30.2 C
Jakarta
Kamis, 15 Mei, 2025

Harga Bitcoin Capai USD105.000, Sentimen Positif Dorong Lonjakan Nilai

Harga Bitcoin capai USD105.000 atau sekitar Rp1,7 miliar. Kenaikan ini didorong oleh meningkatnya permintaan dari institusi besar, meredanya ketegangan politik global, serta data inflasi Amerika Serikat (AS) yang menunjukkan penurunan.

Menurut data terbaru dari Bureau of Labor Statistics (BLS), Indeks Harga Konsumen (CPI) AS untuk bulan April 2025 mencatatkan angka 2,3% secara tahunan (year-on-year), lebih rendah dari angka Maret yang mencapai 2,4%. Hal ini mencatat laju inflasi yang paling rendah sejak Februari 2021 dan memberi sinyal bahwa Federal Reserve mungkin akan menghentikan kenaikan suku bunga dalam waktu dekat.

Selain inflasi, permintaan Bitcoin juga didorong oleh keterlibatan institusi besar di pasar kripto. Perusahaan-perusahaan di sektor finansial dan investasi berkontribusi hampir 36% dari total pembelian Bitcoin oleh bisnis, sementara perusahaan teknologi dan konsultan menyumbang 16,8% dan 16,5%, berturut-turut. Salah satu pembelian terbesar tahun ini datang dari perusahaan Strategy (MSTR) yang membeli 13.390 BTC senilai USD1,34 miliar.

Harga Bitcoin Terdampak Karena Inflasi

CEO INDODAX, Oscar Darmawan, mengungkapkan bahwa penurunan inflasi di AS memberikan dampak positif bagi pasar kripto. “Dengan inflasi yang lebih rendah, investor merasa lebih yakin bahwa kebijakan suku bunga tinggi dari The Fed akan segera berakhir. Hal ini membuka peluang bagi dana yang sebelumnya tidak bergerak untuk masuk ke aset-aset berisiko, termasuk Bitcoin,” ujar Oscar.

Oscar juga menambahkan bahwa meningkatnya pembelian Bitcoin oleh institusi besar mencerminkan kepercayaan yang semakin besar terhadap Bitcoin sebagai alat lindung nilai dan aset investasi jangka panjang. “Ini adalah sinyal positif untuk pasar kripto secara keseluruhan, termasuk di Indonesia. Semakin banyak institusi yang terlibat, semakin stabil Bitcoin dan semakin luas adopsinya di kalangan pelaku pasar tradisional,” jelasnya.

Lebih lanjut, Oscar menjelaskan bahwa lonjakan harga Bitcoin bukan hanya dipicu oleh spekulasi semata. “Kenaikan harga Bitcoin yang mencapai USD105.000 menunjukkan semakin kuatnya pondasi pasar, dengan banyaknya permintaan dari institusi besar yang melihat Bitcoin sebagai alat untuk diversifikasi portofolio dan melindungi nilai,” tambah Oscar.

Faktor lain yang mendukung kenaikan harga Bitcoin adalah meredanya ketegangan perdagangan global, terutama setelah tercapainya kesepakatan tarif antara AS dan Tiongkok. Hal ini mengurangi kekhawatiran pasar terhadap kemungkinan perlambatan ekonomi global.

“Perang tarif yang sempat memanas di awal tahun 2025 kini mulai reda. Ini menciptakan rasa aman di kalangan investor, termasuk di pasar kripto, sehingga minat terhadap Bitcoin meningkat,” kata Oscar.

Oscar menambahkan bahwa regulasi yang semakin jelas dan mendukung kripto di berbagai negara memberi rasa aman bagi para pelaku pasar. “Di Indonesia, OJK terus mendorong regulasi yang lebih baik untuk menjaga pasar kripto tetap sehat dan terawasi”, ungkapnya.

Kondisi ini semakin diperkuat dengan sikap terbuka dari berbagai negara terhadap penggunaan kripto sebagai aset investasi yang sah, membuat banyak investor merasa lebih nyaman bertransaksi di pasar kripto yang semakin mature.

Meski harga Bitcoin terus naik, Oscar mengingatkan agar investor tetap berhati-hati. “Pergerakan harga Bitcoin sangat dipengaruhi oleh situasi global. Investor harus terus melakukan riset dan memahami risiko yang ada sebelum berinvestasi,” tegasnya.

Oscar optimis bahwa tren positif ini akan berlanjut. “Selama permintaan dari institusi terus meningkat, inflasi global terus mereda, dan adopsi teknologi kripto semakin luas, Bitcoin memiliki potensi untuk terus menguat,” ujarnya.

Sebagai penutup, Oscar menegaskan bahwa Bitcoin kini telah menjadi bagian penting dari portofolio investasi global. “Bitcoin bukan hanya soal harga, tetapi juga relevansinya dalam ekosistem keuangan masa depan,” pungkasnya.

Iklan

mau tayang di media lain juga

ARTIKEL TERBARU