30.9 C
Jakarta
Selasa, 30 April, 2024

Ekspor Industri Manufaktur Sumbang Tertinggi US$60,63 Miliar

JAKARTA, duniafintech.com – Sektor industri manufaktur kembali memberikan kontribusi paling tinggi terhadap capaian nilai ekspor nasional pada periode Januari-April 2023. Ekspor industri pengolahan menyumbang 70,21 persen atau mencapai US$60,63 Miliar dari total ekspor dalam periode tersebut yang sebesar US$86,35 Miliar.

Berdasarkan rilis Badan Pusat Statistik (BPS), pertumbuhan ekspor industri manufaktur secara bulanan terendah pada April 2023, yang merupakan pola musiman karena momen libur Idul Fitri. Nilai ekspor secara tahunan di April 2023 juga mengalami kontraksi akibat pengaruh turunnya harga komoditas. 

Baca juga: Industri Manufaktur Menguat, Inflasi selama Bulan Ramadhan Terkendali

“Meski demikian, kami meyakini, selanjutnya kinerja ekspor sektor industri (manufaktur) akan kembali meningkat setelah lepas dari pandemi,” ujar Juru Bicara Kementerian Perindustrian Febri Hendri Antoni Arif.

Febri mengungkapkan keyakinan tersebut didukung oleh indikator-indikator kinerja sektor industri yang menunjukkan pertumbuhan positif dan ekspansi. 

“Meski kondisi perekonomian global masih menjadi tantangan, baik Purchasing Managers Index (PMI) Manufaktur Indonesia yang dirilis oleh S&P Global dan Indeks Kepercayaan Industri (IKI) yang diluncurkan Kemenperin sama-sama menunjukkan level ekspansi,” kata Febri. 

Sementara itu, sektor industri pengolahan nonmigas menyumbang 67,32 persen dari total ekspor nasional pada April 2023. Pangsa pasar utama ekspor industri pengolahan non migas meliputi Tiongkok (22,90 persen), Amerika Serikat (11,91 persen), dan Jepang (5,85 persen). BPS menyebutkan, penurunan ekspor komoditas barang perhiasan dan barang berharga dan minyak kelapa sawit menjadi penyebab utama penurunan nilai ekspor industri pengolahan nonmigas secara bulanan. 

Pada April 2023, total impor juga mengalami penurunan dari US$20,59 Miliar pada Maret 2023 menjadi US$15,35 Miliar atau sebesar 25,45 persen. Nilai impor bahan baku/penolong pada April 2023 turun 23,26 persen (m-to-m). Nilai impor juga turun untuk seluruh jenis barang impor menurut penggunaan, baik bahan baku/penolong, barang modal, maupun barang konsumsi. 

“Pola musiman mempengaruhi penurunan kebutuhan bahan baku dan barang modal untuk kegiatan produksi,” kata Febri.

Penurunan impor bahan baku juga dapat disebabkan oleh kondisi pasar global. Hal ini sejalan dengan penurunan yang terjadi pada nilai ekspor, terutama untuk subsektor berorientasi ekspor seperti industri tekstil dan produk tekstil (TPT), industri kulit dan alas kaki, serta industri furniture.

Baca juga: Pertumbuhan Manufaktur Melebihi Target, Menperin Optimis Ekonomi Indonesia Bangkit

Sementara itu, pada industri plastik, penurunan impor bahan baku terjadi di April ini karena pada bulan sebelumnya telah terjadi peningkatan impor resin sintetis. Peningkatan impor pada bulan Maret tersebut mengindikasikan terjadinya kenaikan tingkat produksi pada kelompok industri barang dari plastik sebagai pengguna resin sintetis, bertepatan dengan persiapan Idul Fitri 1444 H. 

“Pada periode tersebut, produsen memaksimalkan aktivitas produksi barang dari plastik untuk memenuhi kebutuhan, termasuk bagi industri makanan dan minuman,” ujar Febri.

Febri mengatakan untuk menghadapi kondisi menurunnya impor bahan baku, pihaknya akan terus berupaya untuk mendorong peningkatan ekspor dan penguasaan pasar dalam negeri. Terhadap kondisi penurunan tersebut, bila melihat data IKI April 2023, persentase pelaku usaha industri yang menyatakan kondisi kegiatan usahanya meningkat dan stabil tercatat sebesar 73,9 persen, serta terjadi tren peningkatan optimisme pelaku usaha industri. 

Dia menambahkan Kementerian Perindustrian terus berupaya menjalankan langkah-langkah strategis untuk menjaga pasar bagi produk-produk hasil manufaktur di Indonesia. Di antaranya adalah dengan kebijakan hilirisasi untuk meningkatkan nilai tambah komoditas di dalam negeri serta penguatan struktur industri nasional. Hilirisasi juga meningkatkan peluang tersedianya lapangan pekerjaan baru di Indonesia.

Untuk menguasai pasar domestik, diperlukan produk-produk dalam negeri yang terjangkau dan kualitasnya dapat disandingkan dengan produk impor. Upaya Kemenperin untuk penguasaan pasar domestik ini ditempuh melalui program Peningkatan Penggunaan Produk Dalam Negeri (P3DN), akselerasi Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN), dan penyederhanaan aturan sertifikasi TKDN bagi Industri Kecil.

Di samping itu, Febri menjelaskan pemerintah terus berupaya aktif melakukan upaya perluasan ekspor melalui kerja sama bilateral dan multilateral, juga membuka pasar ekspor ke negara-negara nontradisional. Keikutsertaan sebagai official partner country pada Hannover Messe 2023 yang berlangsung April lalu merupakan salah satu implementasi kerja sama bilateral dengan Jerman. Kerjasama internasional diharapkan dapat menjaring semakin banyak investasi di sektor industri Tanah Air. 

“Kerja sama dengan negara mitra dan investor global dapat menjadikan Indonesia masuk di rantai pasok global, meningkatkan daya saing industri, dan membuka pasar luar negeri yang lebih luas,” pungkas Jubir Kemenperin.

Baca juga: Investasi Sektor Manufaktur Naik 52 Persen di Tahun 2022, Tembus Rp497,7 Triliun

Baca terus berita fintech Indonesia dan kripto terkini hanya di duniafintech.com

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Iklan

ARTIKEL TERBARU

LANGUAGE