JAKARTA, 9 Desember 2024 – Ekonomi Indonesia diperkirakan akan terus menunjukkan stabilitas dalam beberapa tahun ke depan. Menurut laporan terbaru Economic Outlook 2024 dari Organization for Economic Cooperation and Development (OECD), Indonesia berada di peringkat kedua setelah India dalam hal pertumbuhan ekonomi di antara negara-negara anggota G20.
Proyeksi Ekonomi Global
OECD memproyeksikan pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) global akan sedikit meningkat menjadi 3,3% pada 2025 dan tetap stabil hingga 2026. Namun, di negara-negara OECD sendiri, pertumbuhan PDB diperkirakan hanya sebesar 1,9% pada 2025-2026, lebih lambat dibandingkan periode sebelum pandemi. Faktor-faktor seperti inflasi yang terkendali, stabilnya lapangan kerja, dan kebijakan moneter yang lebih longgar akan menjadi pendorong utama pertumbuhan meskipun dibayangi oleh pengetatan kebijakan fiskal.
Di kawasan non-OECD, pertumbuhan diperkirakan tetap stabil, dengan negara-negara Asia berkembang menjadi motor utama perekonomian global. Namun, ketidakpastian global, termasuk ketegangan geopolitik di Timur Tengah yang dapat memengaruhi pasokan minyak, tetap menjadi risiko utama.
Selain itu, peningkatan proteksionisme perdagangan menambah tekanan pada ekonomi global. Pembatasan perdagangan yang meluas dapat mendorong biaya produksi, meningkatkan harga impor, dan mengurangi daya beli konsumen.
Ekonomi Indonesia dalam Laporan OECD
Untuk Indonesia, OECD memproyeksikan pertumbuhan PDB sebesar 5,1% pada 2024, naik menjadi 5,2% pada 2025, sebelum kembali ke 5,1% pada 2026. Pertumbuhan ini terutama ditopang oleh konsumsi rumah tangga dan investasi yang diperkirakan meningkat dalam dua tahun ke depan.
Proyeksi ini berbeda dengan target ambisius Presiden Prabowo Subianto yang mencanangkan pertumbuhan ekonomi mencapai 8% selama masa pemerintahannya. Rincian target tahunan Presiden Prabowo meliputi 5,7% pada 2025, 6,4% pada 2026, hingga 8% pada 2029.
Dalam konteks G20, Indonesia diproyeksikan menjadi salah satu negara dengan pertumbuhan ekonomi tertinggi, hanya kalah dari India yang diperkirakan tumbuh mendekati 7%. Sebagai perbandingan, China, Rusia, dan Turki masing-masing diproyeksikan tumbuh sebesar 4,9%, 3,9%, dan 3,5% pada 2024.
Inflasi dan Neraca Perdagangan
Inflasi utama Indonesia diperkirakan stabil pada 2,3% di 2024 dan tetap berada dalam kisaran target bank sentral hingga 2026. Meski defisit neraca berjalan diperkirakan melebar, aliran investasi asing langsung (FDI) tetap kuat, didukung oleh cadangan internasional yang tinggi.
Namun, penurunan permintaan global terhadap komoditas dapat memengaruhi pendapatan fiskal dan memperlebar defisit neraca berjalan. Konsumsi rumah tangga, yang menyumbang sekitar 53% dari total PDB, menjadi salah satu elemen kunci dalam mendorong pertumbuhan ekonomi.
Performa Sektor Ekonomi
Pengeluaran pemerintah mengalami lonjakan signifikan pada paruh pertama 2024 akibat transfer dan subsidi yang meningkat menjelang pemilu. Investasi juga menunjukkan pertumbuhan moderat, sementara ekspor dan impor melonjak selama periode yang sama.
Indikator pariwisata menunjukkan pemulihan signifikan dengan angka kedatangan dan pengeluaran wisatawan mendekati level pra-pandemi. Tingkat pengangguran turun menjadi 4,8% pada kuartal pertama 2024, lebih rendah dari rata-rata pra-pandemi sebesar 5%.
Prospek 2025-2026
Kepercayaan bisnis dan konsumen yang meningkat, ditambah dengan belanja pemerintah yang lebih tinggi serta suku bunga yang rendah, diperkirakan akan mendorong permintaan domestik. Meski surplus perdagangan diprediksi menyusut karena impor yang meningkat, inflasi utama diproyeksikan tetap terkendali di bawah 2,5%.
Secara keseluruhan, ekonomi Indonesia diperkirakan terus tumbuh stabil, meski dihadapkan pada tantangan global seperti ketidakpastian geopolitik dan perdagangan. Kombinasi kebijakan yang tepat dapat membantu Indonesia mempertahankan momentum pertumbuhan ini.