25.8 C
Jakarta
Kamis, 28 Maret, 2024

Ketua OJK Genjot Masyarakat Indonesia untuk Berinvestasi di Pasar Modal

JAKARTA, duniafintech.com – Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Mahendra Siregar menyatakan Indonesia memiliki iklim investasi yang potensial, sebab hanya 4 persen dari populasi masyarakat Indonesia yang berinvestasi di pasar modal Indonesia. 

Dia mencatat saat ini jumlah investor di pasar modal mencapai 10,3 juta orang. Hal itu mengalami kenaikan sebesar 1000 persen selama 5 tahun sejak 2017. Menurutnya dengan jumlah besaran jumlah investor tersebut, hanya 4 persen saja dari jumlah total populasi di Indonesia. Untuk itu, OJK dan Bursa Efek Indonesia (BEI) akan menjadi lebih banyak investor yang berinvestasi di pasar modal.

Baca juga: OJK Prioritaskan Perempuan Tingkatkan Edukasi Keuangan

“Masih luas sekali dari populasi Indonesia. Ini menjadi satu hal yang harus ditingkatkan,” kata Mahendra. 

Oleh karena itu, Mahendra menegaskan tidak akan ada istilah wait and see untuk berinvestasi di Indonesia. Sebab, dengan mengejar mengundang investor berinvestasi di Indonesia sebagai langkah penguatan ekonomi dan daya tahan ekonomi Indonesia agar lebih kuat. 

“Saya yakin tidak ada istilah wait and see bagi investasi di Indonesia. It’s all about investment, investment and investment. Kita harus siap untuk itu dan kita dorong momentumnya,” kata Mahendra. 

Sebagai informasi, kinerja pasar modal [er 29 Desember 2022, IHSG telah berada di posisi 6.860,08 poin atau berhasil tumbuh sebesar 4,23% secara year-to-date. Seiring dengan pertumbuhan IHSG tersebut, kapitalisasi pasar juga tumbuh sebesar 15,18% secara year-to-date yaitu sebesar Rp9.509 triliun.

IHSG juga menembus rekor tertinggi sepanjang sejarah di level 7.318,01 poin, tepatnya pada tanggal 13 September 2022. Demikian halnya dengan kapitalisasi pasar yang mencatatkan rekor tertinggi sepanjang sejarah pada tanggal 27 Desember 2022 sebesar Rp9.600 Triliun.

Baca juga: Berita Fintech Indonesia: Ini Kunci Utama Aktivitas Fintech Menurut OJK

Meskipun kinerja IHSG mengalami pertumbuhan dan diapresiasi banyak pihak, namun kinerja Reksa Dana masih mengalami tekanan yang disebabkan beberapa faktor antara lain terkait kebijakan shifting unit link ke instrumen keuangan lain di luar reksa dana. 

Per 28 Desember 2022, total NAB Reksa Dana tercatat turun 12,58% menjadi Rp505,69 triliun, dengan jumlah produk Reksa Dana yang juga menurun dari 2.198 menjadi 2.143 produk.

Seiring dengan telah pulihnya kembali aktivitas perekonomian domestik, aktivitas penghimpunan dana melalui Pasar Modal terus meningkat. Per 29 Desember 2022, OJK telah mengeluarkan surat Pernyataan Efektif atas Pernyataan Pendaftaran dalam rangka Penawaran Umum untuk 224 penawaran umum yang terdiri dari 57 Penawaran Umum Perdana Saham, 44 Penawaran Umum Terbatas, 123 Penawaran Umum Efek Bersifat Utang dan/atau Sukuk dengan total nilai hasil Penawaran Umum sebesar Rp266,41 triliun.

Dari sisi demand, OJK mencatat pertumbuhan jumlah investor ritel di Indonesia juga sangat pesat, terbukti saat ini jumlah investor ritel mencapai 10,30 juta SID atau meningkat lebih dari 10 kali lipat dalam 5 tahun terakhir. Sejak tahun 2020, OJK melihat pertumbuhan jumlah investor Pasar Modal lebih dari 2,5 juta SID setiap tahunnya.

Selanjutnya penghimpunan dana melalui securities crowdfunding (SCF) untuk mendukung pengembangan UMKM juga terus mengalami pertumbuhan dengan telah berhasil dimanfaatkan oleh 334 pelaku UMKM dengan total penghimpunan dana sebesar Rp713,29 miliar dari 13 platform Penyelenggara SCF.

Baca juga: OJK Ungkap Enam Tantangan Pelaku Fintech Hadapi Resesi Global 2023

Baca terus berita fintech Indonesia dan kripto terkini hanya di duniafintech.com

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Iklan

ARTIKEL TERBARU

LANGUAGE