26.3 C
Jakarta
Selasa, 7 Mei, 2024

Pasar Digital Meningkat, Saat Ini Terdapat 2.100 Startup di Indonesia 

Indonesia menjadi salah satu negara dengan pertumbuhan perusahaan digital startup tercepat di dunia. Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mencatat hingga September 2021, terdapat 2.100 startup di dalam negeri.

Ketua Dewan Komisioner OJK Wimboh Santoso menyebutkan, pertumbuhan startup ini didorong oleh akselerasi digital akibat dari pandemi Covid-19, di mana pemenuhan kebutuhan harian masyarakat beralih ke digital.

Dia menjelaskan, kehadiran teknologi di seluruh aspek kehidupan tidak punya batasan ruang dan waktu dalam mendeliver segala produk dan kegiatan, sehingga semua produk dapat diakses dan di beli di mana saja dan kapan saja.

“Sehingga muncul berbagai produk yang menggunakan digital, bukan hanya di fintech tapi ada agritech, edutech, healthtech, propertytech, e-commerce dan akan muncul tech-tech lain,” katanya pada acara OJK Virtual Innovation Day 2021, Senin (11/10).

Dia menjelaskan, dari total 2.100 startup yang ada di Indonesia tersebut, sebanyak tujuh di antaranya telah menyandang status unicorn atau perusahaan digital bervaluasi US$1 miliar.

Sedangkan, dua perusahaan digital startup telah menyandang status sebagai decacorn atau perusahaan digital bervaluasi sebesar US$10 miliar.

“Dapat kami sampaikan saat ini telah terdapat 2.100 startup di Indonesia di mana sampai September 2021 terdapat tujuh unicorn dan dua decacorn yang telah merambah ke pasar ASEAN,” ujarnya.

Kebijakan yang Mendukung

Menurut Wimboh, tumbuhnya inovasi digital ini tidak terlepas dari kebijakan otoritas, bukan hanya OJK tapi seluruh pemangku kepentingan. Dia menjelaskan, setiap kebijakan yang dibuat regulator, sifatnya adalah mendukung keberadaan digital startup ini.

“Jadi kebijakan kita bukan yang membatasi tapi mendorong, sangat mendukung hadirnya digital ini karena masyarakat mendapatkan manfaat paling besar,” tuturnya.

Untuk sektor jasa keuangan misalnya, kebijakan dan regulasi yang dikeluarkan oleh OJK memiliki peran strategis untuk mendukung pengembangan dan inovasi perusahaan digital seperti fintech lending dan perbankan digital.

“OJK sangat berperan strategis untuk mendukung pengembangan dalam inovasi dalam satu ekosistem keuangan digital secara terintegrasi,” ucapnya.

Wimboh mengatakan, lembaga jasa keuangan di Indonesia didorong untuk selalu relevan di masa ke masa dan responsif dengan perkembangan teknologi sehingga mampu memberikan nilai tambah ke masyarakat.

Baik dalam menciptakan lapangan kerja untuk mendorong pertumbuhan ekonomi, ataupun membawa seluruh lapisan masyarakat ke dalam sektor jasa keuangan yang sering disebut sebagai inklusi keuangan.

Bekerja Sama Dengan Lembaga Keuangan Antar Negara

Untuk mewujudkan hal tersebut, OJK pun telah bekerja sama dengan lembaga keuangan negara lain yang mengatur sektor keuangan, seperti monetary authority of Singapore, security commission dari Malaysia, Bank of Thailand dan Bank of Filipina.

“Dan juga ini semua supaya kita punya derap langkah yang sama, agar kita tidak ada regulatory arbitrase antar negara,” tuturnya.

Disamping itu pihaknya juga telah mendapat dukungan dari The Asian Development Bank (ADB) dan World Bank (WB), agar sejalan dengan kebijakan global.

Dia menyatakan, dalam usaha untuk melakukan transformasi digital, OJK memfokuskan kebijakannya pada dua hal. Pertama, mendukung memanfaatkan teknologi digital di sektor jasa keuangan seperti layanan dan produk kepada masyarakat yang murah dan kompetitif.

Kedua, memberikan kemudahan dan memperluas akses masyarakat yang unbankable dan para pelaku UMKM untuk dapat masuk dalam ekosistem digital.

Oleh sebab itu dengan mendorong fintech P2P lending memiliki peran aktif dalam memberikan manfaat yang lebih besar kepada UMKM agar dapat meningkatkan skala bisnisnya hingga ke pasar global.

“Ini juga kami sudah mulai dengan bagaimana P2P lending memberikan manfaat ke masyarakat lebih besar,” ujarnya.

Dia pun terus mendorong agar UMKM dapat memiliki akses pendanaan melalui crowdfunding melalui pasar modal, sehingga memberikan ruang yang lebih luas kepada UMKM sebagai tulang punggung perekonomian untuk memiliki akses ke pembiayaan lebih mudah dan cepat.

“Dari segi pemasaran produk kami juga ingin bawa UMKM dalam ekosistem e-commerce sehingga kami mendirikan yang kita sebut kampus UMKM sehingga membantu untuk bisa on boarding menjadi ekosistem e-commerce yang bisa dijual ke seluruh dunia,” tukasnya.

 

Penulis: Nanda Aria

Editor: Anju Mahendra

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Iklan

ARTIKEL TERBARU

LANGUAGE