25.8 C
Jakarta
Kamis, 28 Maret, 2024

Dollar Cost Averaging, Metode Ciamik untuk Hadapi Crypto Winter

JAKARTA, duniafintech.com – Setelah diterpa fase bearish di tahun 2022, optimisme terhadap kripto dirasa akan mulai terbangun di tahun 2023. Momen Bitcoin Halving Day yang akan berdampak menaikkan harga Bitcoin nantinya, membuat Harga altcoin pun memiliki kesempatan besar untuk turut naik mengikuti harga Bitcoin.

Bagi para investor kripto, momen di tahun 2023 ini tentu adalah momen tepat untuk mengakumulasikan portofolio kripto di harga yang cukup rendah. Salah satu strategi mengakumulasikan kripto untuk investasi jangka panjang yaitu melalui metode dollar cost averaging.

Dollar Cost Averaging adalah upaya investor membagi porsi investasi dengan memasukkan jumlah nominal yang sama dan rutin, dalam rentang waktu tertentu.

Baca juga: Apa Itu Crypto Winter? Intip Sejarahnya di Sini

CEO Indodax Oscar Darmawan menjelaskan bahwa dollar cost averaging merupakan cara yang terbilang cukup ciamik untuk terhindar dari kerugian dan agar investor bisa terhindar dari FOMO, tidak impulsif, investasi sesuai plan, dan lebih bijak dalam mengatur pengeluaran.

“Dengan membeli kripto menggunakan metode dollar cost averaging Misalnya, investor memiliki uang dingin sebesar tiga juta rupiah. Dibanding membeli Bitcoin langsung senilai tiga juta, dengan metode dollar cost averaging, investor membeli Bitcoin secara rutin sebesar 250 ribu setiap bulannya selama satu tahun. Dengan begitu, potensi risiko kerugian akan lebih kecil terlebih jika harga Bitcoin tiba tiba turun. Bahkan, dengan metode dollar cost averaging ini, investor akan cenderung lebih beruntung dalam beberapa momen tertentu,” jelas Oscar.

Baca juga: Apa Itu Crypto Winter: Dampak dan Kapan Situasi Ini akan Berakhir

Oscar menambahkan, meskipun menggunakan strategi DCA ini pertumbuhan profit nya tidak terlalu besar dan cenderung lambat, namun hal tersebut tentu tidak mengapa mengingat hakikat investasi adalah sebagai tempat lindung nilai tidak semata mata mencari profit dalam jumlah besar.

“Metode Dollar Cost Averaging, Kenaikan profit memang tidak terlalu besar, namun jika kita melihat secara kacamata jangka panjang, ini berpotensi menghasilkan nilai aset yang lebih tinggi,” jelas Oscar.

Tidak hanya untuk investasi jangka panjang, metode dollar cost averaging adalah cara yang cocok bagi para investor pemula ataupun investor yang tidak memiliki waktu luang yang banyak.

“Jadi, bagi para investor yang ingin menggunakan metode dollar cost averaging bisa memulai dilakukan di harga saat ini ketika pasar sedang bearish,” tutup Oscar.

Metode ini juga bisa digunakan dengan Bitcoin yang ditukarkan dengan USDT. USDT adalah kripto yang merupakan 1:1 dengan US Dollar. Market Bitcoin USDT juga tersedia di Indodax yang bisa ditukarkan dengan kripto lain, seperti Ethereum.

Memasuki bulan Januari 2023, harga Bitcoin terlihat cenderung mengalami kenaikan. Berdasarkan data dari Indodax per hari Kamis 12 Januari 2023 jam 14.00, Bitcoin (BTC) berada di harga 277 juta rupiah per 1 bitcoin, sementara harga Ethereum (ETH) berada di harga 21 juta rupiah per 1 Ethereum.

Baca juga: Apa Itu Crypto Winter? Ini Perbedaan Crash Tahun 2018 dengan 2022

Baca terus berita fintech Indonesia dan kripto terkini hanya di duniafintech.com

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Iklan

ARTIKEL TERBARU

LANGUAGE