33.5 C
Jakarta
Selasa, 16 April, 2024

Dirjen Ketenagalistrikan Ungkap Tantangan-tantangan Penyediaan Listrik di Indonesia

JAKARTA, duniafintech.com – Direktorat Jenderal (Dirjen) Ketenagalistrikan Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) mengungkapkan pemerintah tidak bisa berjalan sendiri untuk menghadapi tantangan-tantangan dalam hal penyediaan listrik yang handal bagi masyarakat Indonesia. 

“Pelaksanaan program-program ketenagalistrikan membutuhkan dukungan dari berbagai Kementerian atau Lembaga, BUMN, swasta untuk berkolaborasi sehingga program ketenagalistrikan bisa diakselerasi,” kata Direktur Jenderal (Dirjen) Ketenagalistrikan Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Jisman P. Hutajulu terkait tantangan penyediaan listrik. 

Baca juga: Kementerian ESDM Bentuk Tim Terpadu Kelistrikan Cegah Blackout

Dirjen Ketenagalistrikan Jisman mengungkapkan terdapat tantangan-tantangan penyediaan listrik yang dihadapi pemerintah dalam sektor ketenagalistrikan meliputi peningkatan pemerataan akses kelistrikan untuk masyarakat, dimana penopang dari pembangkit listrik di Indonesia masih didominasi oleh pembangkit yang berasal dari energi fosil khususnya PLTU dengan bauran sebesar 67 persen. 

“Di sisi yang lain, laju perkembangan EBT masih lambat di tengah tuntutan global untuk menurunkan emisi gas rumah kaca. Kami melihat terdapat mismatch antara lokasi pusat beban dan potensi EBT, contohnya potensi hydro sangat besar di Sumatera dan Kalimantan, tetapi pusat beban berada di Pulau Jawa,” kata Jisman.

Lebih lanjut, ia mengatakan bahwa tantangan lainnya adalah proyek-proyek infrastruktur ketenagalistrikan bisa sesuai dengan RUPTL dan selesai tepat waktu, serta mengendalikan biaya pokok penyediaan tenaga listrik (BPP), juga memastikan percepatan penyelesaian pembangunan jaringan interkoneksi.

“Khususnya dalam program Road Map Early Retirement PLTU, Pengembangan EBT sesuai target RUPTL, penyelenggaraan diskusi dalam mewujudkan tarif listrik yang berkeadilan, serta upaya-upaya dalam menjamin keselamatan ketenagalistrikan,” katanya.

Sementara itu, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto mengatakan pertumbuhan ekonomi yang cukup impresif pada 2022 lalu salah satunya ditopang oleh sektor industri pengolahan non migas. 

Untuk meningkatkan kontribusi industri tersebut terhadap Produk Domestik Bruto (PDB), Pemerintah mengembangkan beberapa program prioritas pengembangan industri, misalnya dengan meluncurkan inisiatif Making Indonesia 4.0, yang merupakan peta jalan terintegrasi untuk menyiapkan industri nasional menghadapi era industri digital.

“Dengan adanya Making Indonesia 4.0, diharapkan pertumbuhan PDB dapat meningkat sebesar 1%-2% per tahun untuk periode 2018-2030, sehingga akan menciptakan lebih dari 10 juta lapangan pekerjaan tambahan, dan meningkatkan kontribusi sektor manufaktur pada 2030 hingga lebih dari 25%,” kata Airlangga. 

Baca juga: Periode Lebaran, Pengguna Listrik Alami Peningkatan Capai 29,9 Giga Watt

Airlangga mengatakan industri nasional juga perlu mempersiapkan diri menghadapi era Society 5.0 yang merupakan sebuah konsep di mana kehidupan masyarakat lebih terdigitalisasi. Adapun beberapa teknologi yang patut dikembangkan menuju Society 5.0 yakni Edge Computing, Big Data Analytics, serta Internet of Every Things. 

“Pemerintah Indonesia juga sedang menyiapkan Ibu Kota Nusantara yang akan menjadi (contoh penerapan) smart city yang bisa menyiapkan masyarakatnya untuk masuk dalam era Society 5.0,” kata Airlangga.

Sebagai prioritas selanjutnya, dia mengungkapkan Pemerintah juga sedang mengupayakan percepatan transisi energi nasional melalui pengurangan konsumsi bahan bakar fosil dan pengembangan Pembangkit Listrik berbasis Energi Baru Terbarukan seperti wind turbine dan solar panel. Upaya transisi energi ini tentunya memerlukan pengembangan teknologi yang inovatif dan terjangkau, semisal pengembangan carbon capture dan storage.

“Semoga Fakultas Teknis dapat ikut aktif mendorong penguasaan teknologi, sehingga kita tidak hanya sebagai pengimpor teknologi, tapi juga mengembangkannya di dalam negeri. (Dalam hal itu) transfer ilmu pengetahuan dan teknologi dengan negara-negara maju bisa didorong. Selain itu, Pemerintah juga sedang gencar mendorong pemanfaatan teknologi untuk hilirisasi komoditas berbasis mineral dan logam unggulan seperti bauksit, timah, tembaga, dan nikel,” ujar Airlangga. 

Baca juga: Hindari Korsleting, Pemerintah Imbau Gunakan Peralatan Listrik SNI

Baca terus berita fintech Indonesia dan kripto terkini hanya di duniafintech.com

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Iklan

ARTIKEL TERBARU

LANGUAGE