32.5 C
Jakarta
Jumat, 29 Maret, 2024

Dian Sastrowardoyo: Ada Apa dengan Era Digital dan Kebangsaan?

duniafintech.com – Menjadi pembicara sebuah dialog yang dihelat di Jakarta beberapa waktu lalu, Dian Sastrowardoyo, aktris dan produser film kenamaan Indonesia, memaparkan sejumlah ulasan menarik seputar Generasi muda dan pemahaman akan makna kebangsaan.

Dian mengutip sebuah teori yang dikemukakan oleh Dr. Muhammad Faisal yaitu Generasi Phi. Generasi millenial yang lahir sekitar tahun 1989-2000 yang pada masa reformasi tahun 1998 mereka masih berusia di bawah 10 tahun. Sebuah generasi yang tidak merasakan sulitnya berekspresi di masa orde baru.

Baca juga: Gelar Travel Fest di Pasar idEA 2019, Blibli.com Banting Stir?

Generasi yang tidak mengenal kata “terbatas” dan memiliki kebebasan berpendapat. Generasi yang dengan mudah bertindak dan mengkritisi pemerintah. Generasi inilah yang di kemudian hari bertindak sesuai dengan passion (hasrat) dan nilai dalam menghasilkan sebuah karya.

Dijelaskan Dian, Generasi Phi adalah mereka selalu mengikuti passion, passion dan passion. Realisasi atas keinginan pribadi ini terus berlanjut hingga mereka menyadari bahwa mereka juga memerlukan pendapatan. Inilah yang menjadi latar belakang terbentuknya industri kreatif. Salah satu cara atau bahkan satu-satunya cara bagi para Generasi Phi untuk tetap bertahan hidup tanpa meninggalkan apa yang menjadi passion mereka.

Saat ini ekonomi digerakkan oleh dunia kreatif dan digital. Inovasi teknologi yang mulai bermunculan, internet, smartphone, media sosial, menjadi ajang bagi para Generasi Phi untuk mengekspresikan diri, menyalurkan passion sambil mendapatkan penghidupan yang lebih layak.

Data BI menyebutkan, tahun 2015 kontribusi dunia kreatif pada pendapatan nasional sebesar 7,6%, industri ini juga mampu menyerap tenaga kerja sebanyak 15juta jiwa. Namun sayang, menurut Dian, sistem pendidikan saat ini cenderung tidak menyiapkan kita untuk berkompetensi dalam menghadapi perubahan seperti ini. Kurikulum yang dinilai statis dan demotivasi oleh para pengajar yang kurang menginspirasi. Ini adalah tantangan yang harus dijawab dan diubah agar cita-cita untuk Indonesia emas tahun 2045 bisa terwujud.

Baca juga: Patuhi Peraturan Pemerintah, Indodax Akan Daftarkan Diri ke Bappebti

“Kita harus transform (berubah) dari bangsa yang mengandalkan kekayaan alam menjadi bangsa yang mengandalkan kekayaan manusia. PR besarnya di sistem pendidikan, apakah sistem pendidikan kita siap untuk menjadikan kita bangsa yang dari hanya memanen hasil kekayaan alam menjadi bangsa yang memproses hasil kekayaan tersebut,” pungkas Dian.

-Karin Hidayat-

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Iklan

ARTIKEL TERBARU

LANGUAGE