32.1 C
Jakarta
Jumat, 22 November, 2024

Kasus Covid-19 Meroket: China Lockdown Shanghai, Begini Dampaknya bagi Indonesia

JAKARTA, duniafintech.com – Kasus covid-19 di Negara China kembali meningkat. Kali ini dinilai merupakan yang terbesar di negeri Tiongkok, sejak di Wuhan dua tahun lalu ketika pertama kali muncul. Hal itu mendorong Pusat Keuangan China yang berada di Shanghai meluncurkan lockdown dua tahap terhadap 26 Juta penduduknya.

Jembatan dan terowongan pun dibatasi arus lalu lintasnya sejak dua hari lalu. Setidaknya ada 2600 kasus terinfeksi covid-19 di Shanghai, yang membuat rumah sakit dan staf medis panik.

Penduduk sisi timur Shanghai juga mulai menjalani penguncian dengan banyak perusahaan dan pabrik telah menangguhkan produksi atau bekerja dari jarak jauh.

Melansir dari Fortune Bank of America yang menyatakan bahwa di seberang barat sungai, masyarakat mulai sibuk mengamankan pasokan yang diperlukan selama lockdown. Para penduduk pun terpaksa kehilangan pendapatan, apalagi ekonomi global sudah mulai merasakan langsung mulai dari harga komoditas hingga produksi kendaraan listrik.

Lockdown ini tentu sangat jelas akan berdampak secara ekonomi, baik secara domestik di Negeri Tirai Bambu maupun mempengaruhi ekonomi global.

Pasalnya lockdown di China kali ini juga akan menjadi pukulan berat bagi para pebisnis yang mengandalkan pada hal belanja konsumen, meskipun para pakar menyebut sejumlah sektor industri kota sebagian besar dapat menahan dan mengurangi ancaman tersebut.

Bahkan, pabrik raksasa Tesla di Shanghai terpaksa menghentikan jalur perakitan atas permintaan pihak berwenang dan kemungkinan akan tutup dalam waktu yang belum ditentukan, menyebabkan hilangnya produksi harian pabrik sekitar 2.000 mobil.

Dampaknya bagi Indonesia

Harga komoditas unggulan Indonesia juga terdampak kebijakan negara pimpinan Xi Jinping tersebut. Nikel dunia yang anjlok karena pelaku pasar khawatir lockdown dapat mengganggu permintaan.

Begitu juga dengan minyak yang langsung ambruk sekitar 8%, sehingga memunculkan kepanikan tentang penurunan permintaan minyak dari Cina dari importir minyak mentah terbesar dunia.

Lockdown Cina tentu akan berdampak bagi Indonesia, mengingat Cina merupakan partner dagang negeri Garuda. Cina dikenal sebagai penggiat ekspor maupun impor, atau dengan kata lain merupakan pasar yang penting.

Di Indonesia, sejumlah industri yang berhubungan dengan komoditas dan batubara dinilai akan merasakan dampak besar dengan adanya lockdown Cina. Di sisi lain, industri yang banyak mengimpor bahan baku dari Cina tentu juga akan merasakan imbasnya.

Sebagai contoh, Badan Pusat Statistika melansir nilai ekspor non migas indonesia pada Februari 2022 terbesar ke Cina yaitu senilai 3.72 miliar dolar AS, disusul Amerika Serikat dan Jepang.

Kondisi rantai pasok yang semakin parah, khususnya di Cina, telah memicu kenaikan harga barang-barang yang lebih tinggi, termasuk elektronik yang harganya melonjak akibat kelangkaan chip.

 

 

 

 

 

Penulis: Rahmat Fitranto

Admin: Panji A Syuhada

Iklan

mau tayang di media lain juga

ARTIKEL TERBARU