35.1 C
Jakarta
Kamis, 18 April, 2024

Kasus Penipuan Binomo: Jangan Cuma Salahkan Influencer

Siapa yang tidak mau jadi selebgram? Hanya tinggal posting dapat banyak uang.

Setidaknya, ini pernah terbesit di dalam pikiran saya, sekitar 4 atau 5 tahun yang lalu. Saya juga yakin, banyak orang yang meninginkannya. Belakangan, sebutan selebgram, youtuber, tiktoker sering juga disebut influencer. Artinya, orang yang memiliki pengaruh.

Apalagi semenjak zaman digital ini, semakin banyak nama influencer yang bermunculan. Saat kita scrolling di Instagram saja, kita sering menemukan ada akun Instagram yang “centang biru” atau verified. Padahal, kita nggak kenal siapa orangnya.

Banyak cara mereka untuk menjadi terkenal demi mendapatkan tujuan, yaitu endorse atau paid promote. Artinya, dibayar untuk mempengaruhi orang. Karena sudah banyak pihak yang memanfaatkan hal ini sebagai promosi.

Sepertinya, iklan di TV, media online dan koran udah bukan zamannya lagi. Orang-orang lebih baik mempromosikan produk dan programnya lewat influencer. Biasanya, semakin tinggi follower nya, semakin tinggi pula tarif promosinya.

Belakangan, ada salah satu kasus menarik. Bagaimana influencer disorot karena telah mengiklankan platform judi berkedok investasi. Adalah Binary Option atau Binomo.

Ada seorang korban yang mengaku sudah rugi jutaan rupiah karena termakan iming-iming influencer bernama Indra Kesuma atau biasa disapa Indra Kenz.

Semenjak ramainya berita Indra Kenz ini, isu terus berkembang. Terakhir, setelah Indra melapor balik ke Polda Metro atas laporan pencemaran nama baik, DPR juga angkat bicara. Meminta seluruh influencer Binomo diperiksa.

Tetapi, saya ingin mengajak teman-teman para pembaca beranalogi. Katakanlah, influencer merupakan salah satu alat untuk promosi, sama halnya dengan media, baleho, radio, TV, Facebook, media social dan lain-lain.

Konsepnya adalah bahwa semua produk tersebut akan memberikan jasa pengiklanan kepada siapa yang siap. Baik dari sisi keuangan karena semua punya tarif, dan juga dari sisi materi yang disampaikan. Soal berpengaruh atau tidak, produknya laku atau tidak bukan menjadi tanggung jawab “Papan Iklan”. Apalagi soal masyarakat yang kena tipu.

Memangnya, pernahkah kita menemukan iklan, dimanapun iklannya dan apapun bentuknya, bahwa si media yang memberikan jasa iklan bertanggungjawab dengan iklannya? Apa pengusaha iklan baleho bertanggung jawab atas korban kanker paru dan penyakit lain karena telah memposting produk rokok?

Ya, kalau kita penyedia iklan, siapa yang mau ya bayar pasti kita terima. Toh, influencer mana dan penyedia iklan mana yang mau jika pada akhirnya berujung seperti Binari Option ini.

Mari kita kembali ke kasus Binary Option atau Binomo. Saat ini, isu “bola panas” berada pada influencer. Seolah-olah yang salah semata-mata hanya influencer. Sampai masalah pribadi influencernya juga dibawa-bawa.

Lalu, timbul pertanyaan, kalau begitu siapa yang salah? Saya akan mengajak Anda para pembaca melihat fenomena di bawah ini.

Berkali-kali kita melihat berita bahwa OJK dan lembaga lain seperti BAPPEBTI menyatakan bahwa platform ini ilegal. Trading A ilegal, trading B ilegal. Begitu juga, investasi A tidak berizin, pinjol A tidak berizin.

Apa hanya kasih label “ilegal” dan “tidak berizin” saja sudah cukup? Kenapa tidak ada penindakan? Jika legalitas tidak didapatkan, maka mereka akan terus mencari cara bagaimana mereka terus beroperasi dan mendapatkan member. Caranya adalah dengan menggaet influencer.

Namun, dari kasus ini, mungkin kita bisa ambil kesimpulan bahwa penipuan atas korban Binomo adalah dampak. Karena mereka tetap saja beroperasi. Kan, Cuma nggak dapat label izin doang.  Masih bisa promosi kok. Oh, nanti, influencer dilarang, bisa lewat media lain kok. Karena iklan tidak bisa dibendung.

Sekarang seharusnya yang perlu difikirkan adalah, “kenapa tidak mengatasi ini dari awal supaya tidak menjadi dampak? Kenapa dibiarkan? Siapa yang berwenang mengawasi ini?”

Teman-teman yang baca pasti tahu, siapa seharusnya yang berwenang mengatasi ini dari awal. Mungkin, merekalah yang seharusnya disalahkan?

(Disclaimer : Tulisan ini merupakan opini dari tim redaksi Duniafintech.com) 

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Iklan

ARTIKEL TERBARU

LANGUAGE