26.9 C
Jakarta
Jumat, 26 April, 2024

Logistik Jadi Tantangan Utama Pertumbuhan E-commerce Nasional

JAKARTA, duniafintech.comPandemi Covid-19 telah memicu akselerasi digital di dalam negeri. Pertumbuhan ekosistem digital ini pun kemudian menjadi sumber ekonomi baru penggerak perekonomian nasional, utamanya didorong pertumbuhan e-commerce.

Berdasarkan data dari Kementerian Perdagangan, volume transaksi e-commerce selama pandemi naik signifikan. Bahkan, menurut Menteri Perdagangan Muhammad Lutfi market share e-commerce Indonesia mencapai 45% di ASEAN.

Hanya saja pertumbuhan pesat e-commerce ini masih dihadapkan pada sejumlah tantangan. Terutama dari rantai distribusi barang atau logistik.

Associate Vice President of Fulfillment Tokopedia, Erwin Dwi Saputra mengatakan, sebagai negara kepulauan sedikit sulit mendistribusikan barang dari pusat-pusat ritel di Pulau Jawa ke pulau-pulau terluar di Indonesia.

“Indonesia negara kepulauan. Pembeli bisa di pulau, sementara penjualnya di Jakarta atau di Bandung. Ini tantangan bagi kami untuk memberi layanan yang sama,” katanya dalam video conference, Selasa (30/11).

Menurutnya, pertumbuhan volume transaksi dari para mitra UMKM Tokopedia ini harus diikuti oleh kinerja jasa pengiriman barang yang mumpuni. Pasalnya, dengan volume transaksi yang meningkat tiga hingga lima kali lipat,z sistem pengiriman barang pun dituntut untuk lebih cepat.

Sebab, dengan peningkatan transaksi tuntutan pembeli untuk dapat menerima pesanannya sesegera mungkin dengan kualitas yang terjaga juga turut meningkat. Apalagi jika penjual harus membungkus barangnya sendiri.

“Dia harus packing sendiri kemudian mengirim dengan cepat. Ini tantangan,” ujarnya.

Karena itu, Tokopedia telah menggandeng 13 jasa pengiriman untuk melayani kebutuhan para mitra dan konsumen, sehingga dapat memberikan kecepatan dalam pengiriman barang, namun dengan tetap memperhatikan kualitasnya.

“Saat ini kami telah bermitra dengan 13 kurir pengiriman dan telah menjangkau 99% kecamatan di seluruh Indonesia,” ucapnya.

Selain itu, untuk memfasilitasi para mitra UMKM yang tidak dapat membuka toko selama pandemi, Tokopedia pun telah menyediakan layanan Toko Cabang bagi mitra UMKM-nya. Hal ini untuk tetap memberikan pengalaman belanja yang sama bagi konsumen.

“Kami sejak dua tahun lalu membuka layanan Toko Cabang. Ini untuk mitra UMKM yang tidak bisa membuka tokonya selama pandemi, bisa menitipkan barangnya di gudang yang kami kelola,” tuturnya.

Sementara itu, Wakil Ketua Umum Asperindo, Budiyanto Darmastono mengatakan, pertumbuhan e-commerce yang cukup besar di Indonesia tidak berbanding lurus dengan ketersediaan infrastruktur transportasi.

Pasalnya, sejumlah layanan pengiriman atau sarana transportasi yang ada belum terintegrasi dengan pusat-pusat pergudangan atau hub yang ada di pelabuhan ataupun bandara.

“Kami melihat infrastruktur transportasi belum memadai secara maksimal. Yaitu belum terintegrasi antara hub, khususnya di pelabuhan. Laut dan udara belum terintegrasi,” ujarnya.

Ia mencontohkan, infrastruktur yang belum memadai di wilayah Indonesia Timur seperti Papua dan Nusa Tenggara Timur. Pengiriman barang di Indonesia Timur yang masih mengandalkan penerbangan, karena adanya pandemi menjadi terhambat.

“Banyak penerbangan yang sebelum pandemi sebagai tulang punggung perusahaan kurir mengirim barang lewat udara, selama pandemi, banyak airline yang mengurangi penerbangan. Sehingga banyak mengalami keterlambatan di Indonesia timur,” ucapnya.

Untuk itu, menurutnya tantangan ini menjadi pekerjaan rumah bagi semua pihak, termasuk pemerintah. Bagaimana membangun infrastruktur terutama melalui jalan tol agar pengiriman barang antara satu daerah ke daerah lain dapat terlaksana dengan cepat dan murah.

Adapun, VP Pengembangan Bisnis Ecommerce dan Kelembagaan JNE, Mayland Hendar Prasetyo menjelaskan, sebagai perusahaan jasa pengiriman, JNE beradaptasi dengan culture society impact yang saat ini terbiasa dengan mobile connectivity.

“Perusahaan jasa pengiriman harus mengikuti perkembangan jaman. Yang tadinya secara sistem di awal e-commerce berdiri kita di perusahaan jasa pengiriman masih menggunakan resi kertas, harus datang ke counter, sekarang dengan adanya JNE di Indonesia, menjadi rangking ke delapan dalam mobile connectivity,” tutur Hendar.

Penulis: Nanda Aria

Editor: Anju Mahendra

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Iklan

ARTIKEL TERBARU

LANGUAGE