26.8 C
Jakarta
Minggu, 5 Mei, 2024

Prediksi Analis: Tahun Ini Harga Bitcoin Bisa Menyentuh Titik Terendah Baru

JAKARTA, duniafintech.com – Bulan lalu, harga bitcoin sebagai cryptocurrency dengan kapitalisasi pasar terbesar sempat melemah ke level US$ 33.000. 

Meski pulih di level US$ 36.000-US$ 38.000, Namun analis Fundstrat memprediksikan, harga bitcoin bisa saja terjun bebas dalam beberapa bulan ke depan. 

Bahkan, analis Fundstrat, Mark Newton, dalam model pricing Fundstrat menunjukkan, harga Bitcoin dari sisi market cap bisa mencapai titik terendah baru dalam beberapa bulan mendatang.  

Newton memperingatkan para investor, bahwa adanya pemantulan kecil (harga Bitcoin) selama dua minggu terakhir mungkin masih terlalu dini dalam mengharapkan reli jangka menengah baru telah dimulai. 

Dilansir dari CoinGape, menurut Newton, harga Bitcoin yang berada di level atas US$ 40.000 akan menjadi level teknis yang penting untuk investor waspadai. Sementara untuk penurunan yang terjadi di bawah US$ 35.511 akan menguji level US$ 32.950. 

“Adapun hingga US$ 40.000 terlampaui pada penutupan (perdagangan) harian,  harga Bitcoin akan tetap dalam pola miring ke bawah, dan cukup sulit untuk dapat mengesampingkan pelemahan lebih lanjut secara teknis,” kata Newton. 

Berdasarkan data dari CoinMarketCap pada Jumat (4/2) pukul 09.00 WIB, sempat menukik ke level US$ 36.000, harga Bitcoin saat ini ada di  US$ 37.180,74 atau naik 0,70% dalam 24 jam terakhir.  

JP Morgan pun turut memproyeksikan hingga akhir tahun setelah harga mata uang kripto terbesar di dunia dari sisi market cap ini kehilangan 50% dalam dua bulan belakangan. 

Bahkan, ia memangkas target harga jangka panjang untuk Bitcoin. Bukan tanpa alasan, adanya sifat boom-or-bust BTC yang bergejolak berpotensi akan menghambat adopsi yang meluas oleh investor blue-chip. 

“Sebelumnya proyeksi dari kami rasio volatilitas Bitcoin terhadap emas akan turun menjadi sekitar dua kali di akhir tahun ini tampaknya tidak realistis,” kata JPMorgan, sebagaimana dilangsir dari Business Insider, Jumat (4/2). 

Menurut JP Morgan, nilai pasar untuk BTC berdasarkan rasio volatilitas Bitcoin terhadap emas sekitar empat kali akan menjadi seperempat dari US$ 150.000, atau US$ 38.000. 

Sementara dari sisi tantangan, JP Morgan melihat beberapa waktu kedepan volatilitasnya dan siklus boom dan bust yang menghambat adopsi institusional lebih lanjut. 

Sebelumnya pada bulan November lalu, saat harga Bitcoin sempat berada di level tertinggi US$ 69.000, Nikolaos Panigirtzoglou, analis dari JPMorgan mengatakan BTC akan mencapai US$ 150.000 di akhir 2022 karena investor mencari lindung nilai terhadap inflasi. 

“Dengan adanya daya tarik Bitcoin sebagai lindung nilai inflasi mungkin telah diperkuat oleh kegagalan emas untuk merespons dalam beberapa pekan terakhir, hingga dapat meningkatkan kekhawatiran atas inflasi,”imbuhnya. 

“Bitcoin mungkin melihat penurunan lebih lanjut karena belum menunjukkan tanda-tanda koreksi yang terjadi saat ini telah berakhir,” pungkasnya.

 

 

Penulis: Kontributor / Achmad Ghifari

Editor: Anju Mahendra

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Iklan

ARTIKEL TERBARU

LANGUAGE