32.5 C
Jakarta
Jumat, 29 Maret, 2024

Erick Thohir: Pemerintah Keluarkan Kebijakan Hilirisasi Ciptakan Lapangan Kerja

JAKARTA, duniafintech.com – Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir mengatakan, Indonesia harus menjaga momentum untuk menjadi negara besar. Untuk itu, Indonesia harus bersiap mengambil langkah dalam menatap situasi perekonomian pada 2023. 

“Dinamika ke depan ditentukan oleh kebijakan hari ini. Situasi ekonomi pasca pandemi kita lihat rata-rata pertumbuhan ekonomi dunia sampai 2027 itu ada di 4,3 persen (data IMF),” ujar Erick.

Erick Thohir mengungkapkan IMF memproyeksikan pertumbuhan ekonomi pada 2023 mencapai lima persen atau menempati peringkat kedua dari negara-negara G20 di bawah India dengan 6,10 persen. Proyeksi tersebut unggul dibandingkan Cina dengan 4,40 persen maupun Amerika Serikat (AS) dengan 1 persen. Sementara negara-negara G20 lain seperti Italia, Jerman, Rusia, diproyeksikan mengalami pertumbuhan negatif.

Baca juga: Erick Thohir Minta Pemimpin Mendatang Jangan Bongkar Pasang Kebijakan

“Perbandingannya dengan negara-negara G20 posisi kita sangat baik, ini konteks menarik artinya posisi kita sudah baik, apakah kita ada kekurangan, pasti ada,” kata Erick.

Oleh karena itu, Erick mengungkapkan pemerintah terus berupaya menelurkan kebijakan yang bermanfaat untuk seluruh rakyat, bukan pada pilihan politik. Erick Thohir pun menilai seluruh elemen bangsa harus bersatu untuk meneruskan capaian apik tersebut.

“Kita membuat kebijakan untuk semua rakyat, tidak terjebak pada pilihan politiknya, kalau kita terjebak akhirnya kita tidak melihat pertumbuhan yang kita inginkan, saya rasa tidak baiklah kalau seperti itu,” kata Erick. 

Erick Thohir mengatakan keseriusan Presiden Joko Widodo (Jokowi) dalam meningkatkan akselerasi hilirisasi sumber daya alam (SDA) menjadi kunci pertumbuhan ekonomi sekarang dan di masa yang akan datang. Indonesia, ucap Erick, tak mendapatkan manfaat besar saat terjadi commodity boom akibat mayoritas mengirimkan raw material atau bahan mentah ke luar negeri.

“Kebanyakan raw material, jadi value addednya tidak diciptakan di Indonesia, akhirnya pertumbuhan ekonomi dan pembukaan lapangan pekerjaan ada di negara lain. Saat commodity boom selesai, kita juga terkena efeknya, hanya sawit yang bertahan karena turunan industrinya bisa sampai 80,” ujarnya.

Baca juga: Erick Thohir: Merger Pelindo Perkuat Ekosistem Logistik Nasional

Erick mengatakan Jokowi tak gentar dengan gugatan Uni Eropa (UE) ke Organisasi Perdagangan Dunia (WTO) atas kebijakan Indonesia melarang ekspor sejumlah kekayaan alam seperti bijih nikel hingga bauksit. Pun dengan kebijakan UE dalam penerapan green industrial plant yang merugikan Indonesia.

“Artinya mereka ingin pelan-pelan menutup market kita, jadi market kita harus dibuka tapi market mereka harus ditutup dengan alasan-alasan kebijakan yang tentu disusupi. Ini dinamika yang terjadi karena kalau kita lihat data ekonominya (banyak negara Eropa) menuju resesi,” kata Erick. 

Erick mengungkapkan Indonesia juga tengah mengalami surplus perdagangan hingga 51 miliar dolar AS, pun dengan nilai ekspor yang terus meningkat. Kondisi tersebut, lanjut Erick, menjadi kekhawatiran bagi banyak negara lain di dunia.

“Ini yang ditakutkan negara-negara pesaing kita karena memang sampai 2045 kita direncanakan mungkin masuk empat atau lima ekonomi besar dunia. Mereka sudah membaca data ini, makanya mereka ingin kita lebih lambat, istilahnya jangan cepat kaya lah Indonesia,” kata Erick.

Baca juga: Menteri Erick Endus Ada Praktik Kecurangan Rekrutmen Pegawai BUMN

Baca terus berita fintech Indonesia dan kripto terkini hanya di duniafintech.com

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Iklan

ARTIKEL TERBARU

LANGUAGE