanaan keuangan oleh debitur

Pada awal pinjaman, debitur biasanya terlalu memaksakan besaran jumlah kredit. Jumlah besar tersebut akhirnya membuat debitur terbebani dan melalaikan kewajibannya untuk membayar cicilan sesuai jatuh tempo.

  • Kreditur yang menawarkan pinjaman terlalu besar

Tidak hanya dari debitur saja, namun situasi ini juga seringkali disebabkan oleh kreditur. Lembaga penyedia pinjaman tersebut menawarkan jumlah pinjaman yang terlampau besar tanpa melakukan survey terhadap calon debitur terkait riwayat keuangan, status pekerjaan dan sebagainya. Maka dari itu, untuk menghindari faktor penyebab kredit macet adalah sebaiknya pihak kreditur memperketat tim analisis kredit.

Cara Menghindari Kredit Macet

Lalu bagaimana cara menghindari kredit macet? Simak penjelasan dibawah ini :

1. Pinjam sesuai kebutuhan dan kemampuan finansial

Hal yang harus diingat ketika hendak mengajukan kredit kepada siapapun, termasuk bank, adalah pinjam sesuai kebutuhan dan kemampuan finansial. Artinya plafon yang diajukan tidak jauh lebih besar dibanding kebutuhannya.

Misalnya Anda butuh uang untuk bayar pendidikan sebesar Rp 2 juta, ya pinjam sebesar itu saja. Atau kalaupun lebih, jangan terlalu besar selisihnya. Misalnya Rp 2,5 juta untuk jaga-jaga.

Selain itu, sesuai kemampuan keuangan. Idealnya utang tidak melebihi 30% dari gaji atau penghasilan. Kalau lebih dari itu, Anda dapat mengalami gagal bayar utang.

Alokasikan pembayaran cicilan utang 30% dari gaji. Misalnya gaji Anda Rp 5 juta per bulan, berarti sisihkan sebesar Rp 1,5 juta per bulan untuk membayar utang. Ini sesuai dengan metode dalam mengatur keuangan.

Dengan alokasi sebesar itu, maka Anda tidak perlu mengorbankan biaya kebutuhan sehari-hari karena sudah dianggarkan sebesar 40%-50% dari gaji setiap bulannya. Termasuk juga anggaran investasi, asuransi, dana darurat, sampai hiburan.

2. Hindari Utang Konsumtif

Cara menghindari kredit macet selanjutnya adalah menghindari utang konsumtif, meski tiap orang yang mengajukan pinjaman memang hak setiap individu. Penggunaannya pun berbeda-beda. Namun sebaiknya berutang untuk kegiatan produktif, seperti modal usaha, membeli peralatan bekerja, investasi properti, dan lainnya.

Jadi pinjaman akan bermanfaat. Bahkan menghasilkan, sehingga uang dari modal usaha maupun bekerja dapat digunakan untuk membayar utang.

Hindari pemakaian utang untuk tujuan konsumtif demi memenuhi gaya hidup atau gengsi semata. Belanja konsumtif justru banyak mudaratnya, tidak menghasilkan apapun, kecuali menghabiskan uang.

3. Jangan lalai bayar utang

Konsekuensi dari meminjam atau berutang adalah harus membayar tepat waktu. Apalagi meminjam uang di bank maupun fintech lending, jika telat bakal kena denda keterlambatan. Ini membuat utangmu bertambah besar.

Jangan sengaja menghindari pembayaran utang. Misalnya bayar cicilan ditunda karena uangnya dipakai untuk kebutuhan atau keperluan lain. Bila sudah kena denda, maka bayarlah agar tidak semakin besar.

Dampak Gagal Bayar

1. Kreditur akan kekurangan dana

Ketika debitur mengajukan kredit, maka ia akan menerima uang dari kreditur atau bank. Begitu pula dengan bank, bank akan memberikan uang kepada debitur dalam jumlah besar sekaligus. Jika terjadi kasus macet seperti ini, maka uang tersebut tidak bisa diputar dan berujung bank atau kreditur akan kekurangan dana. Tentu saja hal ini akan berpengaruh buruk terhadap kegiatan usaha kreditur.

2. Debitur bisa di blacklist

Jika seorang debitur memiliki riwayat kredit yang macet, maka riwayat tersebut akan selamanya tercatat oleh sistem bank. Catatan merah tersebut dapat membuat debitur kesulitan bahkan tidak bisa mengajukan kredit lagi di masa depan. Riwayat tersebut akan diketahui ketika seseorang melakukan BI checking. Bahkan, beberapa perusahaan telah menerapkan BI Checking kepada pegawainya. Dengan adanya riwayat tersebut, tentu akan mengurangi kredibilitas seseorang.

3. Ancaman terhadap ekonomi negara

Banyaknya nasabah yang terjebak dalam situasi ini akan membuat bank mencari cara lain untuk meningkatkan struktur permodalan usahanya. Salah satunya adalah dengan menekan adanya pengajuan kredit dan mengurangi mengurangi penyaluran kredit di berbagai sektor yang berpengaruh pada perkembangan ekonomi negara.

 

 

 

 

 

Penulis: Kontributor / M. Raihan Muarif

Editor: Anju Mahendra

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Iklan

ARTIKEL TERBARU

LANGUAGE